• (GFD-2023-12514) [SALAH] “ANCAM JEBLOSKAN KEPENJARA JOKOWI, GIBRAN TURUN TANGAN HADAPI AMIEN RAIS”

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 04/05/2023

    Berita

    ANCAM JEBLOSKAN KEPENJARA JOKOWI, GIBRAN TURUN TANGAN HADAPI AMIEN RAIS

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah akun Facebook dengan nama pengguna “Golliat” mengunggah video dengan narasi ancam jebloskan Jokowi ke penjara, Gibran turun tangan hadapi mulut kotor Amien Rais.

    Setelah melakukan penelusuran, thumbnail video tersebut merupakan hasil editan dan isi video tersebut adalah potongan video dari peristiwa yang tidak berkaitan.

    Salah satu video identik terdapat pada unggahan Youtube milik detikcom dengan judul “Amien Rais Kritik Jokowi Marahi Menteri: Sandiwara Politik”.

    Berdasarkan penjelasan di atas, klaim bahwa ancam jebloskan Jokowi ke penjara, Gibran turun tangan hadapi mulut kotor Amien Rais adalah salah dan masuk kategori konten yang dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Yudho Ardi

    Informasi palsu. Judul dan keterangan pada thumbnail video tidak sesuai dengan isi video. Pada video tersebut tidak diberitakan bahwa ancam jebloskan Jokowi ke penjara, Gibran turun tangan hadapi mulut kotor Amien Rais.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12513) Keliru, Unggahan Berisi Klaim Metro TV Tayangkan Metode Pengobatan Mata

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/05/2023

    Berita


    Sebuah unggahan Facebook mengklaim bahwa Metro TV memberitakan tentang metode pengobatan mata dari seorang mahasiswa kedokteran. Unggahan tersebut beredar di Facebook pada 13 April 2023 dan memuat narasi bahwa mahasiswa tersebut menemukan obat untuk mengobati sembilan dari 10 penyakit mata, tanpa operasi dan dapat sembuh dalam 7 hari.

    Unggahan itu memuat tautan berisi artikel, bercerita tentang seorang mahasiswa berbakat dari Indonesia bernama Irfan menerima penghargaan kedokteran terbaik untuk penemuan metode baru dalam pemulihan penglihatan yang dapat digunakan untuk 9 dari 10 penyakit mata. Pada pemberitaan itu ditampilkan wawancara bersama mahasiswa berbakat tersebut.
    Hingga artikel ini ditulis unggah tersebut telah 345 kali dibagikan dan dikomentari  471 kali. Lantas benarkah pemberitaan Metro TV itu terkait penemuan metode pengobatan mata dari mahasiswa Kedokteran Indonesia?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri unggahan foto pemberitaan stasiun Metro TV menggunakan tools Google Image dan Yandex. 
    Hasilnya, foto yang dibagikan merupakan rekayasa digital dari dua foto yang berbeda. Potongan foto tokoh yang ditampilkan dalam pemberitaan tersebut misalnya diketahui merupakan foto mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto, dokter Terawan Agus Putranto saat memberikan keterangan sebelum meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Selasa 22 Oktober 2019. 
    Foto tersebut merupakan bidikan jurnalis Tribunnews Irwan Rismawan. Terawan sendiri adalah dokter spesialis radiologi dan bukan spesialis mata.   
    Tak hanya itu, foto seseorang yang sedang memeriksa matanya seperti yang dicantumkan dalam situs, merupakan foto yang diambil dari platform situs jual beli foto dan video Shutterstock. Foto tersebut merupakan bidikan fotografer Olena Yakobchuk. 
    Tempo juga tidak menemukan informasi yang valid terkait penemuan metode pengobatan mata dari mahasiswa Kedokteran Indonesia dari sumber kredibel. 
    Dikutip dari arsip berita Tempo, sebenarnya ada lima cara praktis dalam menjaga kesehatan mata secara mudah dan dapat menjadi metode mencegah gangguan penglihatan seperti degenerasi makula terkait usia, katarak, retinopati diabetik, glaukoma, dan mata kering yaitu:
    1. Aturan 20-20-20
    Waktu layar menjadi perhatian utama akhir-akhir ini. Generasi muda menghabiskan banyak waktu terpaku pada layar, seperti laptop, ponsel, televisi, dan perangkat elektronik lain. Waktu layar yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan visual. Namun, aturan 20-20-20 sangat dianjurkan oleh dokter mata. Setiap 20 menit waktu layar, pastikan untuk mengalihkan pandangan selama 20 detik ke sesuatu yang berjarak 20 kaki. Pertimbangkan untuk melihat ke luar jendela pada objek yang tampak jauh, seperti pohon.
    2. Lensa biru dan kacamata
    Jika menghabiskan waktu berjam-jam di perangkat digital, ada baiknya memakai lensa penahan cahaya biru  yang memiliki lapisan khusus yang menyerap dan memblokir cahaya biru berenergi tinggi dan sinar UV yang berbahaya agar tidak masuk ke mata. Demikian pula kacamata hitam, yang dipandang sebagai aksesori fashion, dapat melindungi mata dari sinar ultraviolet matahari. Saat membeli kacamata hitam, pastikan yang mencegah 99-100 persen paparan UV-A dan UV-B.
    3. Makanan sehat
    Waktu kecil kita sering mendengar orang tua mengatakan wortel sehat untuk penglihatan. Namun, mengkonsumsi banyak buah dan sayuran, terutama sayuran berwarna hijau tua seperti bayam, kangkung, atau sawi, juga penting untuk menjaga penglihatan. Selain itu, mengkonsumsi ikan air dingin yang tinggi asam lemak omega-3, seperti salmon, trout danau, mackerel, sarden, tuna, dan halibut, juga dapat meningkatkan kesehatan mata.
    4. Olahraga
    Aktif secara fisik telah dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan degenerasi makula awal dan lanjut serta menurunkan tekanan darah, peradangan, stres oksidatif, dan yang terpenting tingkat yang lebih rendah dari hampir setiap penyakit kronis. Latihan aerobik berpengaruh langsung pada fungsi kognitif yang lebih baik. Otak yang sehat dapat membantu melihat dan mengamati dengan lebih baik.
    5. Kompres dingin
    Sebagai bagian dari daftar periksa kesehatan mata dan perawatannya, kompres dingin adalah solusi alami yang sangat baik untuk memastikan mata terasa dan terlihat segar setiap hari. Cara ini sangat berguna di musim hujan ketika kualitas udara buruk. Menggunakan masker terkompresi yang disimpan di dalam kulkas mengurangi kelelahan dan juga membantu pengobatan mata kering, sakit kepala, dan insomnia

