• (GFD-2024-16724) Cek Fakta: Tidak Benar Foto Anies Baswedan Sedang Membaca Kitab Menebar Berita Bohong

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 18/03/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan foto Anies Baswedan sedang membaca kitab menebar berita bohong. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 18 Maret 2024.
    Dalam postingannya terdapat foto Anies Baswedan sedang membaca kitab menebar berita bohong. Akun itu menambahkan emoticon tertawa dan jempol ke bawah.
    Lalu benarkah postingan foto Anies Baswedan sedang membaca kitab menebar berita bohong?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan foto yang identik dengan postingan. Foto itu diunggah Anies Baswedan dalam akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan yang sudah bercentang biru atau terverifikasi pada 22 November 2020.
    Namun dalam foto asli Anies sedang membaca buku berjudul "How Democracies Die" bukan kitab menebar berita bohong seperti dalam postingan.
    Liputan6.com sendiri pernah menulisnya dalam artikel berjudul "How Democracies Die Viral, Ini Ringkasan Buku yang Dibaca Anies Baswedan" yang tayang pada 23 November 2020.
    Berikut isi artikelnya:
    "Liputan6.com, Jakarta - How Democracies Die. Judul buku yang dibaca Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada Minggu, 22 November 2020 pagi jadi sorotan. Hal itu tampak dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.
    "Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi," tulis @aniesbaswedan.
    Tak hanya penampilan santai Anies yang mengenakan setelah kemeja putih plus sarung yang jadi sorotan. Namun, apa yang dibaca oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut begitu mencolok dan menarik perhatian warganet.
    "Judul Bukunyaaa Kode Kerass! Segar selalu pak! salam dari Jabar," tulis @ozonnmariana.
    "Bukunya kode banget," lanjut @okiez_99.
    Lalu, apa sebenarnya isi buku dengan cover hitam dan fon tulisan putih tersebut?
    Berdasarkan keterangan dari situs lifeclub.org, How Democracies Die merupakan karangan dari Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.
    Buku ini menjelaskan seputar kematian sistem demokrasi dunia, mengingat sejumlah permasalahan politik, terutama di kawasan Amerika.
    Dalam bukunya, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt menjelaskan jika demokrasi ingin tetap sehat dan berfungsi, diperlukan sejumlah kepatuhan pada aturan tertentu serta kode etik pro-demokrasi.
    "Dengan melihat studi kasus dari demokrasi yang jatuh di Venezuela dan Peru, penulis mengklaim bahwa sikap yang dipromosikan oleh pemerintahan Trump telah menyebabkan munculnya kediktatoran," tulis lifeclub.org.
    Levitsky dan Ziblatt menjelaskan bagaimana demokrasi di AS telah lama bermasalah. Terutama dalam hal hak pemilih. Penulis juga memberikan harapan kepada pembaca agar AS dapat mengatasi badai tersebut.
    "Dalam ringkasan How Democracies Die oleh Steven Levitsky, Daniel Ziblatt, Anda juga akan menemukan bagaimana sistem dua partai di AS berfungsi sebagai penjaga gerbang yang kuat di masa lalu. Mengapa para pemimpin Republik perlu melangkah dan membersihkan rumah seperti yang dilakukan Swedia pada tahun 1930-an; dan bagaimana Partai Republik berubah dari partai Lincoln menjadi partai Trump," tulis Lifeclub.
    Kematian demokrasi suatu negara yang digambarkan oleh Levitsky dan Ziblatt dicirikan dalam sejumlah tanda-tanda.
    "Tanda bahaya itu adalah ketika seorang politisi mencoba untuk mendiskreditkan lawannya secara palsu. Apakah seseorang membuat klaim yang tidak berdasar bahwa lawan harus dipenjara, atau merupakan musuh negara?"
    "Tanda peringatan selanjutnya adalah toleransi, atau sikap mendorong terhadap penggunaan kekerasan. Apakah dia berbisnis dengan tokoh-tokoh mafia atau mendukung aksi orang militan?"
    "Tanda terakhir adalah ungkapan keinginan untuk mereduksi hak-hak sipil seseorang atau lembaga, seperti tuntutan bahwa negara akan lebih baik tanpa kebebasan pers."
    How Democracies Die diterbitkan pada tahun 2018 dengan total 320 halaman. Berdasarkan keterangan dari situs amazon.com, buku ini dijual dengan harga US$ 33,90 atau setara Rp 479 ribu (kurs 1 USD = Rp 14.147).
    How Democracies Die juga memaparkan contoh kasus pergejolakan politik di sejumlah negara yang menunjukkan bagaimana cikal bakal kematian sebuah demokrasi sebagai sistem negara."

    Kesimpulan


    Postingan foto Anies Baswedan sedang membaca kitab menebar berita bohong adalah tidak benar. Faktanya foto tersebut telah diedit.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16723) Keliru, Narasi Soal Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah Minta Umat Muslim Baca Surat Al Baqarah dan Yunus

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/03/2024

    Berita



    Baru-baru ini sebuah narasi beredar dan diklaim sebagai pesan dari Pemimpin Partai Hizbullah, Lebanon, Hassan Nasrallah. Narasi itu disebarkan di WhatsApp, oleh akun Facebook ini dan ini, pengguna Instagram ini dan ini, melalui Twitter dalam cuitan ini dan ini, serta akun TikTok di unggahan ini dan ini

    Dikatakan bahwa Israel tengah mengepung dan melakukan serangan darat kepada warga Palestina. Israel disebutkan berencana menyerang dalam 24 jam. Pesan juga meminta agar narasi itu disebarkan.

    Narasi itu juga menyebutkan bahwa Nasrallah meminta seluruh Muslim dunia untuk membaca Al Quran surat Al Baqarah ayat 26 dan 27, serta surat Yunus ayat 85, 86 dan 88. Bacaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung perjuangan warga Palestina.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah narasi yang mengatakan pesan Nasrallah tersebut?

    Hasil Cek Fakta



    Sesungguhnya narasi tersebut telah beredar sejak lama, yakni setidaknya sejak tahun 2012 sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah unggahan Facebook ( arsip ). Narasi yang sama beredar kembali tahun 2021, 2023 dan 2024.

    Cekfakta.com yang merupakan proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), pernah menelusuri kebenaran narasi tersebut tahun 2021.

    Versi lama narasi itu disertai klaim bahwa Israel menyerang Palestina karena merasa didesak dalam Konferensi tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Turki. KTT OKI pernah digelar beberapa kali di Turki pada tahun 2016, 2017 dan 2018.

    Sesungguhnya, narasi tersebut keliru. Alasan sebenarnya Israel menyerang warga Palestina ialah untuk merebut atau menduduki wilayah yang dihuni warga Palestina, bukan karena mereka disudutkan dalam KTT OKI di Turki. 

    Setelah terbantah tahun 2021, yakni pada klaim yang berkaitan dengan KTT OKI, narasi itu diubah dengan menghapus bagian klaim yang berkaitan dengan KTT OKI, kemudian diedarkan kembali tahun 2023 dan 2024.

    Narasi tersebut juga mengatakan bahwa Israel akan menyerang warga Palestina dalam 24 jam. Padahal Israel terus menyerang pemukiman, pengungsian, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya di Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023, sebagaimana dilaporkan Tempo.

    Dilansir Tempo, pria bernama lengkap Sayed Hassan Nasrullah itu lahir tahun 1960 di lingkungan Bourj Hammoud, East Beirut, Lebanon. Bercita-cita menjadi pemuka agama, ia mendalami ilmu teologi dalam pendidikannya.

    Ia memimpin Hizbullah sejak tahun 1992, dan berhasil mengusir militer Israel dari wilayah Lebanon selatan pada tahun 2000. Mundurnya militer Israel saat itu membuat Nasrallah semakin terkenal di Lebanon maupun di kawasan Timur Tengah.

