(GFD-2023-14831) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini Petugas KPU Berikan Surat Bocoran ke Prabowo
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 28/12/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video petugas KPU memberikan surat bocoran ke Prabowo, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 25 Desember 2023.
Klaim video petugas KPU memberikan surat bocoran ke Prabowo menampilkan Prabowo yang sedang berjalan menghampiri sejumlah orang di antaranya Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, dalam tayangan tersebut Prabowo juga berbicara dengan seorang yang membawa benda putih.
Dalam video tersebut terdapat tulisan sebagai berikut.
"Ternyata prabowo dpt bocoran dari KPK.. perhatikan detik ke 26"
Dalam video juga terdapat logo Metero Tv yang terpotong dan tulisan "MOMEN PRABOWO KOORDINASI DENGAN"
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"AWAS KPU JADI PENGKHIANAT ... Petugas_kpu_menyusup menyamar_dengan_baju_timses no.2 Wowo.Perhatikan detik detik tangan prabowo nerima kertas dari penyusup petugas KPU yg memberi surat bocoran.Pilpres bnyk pengkhianat yaaak."
Benarkah klaim video petugas KPU memberikan surat bocoran ke Prabowo? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video petugas KPU memberikan surat bocoran ke Prabowo, dengan menjadikan sejumlah keterangan dalam klaim sebagai kata kunci penelusuran menggunakan Google Search, yaitu 'MOMEN PRABOWO KOORDINASI DENGAN MetroTv'.
Penelusuran mengarah pada tayangan akun YouTube resmi METRO TV berjudul "Momen Prabowo Koordinasi dengan TPN Saat Break Debat" yang diunggah pada 13 Desember 2023.
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"#debatcapres #debatcapres2024 #kpuMetroTV, Momen Prabowo saat break debat, Koordinasi dulu dengan TPN, dapet Kisi-kisi apa nih?".
Penelusuran juga mengarah pada video berjudul "TNI Tegaskan Kehadiran Mayor Teddy di Acara Debat Presiden Tidak Mewakili Institusi | Liputan 6" dimuat situs vidio.com, dalam video tersebut terdapat sosok yang identik disebut klaim sebagai petugas KPU.
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"TNI Tegaskan Kehadiran Mayor Teddy di Acara Debat Presiden Tidak Mewakili Institusi | Liputan 6".
Dalam video situs vidio.com, sosok tersebut diberi lingkaran merah disebut sebagai Mayor Teddy.
Artikel berjudul "Mengenal Mayor Teddy, Ajudan Menhan Prabowo Subianto" yang dimuat situs Liputan6.com menyebutkan, sosok Mayor Teddy yang dikenal sebagai ajudan Menteri Pertahanan (Menhan) dan Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto saat ini menjadi sorotan publik. Pasalnya, Mayor Teddy terlihat hadir dalam acara debat capres yang digelar KPU sebelumnya.
Melalui video yang beredar Mayor Teddy terlihat duduk dalam barisan pendukung Prabowo Subianto dan mengenakan pakaian dengan warna yang sama. Sehingga, hal tersebut membuatnya jadi perhatian publik.
Sementara itu melansir dari tni.mil.id dijelaskan, bahwa kehadiran Mayor Teddy dalam acara tersebut tidak melanggar aturan. Karena, ia hanya menjalankan tugas sebagai ajudan dan tidak mewakili institusi TNI atau kepentingan pribadi.
"Dia hanya ajudan yang menjalankan tugas mengikuti kegiatan Menhan. Tidak mewakili institusi TNI atau kepentingan pribadi. Ajudan selalu melekat ikut kegiatan Menhan, yang bersangkutan hanya menjalankan tugas sebagai ajudan, tidak lebih," ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda TNI Julius Widjojono.
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video petugas KPU memberikan surat bocoran ke Prabowo tidak benar.
Sosok yang klaim sebagai petugas KPU yang memberikan bocoran ke Prabowo tersebut adalah ajudan Menteri Pertahanan (Menhan) dan Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto Mayor Teddy.
Rujukan
(GFD-2023-14830) Keliru, Video Berisi Klaim bahwa Masuknya Rohingya ke Indonesia sama dengan Israel Masuk Palestina
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 28/12/2023
Berita
Video berdurasi 1 menit 18 detik beredar di Tiktok, berisi klaim bahwa masuknya pengungsi etnis Rohingya ke Indonesia sama dengan Israel.
Video itu berisi seorang pria yang mengatakan bahwa kebaikan orang Indonesia telah dimanfaatkan oleh etnis Rohingya. Pria itu menyebut Malaysia yang sebelumnya telah menampung etnis Rohingya dan memberi makan, malah menuntut tanah ke pemerintah.
Di bagian akhir video, pria itu juga menyebut bahwa siapa yang di belakang etnis Rohingya tidak pernah diketahui. “Apakah Americol (Amerika, red), kita juga tidak tahu, kan, cara main mereka seperti itu, numpang..numpang numpang…lalu akhirnya kayak Palestina, dijajah.”
Benarkah klaim-klaim tersebut?
Video itu berisi seorang pria yang mengatakan bahwa kebaikan orang Indonesia telah dimanfaatkan oleh etnis Rohingya. Pria itu menyebut Malaysia yang sebelumnya telah menampung etnis Rohingya dan memberi makan, malah menuntut tanah ke pemerintah.
Di bagian akhir video, pria itu juga menyebut bahwa siapa yang di belakang etnis Rohingya tidak pernah diketahui. “Apakah Americol (Amerika, red), kita juga tidak tahu, kan, cara main mereka seperti itu, numpang..numpang numpang…lalu akhirnya kayak Palestina, dijajah.”
Benarkah klaim-klaim tersebut?
Hasil Cek Fakta
Tempo menggunakan sumber-sumber kredibel untuk melacak berbagai klaim itu serta meminta analisis dari Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yunizar Adiputra.
Klaim 1: Pengungsi etnis Rohingya di Malaysia menuntut tanah ke pemerintah
Fakta: Tempo tidak menemukan pemberitaan tentang pengungsi Rohingya yang menuntut tanah ke Pemerintah Malaysia.Klaim itu sebenarnya berasal dari video yang beredar di media sosial tentang sejumlah etnis Rohingya yang berdemonstrasi dan disebarkan dengan narasi bahwa mereka meminta tanah.
Namun setelah diverifikasi, salah satunya oleh Tribun Aceh, demonstrasi itu bukanlah untuk menuntut tanah ke pemerintah Malaysia. Melainkan demo etnis Rohingya di Malaysia memprotes kekerasan di Myanmar pada 5 September 2017.
Klaim 2: Masuknya Rohingya ke Indonesia sama dengan Israel masuk Palestina
Fakta: Menurut Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, Yunizar Adiputra, terdapat perbedaan antara apa yang dialami oleh etnis Rohingya dengan kasus Israel-Palestina.Pertama, pada akhir Perang Dunia I, wilayah Palestina merupakan wilayah yang dimandatkan kepada Inggris oleh Liga Bangsa-Bangsa. Ini kemudian membuka jalan bagi lahirnya negara Israel dan (seharusnya) negara Palestina, dengan dasar rencana partisi yang ditetapkan oleh PBB di akhir Perang Dunia II. Dengan kata lain, imigrasi warga Yahudi ke wilayah Palestina terjadi di saat wilayah tersebut berada di bawah kendali Inggris.
“Ini tentu saja berbeda dengan etnis Rohingya yang datang ke Indonesia dalam kondisi negara Indonesia sudah ada dan berdaulat penuh. Indonesia saat ini tidak berada di bawah kendali Inggris (atau entitas manapun),” kata Yunizar melalui emailnya kepada Tempo, 28 Desember 2023.
Kedua, berbeda dengan warga Yahudi yang sejak dulu mendambakan memiliki ’Negara Yahudi’ di wilayah Palestina (dan didukung oleh Inggris melalui deklarasi Balfour), etnis Rohingya tidak pernah mendambakan memiliki ’Negara Rohingya’, apalagi di wilayah Indonesia.
Selain itu, perebutan wilayah Palestina oleh warga Yahudi dan Arab Palestina juga dibumbui sentimen sejarah dan penguasaan ‘holyland’ di Yerusalem. Sentimen serupa tidak ada dalam kasus Rohingya di Indonesia.
Ketiga, warga Yahudi juga sudah sejak dulu memilikienclave di wilayah Palestina yang hidup berdampingan dengan warga Arab. Sedangkan Rohingya tidak memiliki itu di Indonesia. Sebaliknya, nasib pengungsi Rohingya lebih mirip dengan nasib warga Palestina yang saat ini berada di bawah pendudukan Israel yang apartheid.
“Di Myanmar, mereka mengalami persekusi, diskriminasi, bahkan tidak diakui sebagai warga negara, meskipun mereka sudah tinggal di wilayah tersebut sejak sangat lama,” tulis Yunizar.
