• (GFD-2023-12564) Cek Fakta: Hoaks BSI Lakukan Ruqyah untuk Perbaiki Sistem Layanan

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 11/05/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang menyebut Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan ruqyah untuk memulihkan layanan sistem pada bank tersebut. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 11 Mei 2023.
    Dalam unggahannya terdapat foto dengan narasi sebagai berikut:
    "Mohon doa teman-teman sekalian, guru, dan rekan kita Ustaz Hasan Bishri iminta meruqyah ruang server BSI (Bank Syariah Indonesia) pusat yang sedang down dari kemarin. Ikhtiar lahir dan batin diupayakan. Semoga Allah beri kemudahan Aamiin yaa robbal 'alamin,"
    Akun itu menambahkan narasi:
    "Apakah ini yang dinamakan ikhtiar bumi dan langit?
    Bumi = ikhtiar manusiaLangit = RUQYAH SISTEM😅
    Sing sabar semua nasabah BSI"
    Lalu benarkah postingan yang menyebut Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan ruqyah untuk memulihkan layanan sistem pada bank tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi  Head of Corporate Coomunication PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Eko Nopiansyah . Ia menyebut postingan tersebut tidak benar.
    "Itu hoaks ya," ujarnya saat dihubungi Kamis (11/5/2023).
    Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi meminta maaf atas terkendalanya layanan perbankan BSI sejak 8 Mei 2023. Dia menyebut proses pemulihan layanan masih terus dilakukan.
    Hery menyampaikan dalam proses pemulihan ini fokus utamanya adalah menjaga dana dan data nasabah tetap aman. Setidaknya hingga layanan BSI kembali berjalan normal.
    "Atas nama Bank Syariah Indonesia, kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan nasabah karena adanya kendala dalam mengakses layanan BSI pada 8 Mei 2023," ujar dia dalam keterangannya, Rabu (10/5/2023).
    "Proses normalisasi layanan Bank Syariah Indonesia telah kami lakukan, dengan prioritas utama untuk meyakinkan dana dan data nasabah tetap aman di Bank Syariah Indonesia,” sambung Hery.
    Dia menjelaskan, pada Selasa (9/5/2023) pihaknya sudah mulai melakukan pemulihan layanan pada jaringan ATM dan kantor cabang. Setelah itu, nasabah BSI bisa melakukan transaksi melalui dua pilihan itu. Namun, layanan pada aplikasi BSI Mobile belum kembali sepenuhnya.
    Kemudian pada hari ini, Rabu (10/5/2023) pukul 14.00 WIB, Perseroan tengah melakukan monitoring dan proses normalisasi transaksi yang berdampak pada layanan BSI tidak bisa diakses sementara waktu yakni layanan di cabang, akses BSI Mobile maupun ATM di seluruh Indonesia.
    "Kami akan terus memberikan informasi terkini sehingga nasabah dapat bertransaksi dengan normal," ungkapnya.
    Lebih lanjut, Hery mengakui ada dugaan terjadi serangan siber ke sistem milik BSI. Namun, dia ingin memastikan penyebab tersebut lebih jauh.
    "Hal tersebut perlu pembuktian lebih lanjut melalui audit dan digital forensik. Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, baik itu regulator maupun pemerintah," tutur Hery.
    Menyoal ini, dia menegaskan bakal memperkuat keamanan siber dalam sistem BSI. Utamanya sebagai upaya untuk menjaga data nasabah bank syariah pelat merah itu.
    Dia juga tidak henti mengingatkan nasabah untuk terus menjaga kewaspadaan dan berhati-hati terhadap berbagai bentuk modus penipuan serta kejahatan digital yang mengatasnamakan Bank Syariah Indonesia.
    "Sekali lagi kami mohon maaf atas ketidaknyaman ini dan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada BSI."

    Kesimpulan


    Postingan yang menyebut Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan ruqyah untuk memulihkan layanan sistem pada bank tersebut adalah hoaks.
  • (GFD-2023-12563) Cek Fakta: Tidak Benar Militer AS Tangkap Pejabat CDC Atas Kejahatan Covid-19

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 11/05/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim militer Amerika Serikat (AS) menangkap pejabat CDC atas kejahatan Covid-19, kabar tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 7 Mei 2023.
    Unggahan klaim militer AS menangkap pejabat CDC atas kejahatan Covid-19 tersebut berupa tulisan sebagai berikut.
    "Tangkap Semua juga pendukung²nya❗Militer Menangkap Pejabat CDC atas Kejahatan Covid.
    Oleh Michael Baxter - 1 Mei 2023.
    Marinir Amerika Serikat pada hari Jumat menangkap Wakil Direktur CDC untuk Kesehatan Global Dr. Howard Zucker atas tuduhan pengkhianatan setelah Komando Siber Angkatan Darat A.S. mencegat beberapa panggilan Zoom yang dia anjurkan untuk menghapuskan Konstitusi dan memperbarui penguncian dan mandat topeng untuk memerangi (fiktif) yang muncul strain Covid disebut XBB.1.16.
    Dr. Zucker lulus dari Universitas McGill dan meraih gelar Doktor Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas George Washington, gelar Juris Doctor dari Sekolah Hukum Universitas Fordham, dan Magister Hukum dari Sekolah Hukum Columbia. Dari 2014-2021, dia menjabat sebagai Komisaris Kesehatan untuk Negara Bagian New York.
    Selama puncak plandemik, dia telah mendorong Andrew Cuomo yang sekarang sudah meninggal untuk menutup New York dan menuntut secara pidana pemilik bisnis yang menghindari mandat penggunaan masker dalam ruangan. Dia juga merekomendasikan hukuman penjara bagi warga negara yang tidak mematuhi pedoman jarak sosial, yang dia sebut "hukum".
    Pada Januari 2023, dia berperan sebagai Wakil Direktur untuk Kesehatan Global, yang memberinya wewenang dan tanggung jawab operasional yang luas untuk keseluruhan perencanaan, arahan, dan pengelolaan strategi dan program global di seluruh CDC. Walensky mengumumkan kedatangannya, dengan mengatakan bahwa Zucker adalah "Salah satu dari sedikit ahli yang memahami bahwa Covid tetap menjadi ancaman besar dan terus-menerus bagi kita dan bersedia mengambil risiko untuk memastikan tidak ada kebangkitan kembali Covid-19."
    Tidak diragukan lagi, Zucker mengambil risiko. Pada 15 Januari 2023, dia mengambil risiko memberi tahu Sekretaris HHS Xavier Becerra bahwa pemerintah harus menghabiskan $ 16 miliar untuk mengembangkan "gelang pintar" untuk menentukan status Covid dan vaksinasi seseorang dengan mengubah warna, seperti cincin suasana hati tahun 1970-an.
    Jika gelang itu bersinar merah tua, seseorang akan dianggap tidak divaksinasi dan positif Covid; sedangkan jika berwarna hijau, berarti seseorang negatif Covid dan patuh dengan booster. Konsepnya sangat tidak masuk akal sehingga Becerra, di antara Deep Stater terdalam yang masih berlari bebas, menyebutnya sebagai fantasi yang tidak bisa dipraktikkan, meskipun dia memuji kecerdikan Zucker.
    Becerra memberitahunya bahwa saat itu penegakan Covid yang kejam telah berakhir, menambahkan bahwa pemerintah akan menggunakan tipu muslihat dan akal-akalan untuk "menjaga agar Covid tetap hidup" di media dan di benak orang-orang yang ketakutan.
    Namun, kata-kata Becerra tidak menghentikan Zucker untuk mengambil tindakan sendiri. Pada Februari 2023, orang gila itu menelepon 2.000 bisnis di Kota New York, menegur mereka karena melayani pelanggan tanpa masker dan berpotensi tidak mendapat dukungan. Yang mengherankan, beberapa perusahaan-restoran dan teater di luar Broadway-mengatakan bahwa mereka akan segera menerapkan kembali mandat topeng, dengan beberapa meminta maaf atas "kekeliruan penilaian". Selama seminggu, dia secara sepihak membujuk 150 bisnis untuk menerapkan mandat masker dan memeriksa kartu vaksinasi.
    Partisi White Hat dari militer AS menjadi tertarik pada Zucker hanya setelah dia mengatakan akan mengabaikan Konstitusi untuk melindungi warga negara dari "penyakit paling mematikan yang pernah membahayakan umat manusia."
    "Terus terang, kami pada titik tidak peduli apa yang terjadi di New York City yang liberal. Jika mereka ingin memakai topeng dan mendapatkan 100 penguat, lebih banyak kekuatan untuk mereka. Yang kami pedulikan adalah pejabat publik yang mengatakan bahwa Covid -19 protokol menggantikan Konstitusi Amerika Serikat. Sederhananya, itu adalah pengkhianatan. Plandemi Deep State telah terungkap sebagai palsu, tetapi beberapa preman ini sangat terobsesi dengan itu sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk tetap menakut-nakuti orang. Dan itulah yang dilakukan Zucker,"kata sumber JAG kepada Real Raw News.
    Pada 12 April, ARCYBER menyadap panggilan Zoom CDC di mana Zucker memohon kepada Becerra, Walensky, dan pejabat kesehatan rezim lainnya untuk mengakui apa yang dikatakan rekan WHO kepadanya: Covid-19 akan kembali dengan ledakan dan sangat menular sehingga hanya perintah tinggal di rumah yang baru akan mencegah "virus pembunuh" merusak dunia seperti wabah Alkitab.
    Zucker yang gila memohon kepada Walensky untuk menuntut agar Biden menyerukan "pembatasan normal baru" untuk melindungi Amerika Serikat dari bencana Covid lebih lanjut. Zucker berkata, "Persetan dengan Konstitusi. Persetan dengan Donald Trump. Kita perlu lockdown!"
    Kalimat berikut menjelaskan dorongannya yang sebenarnya: "Bagaimana kita bisa membuat orang melakukan apa yang kita inginkan jika kita tidak bisa mengendalikan mereka."
    Retorika pembakarnya tampaknya terlalu berlebihan bagi Deep Staters yang benar-benar melarikan diri ke perbukitan untuk menghindari penangkapan militer; Walensky dan Becerra mengakhiri panggilan.
    Pada hari Jumat, 30 April, Jenderal Eric M. Smith mengirim peleton pengintai USMC untuk menangkap Zucker di tanah miliknya yang mewah di pinggiran kota Buckhead yang kaya di Atlanta, Georgia. Pada saat penangkapannya, Zucker membantah melakukan kesalahan dan mengatakan dia berhak menelepon Rochelle Walensky atau Joseph Biden.
    Howard Zucker sedikit memar, tapi itu karena dia mencoba melawan," kata sumber kami. "Dia mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan dan akan bertanggung jawab atas kejahatannya. Jumlahnya menipis, dan segera setelah Walensky atau Becerra mundur ke Amerika Serikat, kami akan mendapatkannya juga," kata sumber kami.https://realrawnews.com/.../military-arrests-cdc.../"
    Benarkah klaim militer AS menangkap pejabat CDC atas kejahatan Covid-19? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim militer AS menangkap pejabat CDC atas kejahatan Covid-19, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Military Arrests CDC Official for Covid Crime.'. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Marines didn’t arrest a CDC official. Claim comes from a site known for misinformation." yang dimuat situs politifact.com, pada 4 Mei 2023.
    Dalam Situs politifact.com seorang juru bicara Korps Marinir A.S. mengatakan bahwa Marinir tidak mengetahui adanya penangkapan seorang pejabat CDC. Juru bicara menambahkan bahwa menangkap orang di rumah mereka atau di lokasi lain yang bukan instalasi militer akan menjadi yurisdiksi penegak hukum setempat, bukan Korps Marinir.
    Artikel yang dalam klaim tersebut berjudul  "Military Arrests CDC Officials for Covid Crimes." dimuat situs web Real Raw News. Situs web Real Raw News juga memiliki riwayat terdokumentasi tentang penggunaan tajuk berita palsu dan menyesatkan.
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim militer AS menangkap pejabat CDC atas kejahatan Covid-19 tidak benar.
    Seorang juru bicara Korps Marinir A.S. mengatakan bahwa Marinir tidak mengetahui adanya penangkapan seorang pejabat CDC.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12562) Cek Fakta: Tidak Benar Cover Majalah Time Berjudul "Mencari Kesalahan Anis Sesulit Mencari Kejujuran Jokowi"