    Kesimpulan


    Dari hasil pemeriksaan Cek Fakta Tempo, pemberitaan stasiun Metro TV terkait penemuan metode pengobatan mata yang dapat digunakan untuk 9 dari 10 penyakit mata dari mahasiswa Kedokteran dari Indonesia, adalah keliru.
    Foto yang dibagikan diketahui merupakan rekayasa digital dari dua foto yang berbeda. Potongan foto tokoh seperti yang ditampilkan merupakan foto mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto, dr Terawan Agus Putranto. Dokter Terawan merupakan dokter yang banyak berpraktek pada spesialis radiologi dan bukan bidang spesialis mata.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12512) Keliru, Pemindai MRI Berbahaya Bagi Penerima Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/05/2023

    Berita


    Sejumlah foto yang memperlihatkan proses pemindaian radiologi MRI (Magnetic Resonance Imaging) beredar di media sosial. Foto-foto tersebut dibagikan bersama beberapa video tentang vaksinasi. Foto-foto dan video tersebut dibagikan dengan klaim bahwa pemindai MRI berbahaya bagi penerima vaksin Covid-19 karena mengandung elektromagnetik dan dapat menyebabkan kematian.
    Di Facebook, foto-foto dan video tersebut memuat klaimnya, dibagikan akun ini pada 17 April 2023. "Saya memperingatkan individu yg terkena vaxx untuk menghindari pemindaian MRI, terutama untuk beberapa minggu pertama, karena beberapa orang sangat terpengaruh oleh elektromagnetisme menghasilkan. Kasus yg paling parah telah mengakibatkan kematian pasien. Tidak ada yg melapor ke VAERS," tulis akun tersebut.

