Beranda
Cek Fakta
Benar, Klaim Ganjar soal Cegah Stunting Dapat Dilakukan dengan Memberikan Gizi Sejak Dalam Kandungan atau Ibu Hamil
Minggu, 4 Februari 2024 22:24 WIB
Bagikan image social image social image social image social
Benar, Klaim Ganjar soal Cegah Stunting Dapat Dilakukan dengan Memberikan Gizi Sejak Dalam Kandungan atau Ibu Hamil
Calon Presiden Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo pada debat capres 2024 sesi ke-5 menyatakan mencegah stunting dapat dilakukan dengan memberikan gizi sejak di dalam kandungan atau ibu hamil.
“Kalau ngasih makanannya untuk mencegah stunting saya sama sekali tidak setuju karena itu terlambat. Stunting ditangani sejak dalam kandungan, ibunya yang dikasih gizi, ibunya sehat anaknya pertumbuhannya dilihat. Kalau bapak kasih makan ke ibu hamil saya baru setuju pak, indeks kita bagus anaknya akan bagus. Kalau sudah lahir itu gizi buruk jangan sampai confuse itu gizi buruk, jangan sampai terjadi obesitas itu lebih berbahaya lagi. Ini yang kira-kira bisa dilakukan jadi mengatasi stunting sejak ibu hamil,” ujarnya saat debat capres 2024 kelima, Minggu, 4 Februari 2024.
Lantas benarkah mencegah stunting dapat dilakukan dengan memberikan gizi sejak di dalam kandungan atau ibu hamil?
(GFD-2024-15807) Benar, Klaim Ganjar soal Cegah Stunting Dapat Dilakukan dengan Memberikan Gizi Sejak Dalam Kandungan atau Ibu Hamil
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting setidaknya ada tiga pendekatan dalam upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia yaitu intervensi gizi, pendekatan keluarga berisiko dan pendekatan multisektor.
Stunting sendiri diketahui merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Meski demikian banyak faktor penyebab lainnya, seperti faktor perilaku, lingkungan sosial budaya dan ekonomi, serta pelayanan kesehatan.
Dikutip dari TEMPO, faktor penyebab stunting antara lain adalah masalah asupan nutrisi kurang. Karena itu Langkah pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, pola asuh, dan peningkatan sanitasi serta air bersih. Dengan memberikan protein hewani yang penting untuk mencegah stunting, memperbaiki pola asuh sejak dari masa kandungan dengan menutrisi dan mengedukasi ibunya, serta mencegah infeksi.
Dalam buku Kebijakan dan Strategi Penurunan Stunting, intervensi gizi secara langsung pada ibu hamil dapat menurunkan resiko terjadinya stunting. Intervensi ini seperti memberikan asupan gizi yang cukup selama masa kehamilan hingga 23 bulan.
Penelitian Ni Wayan Dian Ekayanthi dan Pudji Suryani dari Poltekkes Bandung seperti diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019 mendapati upaya perbaikan yang diperlukan untuk mengatasi stunting salah satunya adalah melalui intervensi gizi spesifik pada ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan saat kehamilan untuk mencegah stunting.
Menurut Anis Fuad, Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM, secara lebih lengkap sebenarnya intervensi terhadap stunting dapat dimulai pada kelompok remaja, menjadi pasangan usia subur (PUS), kehamilan, masa neonatus sampai dengan balita.
Stunting sendiri diketahui merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Meski demikian banyak faktor penyebab lainnya, seperti faktor perilaku, lingkungan sosial budaya dan ekonomi, serta pelayanan kesehatan.
Dikutip dari TEMPO, faktor penyebab stunting antara lain adalah masalah asupan nutrisi kurang. Karena itu Langkah pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, pola asuh, dan peningkatan sanitasi serta air bersih. Dengan memberikan protein hewani yang penting untuk mencegah stunting, memperbaiki pola asuh sejak dari masa kandungan dengan menutrisi dan mengedukasi ibunya, serta mencegah infeksi.
Dalam buku Kebijakan dan Strategi Penurunan Stunting, intervensi gizi secara langsung pada ibu hamil dapat menurunkan resiko terjadinya stunting. Intervensi ini seperti memberikan asupan gizi yang cukup selama masa kehamilan hingga 23 bulan.
Penelitian Ni Wayan Dian Ekayanthi dan Pudji Suryani dari Poltekkes Bandung seperti diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019 mendapati upaya perbaikan yang diperlukan untuk mengatasi stunting salah satunya adalah melalui intervensi gizi spesifik pada ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan saat kehamilan untuk mencegah stunting.
Menurut Anis Fuad, Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM, secara lebih lengkap sebenarnya intervensi terhadap stunting dapat dimulai pada kelompok remaja, menjadi pasangan usia subur (PUS), kehamilan, masa neonatus sampai dengan balita.
Kesimpulan
Hasil Pemeriksaan fakta, pernyataan Calon Presiden Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo tentang mencegah stunting dapat dilakukan dengan memberikan gizi sejak di dalam kandungan atau ibu hamil adalah benar.
Stunting sendiri diketahui merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Langkah pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, pola asuh, dan peningkatan sanitasi serta air bersih.
Stunting sendiri diketahui merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Langkah pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, pola asuh, dan peningkatan sanitasi serta air bersih.
Rujukan
(GFD-2024-15806) Benar, Klaim Anies Terkait Jumlah Laporan Kekerasan Terhadap Perempuan 8 Tahun Terakhir Mencapai 3,2 Juta Kasus
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Calon Presiden nomor urut 01 untuk Pilpres 2024, Anies Baswedan, mengatakan bahwa selama delapan tahun terakhir terdapat 3,2 juta laporan kasus kekerasan terhadap perempuan.
“Karena kita menyaksikan jumlah kekerasan pada perempuan luar biasa banyak, tinggi. Catatannya ada 3,2 juta kasus selama 8 tahun terakhir ini. Itu yang tercatat, itu yang terlaporkan. Dan perempuan ini harus dimuliakan, harus dilindungi, dan kekerasan terhadap perempuan tidak boleh disepelekan,” kata Anies dalam Debat Capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu, 4 Februari 2024.
Namun, benarkah klaim yang mengatakan dalam delapan tahun terakhir terdapat 3,2 juta laporan kasus kekerasan terhadap perempuan?
“Karena kita menyaksikan jumlah kekerasan pada perempuan luar biasa banyak, tinggi. Catatannya ada 3,2 juta kasus selama 8 tahun terakhir ini. Itu yang tercatat, itu yang terlaporkan. Dan perempuan ini harus dimuliakan, harus dilindungi, dan kekerasan terhadap perempuan tidak boleh disepelekan,” kata Anies dalam Debat Capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu, 4 Februari 2024.
Namun, benarkah klaim yang mengatakan dalam delapan tahun terakhir terdapat 3,2 juta laporan kasus kekerasan terhadap perempuan?
Hasil Cek Fakta
Dosen Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Nabiyla Risfa Izzati, mengatakan bahwa klaim yang dinyatakan Anies tersebut benar, berdasarkan perhitungan rata-rata jumlah kasus yang dilaporkan ke Komnas Perempuan per tahun.
Dia mengutip data dari Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan yang menyatakan bahwa mereka mendapat 459.094 laporan kekerasan pada perempuan pada tahun 2022, dan pada 2021 sebanyak 457.895 kasus. Maka rata-ratanya 400 ribu per tahun.
“Jika konteksnya merujuk pada data kekerasan terhadap perempuan yang diadukan ke Komnas Perempuan, maka rata-rata pengaduan kekerasan yang diadukan ke Komnas Perempuan setiap tahunnya berkisar pada angka 400 ribuan. Jika dirata-rata, maka angka 3,2 juta kasus kekerasan seksual yang dilaporkan dalam 8 tahun terakhir itu tepat,” kata Nabiyla, Minggu, 4 Februari 2024.
Senior research associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), Klara Esti, juga mengatakan bahwa kemungkinan yang dimaksud Anies adalah jumlah yang dihasilkan dari rata-rata kasar laporan yang masuk ke Komnas Perempuan per tahun.
“Ini mungkin adalah angka rata-rata kasar dengan asumsi bahwa dalam 8 tahun terakhir rata-rata per tahun terdapat sekitar 200-400ribu kasus kekerasan terhadap perempuan,” kata Klara, Minggu, 4 Februari 2024.
Di sisi lain, dia mengutip data Catahu Komnas Perempuan terkait jumlah kekerasan perempuan per tahun selama sembilan tahun terakhir secara rill. Jumlahnya per tahun dari 2015 sampai 2023 mencapai 3.263.585 kasus dengan total:
- 2015: 279.688- 2016: 321.752- 2017: 259.150- 2018: 348.446- 2019: 406.178- 2020: 431.471- 2021: 299.911- 2022: 459.094- 2023: 457.895
Dia mengutip data dari Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan yang menyatakan bahwa mereka mendapat 459.094 laporan kekerasan pada perempuan pada tahun 2022, dan pada 2021 sebanyak 457.895 kasus. Maka rata-ratanya 400 ribu per tahun.
“Jika konteksnya merujuk pada data kekerasan terhadap perempuan yang diadukan ke Komnas Perempuan, maka rata-rata pengaduan kekerasan yang diadukan ke Komnas Perempuan setiap tahunnya berkisar pada angka 400 ribuan. Jika dirata-rata, maka angka 3,2 juta kasus kekerasan seksual yang dilaporkan dalam 8 tahun terakhir itu tepat,” kata Nabiyla, Minggu, 4 Februari 2024.
Senior research associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), Klara Esti, juga mengatakan bahwa kemungkinan yang dimaksud Anies adalah jumlah yang dihasilkan dari rata-rata kasar laporan yang masuk ke Komnas Perempuan per tahun.
“Ini mungkin adalah angka rata-rata kasar dengan asumsi bahwa dalam 8 tahun terakhir rata-rata per tahun terdapat sekitar 200-400ribu kasus kekerasan terhadap perempuan,” kata Klara, Minggu, 4 Februari 2024.
Di sisi lain, dia mengutip data Catahu Komnas Perempuan terkait jumlah kekerasan perempuan per tahun selama sembilan tahun terakhir secara rill. Jumlahnya per tahun dari 2015 sampai 2023 mencapai 3.263.585 kasus dengan total:
- 2015: 279.688- 2016: 321.752- 2017: 259.150- 2018: 348.446- 2019: 406.178- 2020: 431.471- 2021: 299.911- 2022: 459.094- 2023: 457.895
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim Anies Baswedan terkait jumlah laporan kasus kekerasan terhadap perempuan delapan tahun terakhir mencapai 3,2 juta adalah benar.
Jumlah itu didapat dari menghitung rata-rata jumlah kasus per tahun, pada periode 2021 dan 2022, lalu dikalikan 8 yang menghasilkan angka 3,2 juta. Penjumlahan data rill pun menunjukkan total sekitar 3,2 juta kasus.
Jumlah itu didapat dari menghitung rata-rata jumlah kasus per tahun, pada periode 2021 dan 2022, lalu dikalikan 8 yang menghasilkan angka 3,2 juta. Penjumlahan data rill pun menunjukkan total sekitar 3,2 juta kasus.
Rujukan
(GFD-2024-15805) CEK FAKTA: Prabowo Ngotot Sebut Indonesia Defisit 140.000 Dokter, Benarkah?
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Prabowo Ngotot Sebut Indonesia Defisit 140.000 Dokter
"Kita kekurangan 140.000 dokter dan itu segera kita atas dengan cara kita akan menambah fakultas kedokteran di Indonesia dari sekarang 92, akan kita bangun 300 fakultas kedokteran," ujarnya, Minggu (4/2/2024).
"Kita kekurangan 140.000 dokter dan itu segera kita atas dengan cara kita akan menambah fakultas kedokteran di Indonesia dari sekarang 92, akan kita bangun 300 fakultas kedokteran," ujarnya, Minggu (4/2/2024).
Hasil Cek Fakta
Adapun berdasarkan standar Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), jumlah ideal dokter adalah 1:1.000 populasi penduduk. Indonesia memiliki penduduk sektar 270 juta jiwa. Maka, kebutuhan dokter di Indonesia mencapai 270.000 dokter. Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes mencatat bahwa data Bappenas 2018 menunjukkan bahwa rasio dokter spesialis per 1.000 penduduk tahun 2025 sebesar 0,28 artinya 28 dokter spesialis untuk 100.000 penduduk.
Dengan komposisi ketersediaan dokter spesialis saat ini, maka target rasio Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3 orang untuk 100.000 penduduk, Spesialis Obstetri dan Ginekologi juga 3 orang untuk 100.000 penduduk. Data tersebut disampaikan oleh Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Sugiyanto pada Workshop Pembahasan Kerjasama Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan, dan Dinas Kesehatan dalam rangka Academic Health System di Bali, 12 April 2022. "Per 1 April 2022 jumlah Dokter dan Dokter Spesialis di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 122.023 orang dan kekurangan sebesar 8.182 orang dokter. Kekurangan ini hanya didasarkan pada pada standar minimal ketersediaan dokter pada rumah sakit dan belum memperhitungkan beban kerja pelayanan," kata Sugiyanto. Merujuk keterangan dari Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Kemenkes, Senior Research Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Klara Esti menilai jelas bahwa Indonesia mengalami kekurangan dokter apabila sesuai dengan standar rasio WHO. "Namun, jika memperhatikan rasio standar WHO yang minimalnya adalah 1 dokter per 1.000 penduduk, angka kekurangan dokter yang disampaikan Kemenkes ini jelas belum memenuhi rasio standar WHO," kata Klara. Sementara itu, Associate Professor Data Science Program Monash University sekaligus Co-Director Monash Data and Democracy Research Hub Derry Wijaya menyebut klaim Prabowo itu salah. Derry lalu merujuk pada jurnal ilmiah yang ditulis oleh akademisi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya Sutrisno, di Asian Journal of Health Research. Sutrisno menuliskan bahwa berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Indonesia memiliki total 214.878 dokter dan didominasi oleh dokter umum 165.453 dokter dan dokter spesialis 49.425 dokter. "Salah. Memang benar bahwa Indonesia masih menghadapi kekurangan dokter, dan termasuk juga spesialis medis. Namun jumlahnya bukan 140.000," kata Derry.
Dengan komposisi ketersediaan dokter spesialis saat ini, maka target rasio Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3 orang untuk 100.000 penduduk, Spesialis Obstetri dan Ginekologi juga 3 orang untuk 100.000 penduduk. Data tersebut disampaikan oleh Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Sugiyanto pada Workshop Pembahasan Kerjasama Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan, dan Dinas Kesehatan dalam rangka Academic Health System di Bali, 12 April 2022. "Per 1 April 2022 jumlah Dokter dan Dokter Spesialis di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 122.023 orang dan kekurangan sebesar 8.182 orang dokter. Kekurangan ini hanya didasarkan pada pada standar minimal ketersediaan dokter pada rumah sakit dan belum memperhitungkan beban kerja pelayanan," kata Sugiyanto. Merujuk keterangan dari Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Kemenkes, Senior Research Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Klara Esti menilai jelas bahwa Indonesia mengalami kekurangan dokter apabila sesuai dengan standar rasio WHO. "Namun, jika memperhatikan rasio standar WHO yang minimalnya adalah 1 dokter per 1.000 penduduk, angka kekurangan dokter yang disampaikan Kemenkes ini jelas belum memenuhi rasio standar WHO," kata Klara. Sementara itu, Associate Professor Data Science Program Monash University sekaligus Co-Director Monash Data and Democracy Research Hub Derry Wijaya menyebut klaim Prabowo itu salah. Derry lalu merujuk pada jurnal ilmiah yang ditulis oleh akademisi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya Sutrisno, di Asian Journal of Health Research. Sutrisno menuliskan bahwa berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Indonesia memiliki total 214.878 dokter dan didominasi oleh dokter umum 165.453 dokter dan dokter spesialis 49.425 dokter. "Salah. Memang benar bahwa Indonesia masih menghadapi kekurangan dokter, dan termasuk juga spesialis medis. Namun jumlahnya bukan 140.000," kata Derry.
Kesimpulan
Derry lalu merujuk pada jurnal ilmiah yang ditulis oleh akademisi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya Sutrisno, di Asian Journal of Health Research. Sutrisno menuliskan bahwa berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Indonesia memiliki total 214.878 dokter dan didominasi oleh dokter umum 165.453 dokter dan dokter spesialis 49.425 dokter. "Salah. Memang benar bahwa Indonesia masih menghadapi kekurangan dokter, dan termasuk juga spesialis medis. Namun jumlahnya bukan 140.000," kata Derry.
Rujukan
(GFD-2024-15804) Cek fakta, klaim Anies Baswedan 45 juta orang belum bekerja dengan layak
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Klaim Anies Baswedan 45 juta orang belum bekerja dengan layak
"Apa masalah hari ini? 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Bicara jaminan sosial, lebih dari 70 juta orang tidak punya jaminan sosial. Bicara pendidikan, jauh dari kota, terpencil, masa depan jadi suram. Kemampuan tinggi, kesempatan tidak ada," kata Anies dalam debat kelima yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Ahad.
"Apa masalah hari ini? 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Bicara jaminan sosial, lebih dari 70 juta orang tidak punya jaminan sosial. Bicara pendidikan, jauh dari kota, terpencil, masa depan jadi suram. Kemampuan tinggi, kesempatan tidak ada," kata Anies dalam debat kelima yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Ahad.
Hasil Cek Fakta
Menurut Senior Research Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Klara Esti, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hasil dari pengukuran Low Pay Rate (LPR) atau seberapa banyak buruh yang bekerja dengan gaji yang rendah atau tidak layak terdapat 13,59 juta orang di tahun 2021 dan meningkat menjadi 14,83 juta pada 2022.
Mengacu pada data BPS tahun 2023, jenis jaminan kesehatan yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat di Indonesia merupakan jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pada 2023 tercatat ada sebanyak 66,44% penduduk Indonesia memiliki BPJS Kesehatan.
Menurut Associate Professor, Data Science Program Monash University Indonesia & Co-director Monash Data and Democracy Research Hub, Derry Wijaya, mengutip dari data BPJS, data yang menyebut bahwa ada 77 juta orang belum punya jaminan sosial adalah data pada tahun 2017.
KPU RI telah menetapkan tiga pasangan capres-cawapres peserta Pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.
Selepas debat pertama Pilpres 2024 pada 12 Desember 2023, debat kedua 22 Desember 2023, debat ketiga 7 Januari 2024, dan debat keempat pada 21 Januari 2024, KPU menggelar debat kelima di Balai Sidang Jakarta.
Debat pamungkas Pilpres 2024 sekaligus menjadi debat ketiga yang mempertemukan para capres dan KPU menyelenggarakannya dengan tema meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, serta kesejahteraan sosial dan inklusi.
Mengacu pada data BPS tahun 2023, jenis jaminan kesehatan yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat di Indonesia merupakan jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pada 2023 tercatat ada sebanyak 66,44% penduduk Indonesia memiliki BPJS Kesehatan.
Menurut Associate Professor, Data Science Program Monash University Indonesia & Co-director Monash Data and Democracy Research Hub, Derry Wijaya, mengutip dari data BPJS, data yang menyebut bahwa ada 77 juta orang belum punya jaminan sosial adalah data pada tahun 2017.
KPU RI telah menetapkan tiga pasangan capres-cawapres peserta Pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.
Selepas debat pertama Pilpres 2024 pada 12 Desember 2023, debat kedua 22 Desember 2023, debat ketiga 7 Januari 2024, dan debat keempat pada 21 Januari 2024, KPU menggelar debat kelima di Balai Sidang Jakarta.
Debat pamungkas Pilpres 2024 sekaligus menjadi debat ketiga yang mempertemukan para capres dan KPU menyelenggarakannya dengan tema meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, serta kesejahteraan sosial dan inklusi.
Kesimpulan
Mengacu pada data BPS tahun 2023, jenis jaminan kesehatan yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat di Indonesia merupakan jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pada 2023 tercatat ada sebanyak 66,44% penduduk Indonesia memiliki BPJS Kesehatan.
Menurut Associate Professor, Data Science Program Monash University Indonesia & Co-director Monash Data and Democracy Research Hub, Derry Wijaya, mengutip dari data BPJS, data yang menyebut bahwa ada 77 juta orang belum punya jaminan sosial adalah data pada tahun 2017.
Menurut Associate Professor, Data Science Program Monash University Indonesia & Co-director Monash Data and Democracy Research Hub, Derry Wijaya, mengutip dari data BPJS, data yang menyebut bahwa ada 77 juta orang belum punya jaminan sosial adalah data pada tahun 2017.
Rujukan
Halaman: 2680/6013