    Tempo juga melaporkan bahwa Nasrallah, pada 3 November 2023, dalam pidatonya menyatakan Israel dan sekutunya harus berhenti melakukan agresi ke Palestina. Dia menyatakan akan melawan dan tidak takut akan kapal perang Amerika Serikat yang mendukung Israel dalam konflik itu.

    Sehari sebelum pidato itu disampaikan, pasukan Hizbullah telah menyerang militer Israel di 19 titik di perbatasan kedua negara. Israel pun memberikan perlawanan. Nasrallah menyatakan bahwa serangan mereka itu belum memperlihatkan kekuatan penuh.

    Terbaru, Nasrallah mengklaim Israel telah kalah dalam perang di Jalur Gaza, meskipun di lapangan militer Israel semakin merangsek ke Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza sebagaimana diberitakan CNN Indonesia. Dia juga mengklaim pakar perang Israel mengakui kekalahan itu.

    "Kami katakan kepada Netanyahu, bahkan jika Anda pergi ke Rafah, kamu sudah kalah perang. Anda tidak bisa menghilangkan Hamas dan perlawanan di Gaza meski banyak korban berjatuhan," kata Nasrallah, pertengahan Maret 2024.

    Sementara Arabnews.com memberitakan bahwa aksi saling serang juga terjadi di perbatasan Israel-Lebanon. Militer Israel melaporkan terdapat dua orang warga Israel yang terbunuh rudal Lebanon, dan tiga pria asal Lebanon pembawa senjata api yang ditembak mati setelah melewati perbatasan.

    Tidak ditemukan pernyataan Nasrallah tentang ajakan pada umat Muslim dunia untuk membaca Al Quran surat Al Baqarah dan Yunus, demi mendukung warga Palestina, dari sumber-sumber informasi terbuka di internet.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengajak seluruh umat muslim membaca Al Quran surat Al Baqarah dan Yunus untuk mendukung warga Palestina, adalah klaimkeliru.

    Sesungguhnya narasi itu sudah beredar sejak tahun 2012, dan sudah terbantahkan pada tahun 2021 alias terbukti berisi klaim keliru. Namun, informasi palsu itu kembali disebarkan pada 2023 dan 2024.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16722) Keliru, Konten dengan Klaim NASA Prediksi Kiamat Internet pada 2025

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/03/2024

    Berita



    Sebuah narasi beredar di WhatsApp, Twitter, serta akun Facebook ini dan ini, dengan klaim Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) Amerika Serikat menyatakan akan terjadi kiamat internet pada tahun 2025.

    Konten itu memuat narasi bahwa NASA memprediksi pada tahun 2025 akan terjadi fenomena badai matahari yang menyebabkan terganggunya sambungan internet selama beberapa bulan, atau kiamat internet (internet apocalypse).

    Dalam unggahan di Twitter, masyarakat diajak membayangkan hidup tanpa internet. Sementara di Facebook, narasi itu ditambah klaim bahwa kiamat internet itu berkaitan dengan pembentukan tatanan dunia baru. 



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah NASA menyatakan akan terjadi kiamat internet?

    Hasil Cek Fakta



    Narasi tersebut beredar luas di Amerika Serikat sejak Juni 2023, disebarluaskan oleh sejumlah media clickbait di sana. Media-media itu menyebut, prediksi adanya badai matahari itu berasal dari Parker Solar Probe (PSP), proyek NASA yang mempelajari angin matahari. 

    Namun Tempo tidak menemukan artikel di laman NASA yang menjelaskan mengenai prediksi terjadinya kiamat internet karena badai matahari pada 2025. Demikian juga pada bagian direktori mengenai Parker Solar Probe, NASA tidak pernah merilis keterangan mengenai kiamat internet pada 2025 karena badai matahari.