    Benarkah pemindai MRI berbahaya bagi penerima vaksin Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait melalui pemberitaan sejumlah media kredibel. Hasilnya, sejumlah ahli kesehatan dan elektromagnetis dari lembaga terpercaya menyatakan bahwa pemindaian MRI aman bagi penerima vaksin Covid-19. Tidak ada bahan dalam vaksin COVID-19 yang dapat menghasilkan EMF.
    Dilansir dari AFP, Lara Boyd, seorang ahli saraf dan profesor di University of British Columbia menyatakan tidak ada data yang menunjukkan bahwa pemindaian MRI harus dihindari setelah vaksin Covid-19 manapun.
    Jean Chen, seorang profesor biofisika medis di University of Toronto, setuju bahwa vaksinasi bukanlah alasan untuk melewatkan MRI, yang disebutnya sebagai "alat yang sangat bermanfaat untuk diagnosis dan penelitian."
    "MRI menggunakan gelombang radio di dalam medan magnet untuk menghasilkan gambar detail bagian dalam tubuh. Tidak ada vaksin Covid-19 yang dapat mempengaruhi proses ini, karena vaksin tidak mengandung bahan magnetik," ujarnya.
    Dan Catherine Klapperich, profesor teknik biomedis di Universitas Boston, mengatakan kepada AFP bahwa "tidak ada yang mekanis, tidak ada yang elektrik, tidak ada yang bersifat magnetis" dalam vaksin Covid-19.
    Bahan dari semua vaksin Covid-19 yang diizinkan untuk digunakan di Kanada dan AS (Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca) terdaftar secara publik dan tidak mengandung graphene oxide.
    Medan Elektromagnetik
    Institut Ilmu Kesehatan Lingkungan Nasional milik pemerintah AS menyatakan bahwa medan listrik dan magnet adalah "area energi tak terlihat, sering disebut sebagai Radiasi".
    Mereka biasanya dikelompokkan menjadi non-pengion yakni radiasi tingkat rendah yang umumnya dianggap tidak berbahaya bagi manusia seperti saluran listrik dan gelombang TV/radio. Sedangkan pengion merupakan berfrekuensi tinggi dan memiliki potensi untuk sel dan kerusakan DNA, contohnya, seperti sinar-x dan limbah radioaktif.
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa paparan medan elektromagnetik bukanlah hal baru. Sedangkan paparan medan elektromagnetik tingkat tinggi dapat berbahaya, medan elektromagnetik tingkat rendah umumnya tidak dianggap berbahaya.
    Associate Professor dan Peneliti Vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Matthew Laurens, mengatakan kepada Reuters bahwa orang-orang terpapar medan listrik dan magnet kecil setiap hari dan “tidak ada bukti bahwa paparan tingkat rendah ini merugikan mempengaruhi kesehatan seseorang.”
    Menurut Profesional medis di Meedan tidak ada bahan dalam vaksin mana pun yang merupakan sumber EMF pengion atau non-pengion.
    Dr John Dawson, Associate Professor di University of York yang berspesialisasi dalam elektromagnetik, mengatakan bahwa dia "tidak dapat membayangkan mekanisme untuk pembangkitan EMF semacam itu" dengan mengatakan bahwa "kemungkinan besar klaim semacam itu salah".
    Semua orang dan benda memancarkan beberapa tingkat radiasi EMF (biasanya rendah). Pada manusia, ini karena arus listrik kecil di tubuh kita. Arus berasal dari reaksi kimia yang merupakan bagian dari fungsi normal tubuh.
    Beberapa hal dapat meningkatkan kadar EMF seseorang, seperti terapi radiasi, implan logam, implan titanium, implan pendengaran, dan lainnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pemindai MRI berbahaya bagi penerima vaksin Covid-19 karena mengandung elektromagnetik adalah keliru. 
    Sejumlah ahli kesehatan dan elektromagnetis dari lembaga terpercaya menyatakan bahwa pemindaian MRI aman bagi penerima vaksin Covid-19. Tidak ada bahan dalam vaksin COVID-19 yang dapat menghasilkan EMF.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12511) [SALAH] Foto “UPDATE TERKINI, AKHIRNYA AHOK KEMBALI KE DKI”

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 02/05/2023

    Berita

    Akun Facebook Golliat (fb.com/Golliat456) pada 1 Mei 2023 mengunggah sebuah video yang menampilkan foto Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjalan berdampingan dengan narasi:

    “Vira1 ~ Meng3jutkan Ah0k Ke Dk1, Keputusan Bulat Presiden Bikin Barisan Sak1t Hat1 Ket4kutan”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang menampilkan foto Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjalan berdampingan yang diklaim bahwa Ahok kembali ke DKI Jakarta karena keputusan bulat Presiden Jokowi merupakan konten yang dimanipulasi.

    Faktanya, foto di video itu adalah hasil manipulasi dari foto ketika Ahok di Monas pada tahun 2017. Di foto asli tidak ada Presiden Joko Widodo.

    Foto yang asli salah satunya dimuat di artikel berita berjudul “Jelang Pencoblosan, Ahok: Surveinya Naik-Turun” yang dimuat di situs Detikcom pada 18 April 2017. Foto ini diberi keterangan “Ahok saat di Monas (Grandyos Zafna/detikcom)”

    Kesimpulan

    FOTO EDITAN. Foto di video itu adalah hasil manipulasi dari foto ketika Ahok di Monas pada tahun 2017. Di foto asli tidak ada Presiden Joko Widodo.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan