• (GFD-2023-14413) Cek Fakta Klaim Anies, Siapakah Mega Suryani Dewi?

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/12/2023

    Berita

    Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menyinggung kasus pembunuhan ibu rumah tangga, Mega Suryani Dewi

    Hasil Cek Fakta

    1. Mega tewas di tangan suami
    Ibu beranak dua Mega Suryani Dewi (24), tewas di tangan sang suami, Nando Kusuma Wardana (25), di rumah kontrakan mereka di Jalan Cikedokan, Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Korban diduga dihabisi pada Kamis (7/9/2023) malam dan jenazah baru diketahui orang tua korban pada Sabtu (9/9/2023) subuh.

    2. Mega pernah melaporkan sebelum kejadian
    Mega diketahui pernah membuat laporan sebelum kejadian pembunuhan. bunda Mega, Neng Linda menuturkan, anaknya pernah melaporkan KDRT yang dialaminya ke Polres Metro Bekasi pada 7 Agustus 2023. Laporan itu disertai bukti visum et repertum yang dikeluarkan Rumah Sakit Annisa, Cikarang.

    3. Laporan telah diproses pihak kepolisian
    Pihak kepolisian memproses laporan KDRT sesuai dengan proses yang berlaku. Namun, Mega dan Nando rujuk kembali seiring meredanya masalah KDRT dan adanya perjanjian di atas materai agar sang suami tidak mengulangi perbuatannya. Dengan demikian, klaim Anies bahwa laporan Mega tidak digubris tidaklah benar.

    4. Pelaku menyerahkan diri ke polisi
    Nando membunuh Mega pada 7 September 2023 dan akhirnya menyerahkan diri ke polisi. Seusai pelaku menyerahkan diri, polisi menahan Nando di Polsek Cikarang Barat. Nando dikenai Pasal 339 KUHP subsider Pasal 338 KUHP dan Pasal 5 juncto Pasal 44 ayat 3 UU 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Rumah Tangga. Ia terancam hukuman 20 tahun penjara atau maksimal seumur hidup.
  • (GFD-2023-14412) Cek Fakta Debat Capres: Anies Jadi Gubernur Jakarta Terbanyak Beri Izin Gereja

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/12/2023

    Berita

    Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan mengklaim menjadi Gubernur Jakarta yang paling banyak mengeluarkan izin pendirian gereja. Bahkan, Anies mengaku pernah memberi izin pendirian gereja yang telah mandeg selama 30 hingga 40 tahun.

    Hal itu disampaikannya dalam segmen kedua Debat Capres bertemapemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga di Gedung KPU Pusat Jakarta, Selasa (12/12/2023) malam.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran Tim Live Cek Fakta, pernyataan tersebut bisa jadi benar, namun butuh data lebih lanjut untuk klaim terbanyak.

    Merujuk artikel di Mediaindonesia.comyang dipublikasikan Kamis (30/11/2023), Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) Jason Balompapueng menyatakan Anies sudah mengeluarkan 50 izin mendirikan bangunan (IMB) mendirikan gereja di masa pemerintahannya.

    Jason mengaku berhutang kepada Anies karena dinilai nyata dalam hal toleransi.

    “Kami hanya mengatakan kami berhutang kepada bapak Anies Rasyid Baswedan karena apa yang beliau buat untuk kekristenan di DKI Jakarta selama tahun 2017-2022 yang lalu lewat semoga tuhan memberkati,” ucap Jason.

    Izin mandeg 40 tahun yang dimaksud adalah izin pendirian GPIB Pelita Jakarta yang akhirnya mendapatkan BOTI, Izin Prinsip dan IMB pada Oktober 2022 lalu, menurut artikel di Tempo.co.

    Menanggapi klaim Anies tersebut, dosen ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan peneliti untuk isu korupsi dan good governance, Zuhairan Yunmi Yunan, mengingatkan bahwa kebebasan beragama, keyakinan yang masuk kedalam kebebasan atas minoritas (the minority rights) tidak hanya persoalan birokrasi pendirian rumah ibadat yang fleksibel.

    “Namun, persoalan dari kelompok minoritas agama dan berkeyakinan adalah pembatasan agama dan keyakinan yang secara formal diakui negara (6 agama resmi),” tulis Zuhairan kepada Tim Live Cek Fakta.

    Lebih lanjut disampaikan, agama dan keyakinan yang tidak masuk ke dalam 6 agama resmi, tidak hanya menghadapi birokrasi pendirian rumah ibadah.

    Tapi paling dominan adalah hak sipil lainnya yaitu hak untuk menikah (right to marry), hukum keluarga (family laws), hak masyarakat adat yang berhubungan dengan keyakinannya (indiginous people’s right), dan akses dokumen sipil yang berakibat pada diskriminas terhadap ekonomi, pendidikan, politik, dan sebagainya.
  • (GFD-2023-14411) Cek Fakta: Ganjar Sebut Pendeta Leo Belajar dari YouTube Tolong Ibu Melahirkan karena Keterbatasan Faskes di Merauke, Benarkah?

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/12/2023

    Berita

    Liputan6.com, Jakarta- Calon presiden Ganjar Pranowo menyatakan menemui Pendeta Leo yang menolong ibu melahirkan karena keterbatasan fasilitas kesehatan di Merauke, dalam melukan kampanye di Merauke Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Penyataan capres nomor urut 3 tersebut diutarakan dalam debat capres putaran pertama, Selasa (12/12/2023).

    Berikut pernyataan Ganjar tersebut.

    "Di Merauke kami menemukan pendeta namanya Pak Leo, dia harus menolong seorang ibu yang ingin melahirkan, karena tidak ada fasilitas kesehatan. Dan dia belajar dari YouTube, sesuatu hak kesehatan yang tidak di dapat,".

    Hasil Cek Fakta

    Dalam artikel berjudul "Kampanye Perdana di Merauke Pendeta Leo Curhat Layanan Kesehatan Minim, Ganjar Pranowo Luncurkan Program Satu Desa Satu Faskes" yang dimuat situs pustakalewi.com, pada 29 November 2023.

    Seorang pendeta bernama Leonard Batfeny, curhat soal minimnya sarana dan prasarana kesehatan di daerah perbatasan tersebut.

    Pendeta Leo, begitu karib disapa, berkesempatan bertemu dalam dialog yang digelar di Desa Waninggap Nanggo, Merauke. Ia adalah seorang pendeta, yang harus mengabdikan diri sebagai pelayan kesehatan.

    “Saya ini seorang pendeta. Tidak punya pengetahuan kesehatan. Tapi kondisi yang memaksa saya harus juga melayani kesehatan masyarakat di sini,” kata Leo.

    Ia pun menceritakan pengalamannya itu pada Ganjar, bagaimana menyelamatkan warga perbatasan dengan Papua Nugini yang sedang sakit, tanpa akses jalan dan kesehatan yang layak.

    Bahkan, ia pernah berperan sebagai bidan karena ada seorang ibu yang akan melahirkan tidak mendapatkan akses kesehatan.

    “Iya, saya pernah membantu melahirkan, hanya bekal menonton youtube. Karena di sini tidak ada Puskesmas,” tuturnya.

    Mendengar itu, Ganjar Pranowo merasa haru sekaligus bersemangat untuk membantu mewujudkan impian warga untuk memiliki Puskesmas. Ia pun meluncurkan program Satu Desa Satu Puskesmas.

    “Akses kesehatan menjadi begitu penting, yang kita bayangkan satu kampung atau satu desa setidaknya ada satu Puskesmas pembantu, fasilitas kesehatan dan dan satu nakes, syukur-syukur satu dokter,” katanya.

    Selain itu, Ganjar juga akan membangun infrastruktur jalan untuk mendukung mempermudah akses layanan kesehatan.

    “Sistem transportasi dan konektivitas yang bisa membikin kemudahan ketika mereka berobat. Ini awal dari investasi besar agar masyarakat Indonesia menjadi sehat,” tegasnya.

    Tak hanya itu, Ganjar juga akan menyiapkan akses pendidikan agar terciptanya SDM unggul yang diharapkan nantinya bisa membawa masyarakat Tanah Papua lebih unggul dan sejahtera.

    “Menyiapkan akses pendidikan agar kemudian mereka jauh lebih gampang lagi untuk mengembangkan lagi daerahnya karena dibekali ilmu pengetahuan yang cukup, dan kita harapkan mereka akan kembali kepada daerahnya, dan membangun daerahnya,” tandasnya.

    Rujukan

  • (GFD-2023-14410) CEK FAKTA: Ganjar Klaim Bertemu Pendeta Leao Di Merauke Yang Tolong Ibu Melahirkan Belajar Dari YouTube, Ini Faktanya

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/12/2023

    Berita

    Dalam debat capres perdana di KPU RI, Selasa (12/12/2023), capres nomor urut 2 Ganjar Pranowo menyebut sempat menemui seorang pendeta bernama Leo di Merauke, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Ganjar menyebut, kurangnya akses kesehatan menyebabkan pendeta Leo menolong ibu melahirkan dengan belajar dari YouTube.

    Hasil Cek Fakta

    Menyitat situs pustakalewi.com pada 29 November 2023, dimuat artikel dengan judul "Kampanye Perdana di Merauke Pendeta Leo Curhat Layanan Kesehatan Minim, Ganjar Pranowo Luncurkan Program Satu Desa Satu Faskes".

    Seorang pendeta bernama Leonard Batfeny, curhat soal minimnya sarana dan prasarana kesehatan di daerah perbatasan tersebut.

    Pendeta Leo, begitu karib disapa, berkesempatan bertemu dalam dialog yang digelar di Desa Waninggap Nanggo, Merauke. Ia adalah seorang pendeta, yang harus mengabdikan diri sebagai pelayan kesehatan.

    “Saya ini seorang pendeta. Tidak punya pengetahuan kesehatan. Tapi kondisi yang memaksa saya harus juga melayani kesehatan masyarakat di sini,” kata Leo.

    Ia pun menceritakan pengalamannya itu pada Ganjar, bagaimana menyelamatkan warga perbatasan dengan Papua Nugini yang sedang sakit, tanpa akses jalan dan kesehatan yang layak.

    Bahkan, ia pernah berperan sebagai bidan karena ada seorang ibu yang akan melahirkan tidak mendapatkan akses kesehatan.

    “Iya, saya pernah membantu melahirkan, hanya bekal menonton youtube. Karena di sini tidak ada Puskesmas,” tuturnya.

    Mendengar itu, Ganjar Pranowo merasa haru sekaligus bersemangat untuk membantu mewujudkan impian warga untuk memiliki Puskesmas. Ia pun meluncurkan program Satu Desa Satu Puskesmas.

    “Akses kesehatan menjadi begitu penting, yang kita bayangkan satu kampung atau satu desa setidaknya ada satu Puskesmas pembantu, fasilitas kesehatan dan dan satu nakes, syukur-syukur satu dokter,” katanya.

    Selain itu, Ganjar juga akan membangun infrastruktur jalan untuk mendukung mempermudah akses layanan kesehatan.

    “Sistem transportasi dan konektivitas yang bisa membikin kemudahan ketika mereka berobat. Ini awal dari investasi besar agar masyarakat Indonesia menjadi sehat,” tegasnya.

    Tak hanya itu, Ganjar juga akan menyiapkan akses pendidikan agar terciptanya SDM unggul yang diharapkan nantinya bisa membawa masyarakat Tanah Papua lebih unggul dan sejahtera.

    “Menyiapkan akses pendidikan agar kemudian mereka jauh lebih gampang lagi untuk mengembangkan lagi daerahnya karena dibekali ilmu pengetahuan yang cukup, dan kita harapkan mereka akan kembali kepada daerahnya, dan membangun daerahnya,” tandasnya.