    Dilansir Snopes.com, sesungguhnya PSP merupakan proyek penelitian heliofisika (fisika matahari) tingkat lanjut dari NASA untuk mengetahui proses pemanasan matahari, sumber tenaga surya, embusan angin dan materialnya ke luar angkasa, serta batas terjauh lontaran berbagai partikel dari matahari itu.

    Wahana antariksa PSP telah menuju dan mengelilingi matahari sejak tahun 2018. Namun, sesungguhnya NASA maupun tim dalam PSP tidak pernah menerbitkan prediksi akan ada kiamat internet yang disebabkan badai matahari.

    Menurut NASA, pada 14 Desember 2021, Parker telah terbang melalui corona, atmosfer bagian atas Matahari dan mengambil sampel partikel serta medan magnet di sana. Ini menandai pertama kalinya dalam sejarah, sebuah pesawat ruang angkasa menyentuh Matahari.

    Parker Solar Probe dirancang untuk terbang dalam jarak sekitar 4 juta mil (6,5 juta kilometer) dari permukaan Matahari untuk melacak aliran energi, mempelajari pemanasan korona matahari, dan mengeksplorasi apa yang mempercepat angin matahari.

    Selama perjalanannya, misi ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan lama yang membingungkan para ilmuwan selama lebih dari 60 tahun: Mengapa corona jauh lebih panas dibandingkan permukaan Matahari (fotosfer)? Bagaimana percepatan angin matahari? Apa sumber partikel matahari berenergi tinggi?

    Selain Snopes, organisasi pemeriksa fakta lainnya yakni Logicallyfacts, Rappler, dan Usatoday juga menyimpulkan isi klaim itu keliru.

    Prediksi Badai Matahari 2025

    Dilansir ensiklopedia Inggris, Britannica, siklus matahari atausolar cycleadalah perjalanan naik-turunnya jumlah dan ukuran bintik matahari selama 11 tahun. Setelah sampai puncak siklus, aktivitas matahari akan kembali ke tahun pertama siklus berikutnya.

    Bintik matahari telah dikenali sejak tahun 1600. Namun, adanya siklus 11 tahunan terkait aktivitas bintik matahari baru diketahui oleh astronom amatir Jerman, Samuel Heinrich Schwabe, pada tahun 1843.

    Kemudian astronom Swiss, Rudolf Wolf, mengusulkan 1755 sebagai tahun pertama pencatatan siklus tersebut, karena data yang memadai baru tersedia untuk tahun itu. Berdasarkan teori dan data tersebut, akhir siklus matahari ke-25 diperkirakan terjadi tahun 2019 sampai puncaknya tahun 2025.

    Dilansir Tempo, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) di Bandung, Johan Muhamad, mengatakan bahwa banyak terjadi badai matahari jelang puncak siklus matahari.

    Dia mengatakan tidak semua badai matahari berdampak fatal pada bumi. Lantaran bumi memiliki perisai magnetik dan jaraknya dengan matahari jauh, sehingga lontaran material badai matahari telah tersebar ke berbagai tempat di luar angkasa.

    “Tapi tidak semua badai matahari berakibat fatal pada bumi,” ujar Johan di acara daring Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa bertopik Riset Matahari dan Aktivitasnya gelaran BRIN, pada Jumat, 15 Maret 2024.

    Dia juga menjelaskan, setelah dipantau selama ratusan tahun, diketahui bahwa siklus matahari ternyata tidak selalu berlangsung selama 11 tahun. Sesungguhnya, kadang terjadi selama 8 sampai 10 tahun, bisa juga selama 12 atau 13 tahun.

    NASA juga memperkirakan terjadi puncak siklus matahari ke-25 pada tahun 2025. Untuk menghadapinya, mereka telah membangun sistem kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi terjadinya cuaca luar angkasa yang berbahaya. Publikasi itu tidak menyinggung adanya prediksi kiamat internet.

    Sistem AI yang mereka buat dinamai Deep Learning Geomagnetic Perturbation (DAGGER), yang diklaim bisa memprediksi gangguan geomagnetik di seluruh dunia. Prediksi dikatakan bisa dihasilkan 30 menit sebelum bahaya datang, sehingga masyarakat memiliki waktu untuk bersiap.

    Dengan kata lain, sistem AI tersebut tidak bisa memprediksi bahaya yang akan muncul tahun depan sebagaimana narasi yang beredar di internet dan artikelclickbait dari beberapa media Amerika Serikat.

    Badai matahari pernah menyebabkan rusaknya jaringan listrik selama 12 jam di seantero Kanada pada tahun 1989. Badai matahari yang terjadi tahun 1859 juga membakar stasiun telegraf sehingga alat komunikasi tersebut tak bisa digunakan untuk sementara waktu.

    Publikasi NASA itu juga memang menyebutkan, bahwa jika puncak badai matahari 2025 levelnya seperti yang terjadi tahun 1859, maka berpotensi menimbulkan dampak yang lebih besar, yakni terganggunya jaringan listrik dan komunikasi global.

    Namun, sesungguhnya informasi itu sebagai tambahan saja, berkaitan dengan kewaspadaan dan persiapan sistem AI mereka. Dan sesungguhnya mereka tidak menyampaikan prediksi badai matahari 2025 akan separah tahun 1859 atau mengganggu jaringan komunikasi global.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan NASA memprediksi badai matahari akan menyebabkan kiamat internet selama berbulan-bulan pada tahun 2025 adalahkeliru.

    Pada tahun 2025, memang diperkirakan akan lebih banyak terjadi badai matahari, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu merupakan prediksi NASA dan para ilmuwan berdasarkan teori yang sudah dikembangkan sejak tahun 1843.

    NASA juga mengembangkan sistem AI untuk memprediksi bahaya cuaca antariksa, 30 menit sebelum kejadian. NASA tidak atau belum memprediksi adanya kiamat internet pada puncak siklus matahari tahun 2025.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16721) [SALAH] Masjid Tempat Ibadah Umat Islam Dilecehkan oleh Para Preman

    Sumber: Instagram.com
    Tanggal publish: 18/03/2024

    Berita

    Dibawah *ini video Preman sedang menunjukkan taringnya dan menantang Pribumi Pejuang, Menantang Para Mujahid bahwa negeri ini sudah dalam genggaman Jokowi dan para preman !!!*

    *Dimana menteri agamanya….?*

    *masjid tempat ibadah umat Islam sedang di lecehkan oleh para preman….!!!*”

    Hasil Cek Fakta

    Muncul sebuah video di Instagram yang menampilkan sekelompok pemuda yang berpakaian seperti preman mendatangi bangunan yang diduga adalah masjid, kemudian berbicara dengan mikrofon di depan mimbar. Unggahan tersebut juga disertai narasi yang menyenggol Presiden Jokowi yang dianggap menjadi penanggung jawab kejadian tersebut.

    Namun setelah dilakukan pencarian gambar, video tersebut identik dengan unggahan dari akun Instagram @palembangkaget yang di upload pada tanggal 2 Maret 2024. Unggahan akun tersebut menjelaskan bahwa video merupakan kegiatan teater santri Pondok Pesantren Al Istiqlaliyah Cilongok, Tangerang, Banten.

    Sementara itu, kegiatan tersebut tidak dilakukan di bagian masjid melainkan dilakukan di ruang majelis yang mirip seperti aula. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa klaim jika ada sekumpulan preman yang mengepung masjid dengan tidak hormat adalah klaim yang tidak benar, faktanya peristiwa itu hanya merupakan bagian dari pertunjukan drama yang dibawakan oleh santri Ponpes Al Istiqlaliyah.

    Kesimpulan

    Faktanya peristiwa itu bukan merupakan kejadian yang mana sekumpulan preman mengepung sebuah masjid dengan tidak hormat, melainkan hanya merupakan bagian dari pertunjukan drama yang dibawakan oleh santri Ponpes Al Istiqlaliyah.

    Rujukan