Klaim 3: Ada kepentingan negara lain di balik kedatangan pengungsi etnis Rohingya
Fakta: Etnis Rohingnya mengungsi ke luar Myanmar karena persekusi panjang yang mereka alami, bukan kepentingan atau campur tangan negara lain.
Sebelumnya, Tim Cek Fakta Tempo telah menerbitkan artikel cek fakta untuk memverifikasi klaim adanya kepentingan negara lain. Penelitian Mohajan berjudul “History of Rakhine State and the Origin of the Rohingya”, umat Islam di Myanmar mengalami penganiayaan sejak masa pemerintahan Raja Bodawpayar (1782-1819) karena ketakutan akan penyebaran Islam.
Hal itu berlanjut hingga pemerintahan militer yang dipimpin oleh Jenderal Angkatan Darat Burma Ne Win antara tahun 1966 dan 1988. Sejak tahun 1970-an, sejumlah tindakan keras terhadap Rohingya di Rakhine menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh, Malaysia, Thailand, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Laman UNHCR menjelaskan dalam tiga dekade terakhir sekitar 1 juta orang etnis Rohingya melarikan diri ke kamp-kamp di negara tetangga Bangladesh dan kebanyakan pada tahun 2017 setelah beberapa insiden kekerasan dan pelanggaran HAM berskala besar. Kondisi keamanan di kamp-kamp Bangladesh yang sesak telah memburuk secara signifikan selama beberapa waktu terakhir, mendorong banyak keluarga pengungsi Rohingya untuk melakukan perjalanan yang sangat berbahaya dalam mencari keselamatan dan stabilitas.
Pengungsi Rohingya tidak hanya mencari keselamatan di Indonesia. Mayoritas pengungsi Rohingya telah melarikan diri dan diberi status pengungsi di Bangladesh (>960.000), Malaysia (>107.000), dan India (>22.000).
Klaim 1: Pengungsi etnis Rohingya di Malaysia menuntut tanah ke pemerintah
Fakta: Tempo tidak menemukan pemberitaan tentang pengungsi Rohingya yang menuntut tanah ke Pemerintah Malaysia.Klaim itu sebenarnya berasal dari video yang beredar di media sosial tentang sejumlah etnis Rohingya yang berdemonstrasi dan disebarkan dengan narasi bahwa mereka meminta tanah.
Namun setelah diverifikasi, salah satunya oleh Tribun Aceh, demonstrasi itu bukanlah untuk menuntut tanah ke pemerintah Malaysia. Melainkan demo etnis Rohingya di Malaysia memprotes kekerasan di Myanmar pada 5 September 2017.
Klaim 2: Masuknya Rohingya ke Indonesia sama dengan Israel masuk Palestina
Fakta: Menurut Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, Yunizar Adiputra, terdapat perbedaan antara apa yang dialami oleh etnis Rohingya dengan kasus Israel-Palestina.Pertama, pada akhir Perang Dunia I, wilayah Palestina merupakan wilayah yang dimandatkan kepada Inggris oleh Liga Bangsa-Bangsa. Ini kemudian membuka jalan bagi lahirnya negara Israel dan (seharusnya) negara Palestina, dengan dasar rencana partisi yang ditetapkan oleh PBB di akhir Perang Dunia II. Dengan kata lain, imigrasi warga Yahudi ke wilayah Palestina terjadi di saat wilayah tersebut berada di bawah kendali Inggris.
“Ini tentu saja berbeda dengan etnis Rohingya yang datang ke Indonesia dalam kondisi negara Indonesia sudah ada dan berdaulat penuh. Indonesia saat ini tidak berada di bawah kendali Inggris (atau entitas manapun),” kata Yunizar melalui emailnya kepada Tempo, 28 Desember 2023.
Kedua, berbeda dengan warga Yahudi yang sejak dulu mendambakan memiliki ’Negara Yahudi’ di wilayah Palestina (dan didukung oleh Inggris melalui deklarasi Balfour), etnis Rohingya tidak pernah mendambakan memiliki ’Negara Rohingya’, apalagi di wilayah Indonesia.
Selain itu, perebutan wilayah Palestina oleh warga Yahudi dan Arab Palestina juga dibumbui sentimen sejarah dan penguasaan ‘holyland’ di Yerusalem. Sentimen serupa tidak ada dalam kasus Rohingya di Indonesia.
Ketiga, warga Yahudi juga sudah sejak dulu memilikienclave di wilayah Palestina yang hidup berdampingan dengan warga Arab. Sedangkan Rohingya tidak memiliki itu di Indonesia. Sebaliknya, nasib pengungsi Rohingya lebih mirip dengan nasib warga Palestina yang saat ini berada di bawah pendudukan Israel yang apartheid.
“Di Myanmar, mereka mengalami persekusi, diskriminasi, bahkan tidak diakui sebagai warga negara, meskipun mereka sudah tinggal di wilayah tersebut sejak sangat lama,” tulis Yunizar.
Klaim 3: Ada kepentingan negara lain di balik kedatangan pengungsi etnis Rohingya
Fakta: Etnis Rohingnya mengungsi ke luar Myanmar karena persekusi panjang yang mereka alami, bukan kepentingan atau campur tangan negara lain.
Sebelumnya, Tim Cek Fakta Tempo telah menerbitkan artikel cek fakta untuk memverifikasi klaim adanya kepentingan negara lain. Penelitian Mohajan berjudul “History of Rakhine State and the Origin of the Rohingya”, umat Islam di Myanmar mengalami penganiayaan sejak masa pemerintahan Raja Bodawpayar (1782-1819) karena ketakutan akan penyebaran Islam.
Hal itu berlanjut hingga pemerintahan militer yang dipimpin oleh Jenderal Angkatan Darat Burma Ne Win antara tahun 1966 dan 1988. Sejak tahun 1970-an, sejumlah tindakan keras terhadap Rohingya di Rakhine menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh, Malaysia, Thailand, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Laman UNHCR menjelaskan dalam tiga dekade terakhir sekitar 1 juta orang etnis Rohingya melarikan diri ke kamp-kamp di negara tetangga Bangladesh dan kebanyakan pada tahun 2017 setelah beberapa insiden kekerasan dan pelanggaran HAM berskala besar. Kondisi keamanan di kamp-kamp Bangladesh yang sesak telah memburuk secara signifikan selama beberapa waktu terakhir, mendorong banyak keluarga pengungsi Rohingya untuk melakukan perjalanan yang sangat berbahaya dalam mencari keselamatan dan stabilitas.
Pengungsi Rohingya tidak hanya mencari keselamatan di Indonesia. Mayoritas pengungsi Rohingya telah melarikan diri dan diberi status pengungsi di Bangladesh (>960.000), Malaysia (>107.000), dan India (>22.000).
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, video berisi klaim bahwa masuknya Rohingya ke Indonesia sama dengan Israel masuk Palestina adalahkeliru.
Demikian juga klaim bahwa pengungsi Rohingya di Malaysia minta tanah dan ada kepentingan negara lain di balik kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia adalah keliru.
Demikian juga klaim bahwa pengungsi Rohingya di Malaysia minta tanah dan ada kepentingan negara lain di balik kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia adalah keliru.
Rujukan
- https://www.tiktok.com/@kribo_tiktokk/video/7309704260285893894?q=rohingya&t=1703670270804
- https://aceh.tribunnews.com/2023/12/08/video-sempat-viral-rohingya-demo-minta-tanah-di-malaysia-ternyata-begini-faktanya?page=2
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/2653/keliru-kedatangan-pengungsi-rohingya-ke-indonesia-merupakan-propaganda-penjajahan-gaya-baru
- https://mpra.ub.uni-muenchen.de/88186/1/MPRA_paper_88186.pdf
- https://www.unhcr.org/id/54329-14-fakta-mengenai-pengungsi-rohingya.html mailto:cekfakta@tempo.co.id
(GFD-2023-14829) [SALAH] Foto Jokowi dan Iriana di Pantai
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 28/12/2023
Berita
So sweat!!ngidam nya asam sulfat..belimbing sayur Asem.asem
Foto Jokowi dan Iriana di Pantai
Foto Jokowi dan Iriana di Pantai
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun Facebook menggunggah foto Presiden Jokowi dan Iriana Jokowi sedang berada di pantai. Foto itu memperlihatkan Jokowi memakai baju batik serta celana pendek warna kuning. Sedangkan Iriana menggunakan baju batik warna merah muda serta celana pendek warna merah. Faktanya, foto tersebut adalah hasil manipulasi.
Setelah dilakukan penelusuran Yandex Image Search, ditemukan foto yang identik ketika Jokowi dan Iriana menggunakan batik seperti pada foto editan tersebut.
Dilansir dari solopos.com, foto tersebut diambil pada tahun 2012 seusai Jokowi mengikuti Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Keterangan di dalam foto menjelaskan bahwa Jokowi disambut oleh Iriana saat tiba di Loji Gandrung, Solo, Jumat (21/9/2012). Pada saat itu, pasangan Jokowi-Ahok unggul atas pasangan Foke-Nara pada saat itu.
Dengan demikian foto Jokowi dan Iriana di Pantai adalah hasil manipulasi. Unggahan tersebut tergolong dalam kategori konten parodi atau satire.
Setelah dilakukan penelusuran Yandex Image Search, ditemukan foto yang identik ketika Jokowi dan Iriana menggunakan batik seperti pada foto editan tersebut.
Dilansir dari solopos.com, foto tersebut diambil pada tahun 2012 seusai Jokowi mengikuti Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Keterangan di dalam foto menjelaskan bahwa Jokowi disambut oleh Iriana saat tiba di Loji Gandrung, Solo, Jumat (21/9/2012). Pada saat itu, pasangan Jokowi-Ahok unggul atas pasangan Foke-Nara pada saat itu.
Dengan demikian foto Jokowi dan Iriana di Pantai adalah hasil manipulasi. Unggahan tersebut tergolong dalam kategori konten parodi atau satire.
Kesimpulan
Foto Presiden Jokowi dan Iriana yang sedang di Pantai tersebut adalah hasil manipulasi software pengolah gambar. Aslinya, Jokowi dan iriana di Loji Gandrung, Solo, Jumat (21/9/2012).
Rujukan
- https://4.bp.blogspot.com/-eTSG9TsBokk/VESBnGkdHwI/AAAAAAAAAWA/IeLAh5hcIPA/s1600/10352781_784528821571992_4846348597908426915_n.jpg
- https://news.detik.com/berita/d-2032453/jokowi-dan-iriana-melaju-mulus-bak-di-jalan-tol?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=news
- https://foto.solopos.com/disambut-istri-331471
(GFD-2023-14828) [SALAH] Video Nelayan Surabaya Hadang Kapal Rohingya
Sumber: Tiktok.comTanggal publish: 28/12/2023
Berita
NELAYAN SURABAYA PERTAHANKAN KEDAULATAN LAUT, HADANG KAPAL ROHINGYA
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun TikTok mengunggah video yang mengklaim nelayan di kawasan Laut Surabaya sedang menghadang kapal pengungsi Rohingya. Video tersebut memperlihatkan terdapat dua kapal yang tengah berhadapan. Kapal berwarna hijau adalah kapal nelayan dan kapal berwarna coklat merupakan kapal yang membawa pengungsi Rohingya. Pengunggah menambahkan narasi jika kejadian itu terjadi di Laut Surabaya.
Faktanya, video tersebut bukan di Surabaya melainkan di Laut Aceh. Kanal YouTube tvOneNews, pernah mengunggah video yang identik dengan klaim. Unggahan itu dapat dilihat di kanal YouTube tvOneNews dengan judul “Aksi Nelayan Usir dan Adang Pengungsi Rohingya yang Tiba di Laut Aceh | tvOne Minute” yang diunggah pada 11 Desember 2023.
Selain kanal YouTube tvOneNews, kanal YouTube viva.co.id juga mengunggah video yang identik pada 16 Agustus 2023. Unggahan tersebut berjudul ” Aksi Nelayan Lokal Cegat Pengungsi Rohingya di Tengah Laut,” video tersebut menjelaskan bahwa warga Aceh telah melakukan berbagai cara untuk menghalangi pengungsi Rohingya masuk ke wilayah Aceh.
Faktanya, video tersebut bukan di Surabaya melainkan di Laut Aceh. Kanal YouTube tvOneNews, pernah mengunggah video yang identik dengan klaim. Unggahan itu dapat dilihat di kanal YouTube tvOneNews dengan judul “Aksi Nelayan Usir dan Adang Pengungsi Rohingya yang Tiba di Laut Aceh | tvOne Minute” yang diunggah pada 11 Desember 2023.
Selain kanal YouTube tvOneNews, kanal YouTube viva.co.id juga mengunggah video yang identik pada 16 Agustus 2023. Unggahan tersebut berjudul ” Aksi Nelayan Lokal Cegat Pengungsi Rohingya di Tengah Laut,” video tersebut menjelaskan bahwa warga Aceh telah melakukan berbagai cara untuk menghalangi pengungsi Rohingya masuk ke wilayah Aceh.
Kesimpulan
Video nelayan yang menghadang kapal Rohingya tersebut bukan di Surabaya. Aslinya, video terjadi di Laut Aceh pada 11 Desember 2023.
Rujukan
Halaman: 2598/5695