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 11/05/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan cover Majalah Time dengan foto Presiden Jokowi berjudul "Mencari Kesalahan Anis Sesulit Mencari Kejujuran Jokowi". Postingan itu beredar sejak beberapa waktu lalu.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 17 April 2023.
    Dalam postingannya terdapat gambar cover Majalah Time dengan foto Presiden Jokowi berjudul "Mencari Kesalahan Anis Sesulit Mencari Kejujuran Jokowi". Akun itu menambahkan narasi:
    "Saking takutnya Anis nyalonin diri jadi Presiden, terruuuuuuus...CARI KESALAHAN NYA. SULIT KAN LU.
    DEMI JEGAL ANIS GA BISA NYALON, SUSAH AMAT CARI KESALAHAN.NYA KAAAN...
    SAMPE MAU JEGAL DEMOKRAT agar BISA DIAMBIL ALIH, SUPAYA GA DUKUNG ANIS.
    PARAH LU..."
    Lalu benarkah postingan cover Majalah Time dengan foto Presiden Jokowi berjudul "Mencari Kesalahan Anis Sesulit Mencari Kejujuran Jokowi"?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengetik kata kunci "Time Magazine Jokowi" di mesin pencarian Google. Hasilnya Majalah Time memang pernah menerbitkan cover bergambar Presiden Jokowi.
    Cover Presiden Jokowi dimuat dalam Majalah Time terbitan 27 Oktober 2014. Namun dalam cover majalah tersebut narasinya bukan seperti yang di dalam postingan.
    Dalam cover Majalah Time asli bertuliskan "A New Hope, Indonesia President Joko Widodo is a Force For Democracy".
    Liputan6.com sendiri pernah menulis terkait hal tersebut yang diunggah dalam artikel berjudul "Jokowi Jadi Cover Majalah Time Paling Disorot Pembaca" yang diunggah pada 17 Oktober 2014.
    Berikut foto cover asli Majalah Time tersebut:

    Kesimpulan


    Postingan cover Majalah Time dengan foto Presiden Jokowi berjudul "Mencari Kesalahan Anis Sesulit Mencari Kejujuran Jokowi" adalah tidak benar. Faktanya narasi dalam cover majalah tersebut telah disunting.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12561) [SALAH] Video “Puluhan Mayat Pasukan Ukraina Dikumpulkan Tentara Bayaran di Bakhmut”

    Sumber: Youtube
    Tanggal publish: 09/05/2023

    Berita

    Kanal Youtube Tribun Timur (youtube.com/@tribuntimur) pada 5 Mei 2023 mengunggah sebuah video yang menampilkan barisan mayat dengan judul “Puluhan Mayat Pasukan Ukraina Dikumpulkan Tentara Bayaran di Bakhmut”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang menampilkan barisan mayat yang diklaim sebagai puluhan mayat pasukan Ukraina yang dikumpulkan tentara bayaran di Bakhmut merupakan konten yang menyesatkan.

    Faktanya, bukan mayat pasukan Ukraina. Mayat-mayat di video itu merupakan mayat tentara bayaran Wagner Grup yang tewas dalam pertempuran di Ukraina.

    Video yang identik, salah satunya diunggah di kanal Youtube The Telegraph dengan judul “‘Where the f*** is the ammunition?’: Wagner leader’s message to Putin next to Russian corpses”. Di bagian deskripsinya, tertulis bahwa Kepala kelompok tentara bayaran Wagner telah berbagi video berdiri di depan apa yang dia klaim adalah puluhan mayat pejuang yang telah meninggal pada hari Kamis, secara langsung menyalahkan pihak berwenang Rusia karena kurangnya amunisi.

    Dilansir dari Detikcom, bos kelompok paramiliter Wagner, atau yang disebut tentara bayaran Rusia, mengancam akan menarik pasukannya dari garis depan pertempuran di Ukraina karena kekurangan amunisi. Prigozhin juga memposting sebuah video via Telegram yang isinya menunjukkan barisan mayat, yang disebutnya sebagai para petempur Wagner yang tewas dalam pertempuran di Ukraina.

    Kesimpulan

    BUKAN mayat pasukan Ukraina. Mayat-mayat di video itu merupakan mayat tentara bayaran Wagner Grup yang tewas dalam pertempuran di Ukraina.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan