• (GFD-2024-22584) [HOAKS] Undian Berhadiah Bank Woori Saudara pada 2024

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/09/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Akun-akun Facebook mengatasnamakan PT Bank Woori Saudara Indonesia (BWS) bermunculan dan mengunggah konten mencurigakan.

    Akun tersebut menawarkan program undian dengan berbagai hadiah, seperti mobil, ponsel, televisi, paket wisata, paket umroh, dan emas batangan.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tawaran itu tidak benar atau hoaks.

    Akun Facebook menawarkan program undian berhadiah menggunakan logo dan nama BWS.

    Misalnya akun dengan nama Program Undian BWS Mobile Berhadiah 2024, program undian berhadiah Bank BWS, dan Promoo Undian Bnk BWS Berhadiah 2024.

    Ada pula akun dengan nama Program berhadiah Bank BWS 2024 dan BWS.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (5/9/2024):

    Program Bank Woori Saudara 2024 khusus nasabah Bank BWS yang sudah menggunakan BWS Mobile

    Gebyar hadiah Bank Woori Saudara hadir kembali, buruan daftar dan menangkan grand prize seperti:

    10 unit mobil Alphard10 unit mobil CR-V Turbo10 unit mobil Xpander10 unit mobil Fortuner

    15 unit motor Nmax20 unit motor Scoopy30 unit TV LED 50 in20 unit smartphone Promax15

    40 emas batangan & logam mulia25 paket wisata Singapure50 paket umroh gratis

    Hasil Cek Fakta

    Akun-akun Facebook yang menawarkan program undian berhadiah bukanlah akun resmi BWS.

    Akun Facebook resmi bank swasta tersebut memiliki nama Bank Woori Saudara. Akun tersebut mencantumkan nomor, alamat, dan situs web perusahaan yang asli.

    Melalui situs web resminya, BWS menginformasikan mengenai modus penipuan undian berhadiah.

    BWS mengimbau kepada nasabah agar berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan bank tersebut.

    "Mohon selalu waspada terhadap segala bentuk penipuan, dan selalu jaga kerahasiaan nomor pin ATM, pin BWS Mobile, kode OTP, dan data pribadi lainnya," tulisnya pada 28 Agustus 2024.

    Kesimpulan

    Akun Facebook menawarkan program undian berhadiah menggunakan logo dan nama BWS merupakan hoaks.

    Akun yang beredar bukan akun resmi bank swasta tersebut.

    BWS mengimbau kepada nasabah agar tidak sembarangan memberikan data pribadi.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22583) Keliru, Demo Peringatan Darurat adalah Agenda Kudeta dari CIA Terhadap Jokowi

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/09/2024

    Berita



    Sejumlah akun di X (sebelumnya Twitter) mengunggah konten yang mengklaim unjuk rasa Peringatan Darurat untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi pada 22 Agustus 2024 lalu adalah kudeta terhadap Jokowi yang disponsori Badan Intelijen Amerika (CIA).

    Konten pertama [ arsip ] dibagikan pada 23 Agustus, menyebut kudeta tersebut karena Jokowi pro terhadap Palestina dan Cina. Konten itu juga membagikan artikel dari situs Mint Press News tentang National Endowment for Democracy (NED) sebagai agen CIA yang berada di balik operasi tersebut dengan menyalurkan pendanaan kepada NGO. 

    Kemudian pada 1 September, sebuah akun membagikan konten kedua [ arsip ] berisi klaim tentang kemiripan bendera CIA dengan logo garuda biru yang menjadi simbol gerakan Peringatan Darurat. 



    Benarkah demo Peringatan Darurat adalah agenda kudeta dari CIA terhadap Jokowi? Berikut pemeriksaan faktanya.

    Hasil Cek Fakta



    Klaim 1: Aksi ‘Peringatan Darurat’ agenda CIA untuk mengkudeta Jokowi yang pro Palestina dan Cina

    Fakta:Aksi Peringatan Darurat yang dimulai dari pemasangan logo garuda biru di media sosial pada 21-22 Agustus 2024, bukanlah aksi yang disponsori Badan Intelijen Amerika melalui National Endowment for Democracy (NED) untuk mengkudeta Jokowi karena pro Palestina dan Cina.

    Aksi tersebut untuk memprotes langkah DPR RI yang akan menganulir keputusan Mahkamah Konstitusi melalui pengesahan RUU Pilkada yang awalnya dijadwalkan pada 22 Agustus, sebagaimana telah banyak diulas di berbagai media massa. Padahal sesuai amanat UUD 1945 hasil amandemen pada Pasal 24C, disebutkan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi bersifat final.

    Dikutip dari Antara, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin mengatakan manuver Baleg DPR RI tersebut kental kepentingan memuluskan langkah anak bungsu Presiden Jokowi yang akan maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, karena usianya belum genap 30 tahun saat masa pendaftaran dan penetapan calon gubernur dan wakil gubernur yang dijadwalkan 22 September 2024. 

    Sejumlah kalangan dari berbagai elemen seperti mahasiswa, organisasi sipil, serikat buruh, selebritis, komika, dan media menyalakan sinyal peringatan darurat melalui media sosial pada 21 Agustus 2024, dan memobilisasi diri untuk turun ke jalan seiring kabar DPR menganulir Putusan MK itu pada 22 Agustus.

    Visiting Senior Fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Max Lane, dalam artikelnya berjudul “ Dynastic Politics Provokes Nationwide Demonstrations ” menganalisis tidak ada kekuatan politik besar yang menyerukan demonstrasi tersebut. Secara khusus, PDI-P juga tidak menyerukan aksi protes itu. Seruan untuk berdemonstrasi beredar melalui media sosial dengan slogan “Indonesia Darurat”. Mobilisasi mahasiswa dari berbagai kampus terlihat dalam rekaman dan foto di media sosial, tetapi tidak ada kelompok, kampus, aliansi masyarakat sipil, atau serikat tertentu yang mendominasi.

    Menurut Max yang pernah menjadi akademisi di University of Sydney, Victoria University (Melbourne), Murdoch University dan National University of Singapore, momentum demonstrasi besar-besaran tersebut karena faktor manuver Joko Widodo yang dimulai sejak anak sulungnya Gibran menjadi wakil presiden, telah mengasingkan masyarakat sipil dan sebagian besar masyarakat. Dengan dukungan Jokowi, Prabowo juga memenangkan 58 persen suara. Ini berarti bahwa 42 persen pemilih menentang Prabowo dan Widodo. 

    Pernyataan protes oleh akademisi berkembang biak seperti halnya pernyataan dari LSM dan kelompok-kelompok lain. Film dokumenter Dirty Vote, yang mengungkap manuver Jokowi, mengumpulkan jutaan penayangan di YouTube. Sejak kemenangan Prabowo, manuver-manuver selanjutnya yang dilakukan Jokowi telah memperkuat persepsi bahwa ia tengah membangun dinasti politik. Persepsi ini semakin menguat ketika Jokowi berupaya mengganti Ketua Umum Partai Golkar saat ini, partai terbesar kedua dalam koalisi Prabowo, dengan sekutu yang pro-Jokowi.

    Klaim 2: National Endowment for Democracy (NED) sebagai agen CIA yang berada di balik operasi mengkudeta Jokowi dengan menyalurkan pendanaan kepada NGO

    Fakta:Berdasarkan penelusuran Tempo, klaim tersebut tidak disertai dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai keterlibatan NED dan lembaga-lembaga di Indonesia melakukan operasi mengkudeta Jokowi melalui aksi ‘Peringatan Darurat’. 

    Laporan yang dipublikasikan situs Mint Press News tersebut hanya merujuk opini David Ignatius yang dipublikasikan di Washington Post  pada 21 September 1991. David menulis tentang pengakuan Allen Weinstein, seorang aktivis pro-demokrasi di Washington yang mengaku bahwa ia bersama CIA terlibat dalam kudeta 1991 di Uni Soviet.

    Mengutip Media Bias Fact Check, Mint Press bukanlah sumber kredibel (questionable source). Artikel yang diterbitkan media ini kerap memiliki bias yang ekstrim, mempromosikan propaganda dan konspirasi secara konsisten, menggunakan sumber yang buruk atau tidak ada sumber informasi yang kredibel, tidak ada transparansi, dan menyebarkan  berita palsu.



    Dikutip dari laman National Endowment for Democracy (NED), organisasi tersebut sejak tahun 1983 mendapat mandat berdasarkan Undang-Undang Kongres Amerika Serikat sebagai organisasi pemberi hibah nirlaba independen yang didedikasikan untuk memperkuat institusi dan nilai-nilai demokrasi di seluruh dunia. 

    NED memiliki empat lembaga inti yaitu Center for International Private Enterprise, International Republican Institute, National Democratic Institute, dan Solidarity Center yang memiliki fokus pada gerakan demokrasi di seluruh Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, kawasan Asia Pasifik, dan Afrika. Organisasi tersebut secara terbuka mempublikasikan siapa saja organisasi yang menerima pendanaan dengan program-program yang terkait penguatan demokrasi, termasuk Indonesia. 

    Menurut Ian Wilson, dosen senior Politik Internasional dan Studi Keamanan di Universitas Murdoch, Australia Barat, artikel di Mint Press News tersebut ditulis oleh Kit Klarenberg, yang bekerja untuk Grayzone, outlet pro-Rusia, Cina, dan pemerintah Suriah yang diidentifikasi sebagai upaya rezim-rezim di tiga negara tersebut untuk menyebarkan narasi kepada khalayak kiri progresif secara global.

    Artikel tersebut, kata dia, menggunakan kerangka ideologi yang sederhana yaitu adanya perang global antara imperialisme AS dan kontra-imperialis yang mencoba mengaitkan bahwa hampir setiap upaya transformasi politik yang tidak mereka setujui sebagai ‘didukung oleh CIA’. 

    Penulisnya juga menunjukkan tidak memahami tentang politik atau masyarakat Indonesia, dan hanya menerapkan formula tersebut untuk menginterupsi berbagai peristiwa dengan cara-cara yang mendukung posisi ideologis mereka. Bisa disebut bahwa isi artikel tersebut hanya untuk mendelegitimasi gerakan-gerakan sosial yang menyerukan akuntabilitas atau reformasi. 

    “Saya berpikir bahwa analisis tersebut sangat merendahkan, jika bukan rasis, karena menggambarkan orang Indonesia sebagai boneka yang tidak punya pikiran, tanpa memiliki kemampuan politik atau wawasan,” kata dia kepada Tempo melalui email, 10 September 2024. 

    Menurut Ian yang juga Ketua Akademik Program Keamanan Global, dan Wakil Direktur Pusat Penelitian Indo-Pasifik, delegitimasi seperti itu adalah taktik klasik para diktator dan kaki tangannya di seluruh dunia untuk membuat gerakan dan protes yang tulus karena ada campur tangan pihak luar.  

    Ia juga menemukan persamaan narasi tersebut dengan pernyataan Prabowo baru-baru ini yang berusaha menyimpulkan bahwa peristiwa 1998 disebabkan oleh campur tangan asing, untuk mendiskreditkan dan mendelegitimasi transformasi sosial dan politik yang tulus yang digerakkan oleh rakyat Indonesia. “Sementara juga menunjukkan preferensi politiknya sendiri terhadap otoritarianisme.”

    Pernyataan Prabowo tersebut dapat dibaca di artikel Kompas ini.

    Klaim 3: Logo garuda biru mirip logo CIA

    Fakta:Logo garuda biru sejatinya diambil dari penggalan video yang diunggah oleh  EAS Indonesia Concept tentang esistem peringatan dini  pada 24 Oktober 2022. Dilansir BBC, berdasarkan analisis jaringan sosial

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan  bahwa klaim demo Peringatan Darurat merupakan agenda kudeta dari CIA terhadap Jokowi adalahkeliru.

    Aksi tersebut merupakan respon cepat yang dilakukan warganet, akademisi, seniman, jurnalis, buruh dan organisasi masyarakat sipil. Tidak ada bukti yang menunjukkan gerakan tersebut didorong atau diorkestrasi oleh kekuatan asing maupun kekuatan partai politik di dalam negeri.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22582) Keliru, 74 Persen Orang Meninggal Akibat Vaksin Covid-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/09/2024

    Berita



    Sebuah akun Facebook [ arsip ] mengunggah sebuah video yang menyebutkan terdapat 74 persen orang yang meninggal mendadak akibat vaksin Covid-19.

    Video ini berisi pengakuan seseorang bahwa ia mendengar cerita bahwa ada kliennya yang sering sakit setelah menerima vaksin Covid-19. Disebutkan juga, vaksin merusak 2 hal, yaitu membuat darah jadi beku dan merusak DNA.



    Diunggah pada 6 agustus 2024, video ini mendapatkan 29 ribu suka, 5,2 ribu komentar, dan ditayangkan 1,8 juta kali oleh pengguna Facebook. Benarkah 74 persen kematian mendadak akibat vaksin Covid-19? Berikut pemeriksaan faktanya.

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memeriksa klaim tersebut di atas dengan menggunakan sumber terbuka dan pernyataan resmi otoritas kesehatan.

    Klaim 1: 74 Persen kematian mendadak disebabkan vaksin Covid-19

    Fakta: Tempo menemukan narasi tentang kematian mendadak (sudden cardiac death) telah beredar di media sosial sejak Februari 2021.Narasi ini juga disebarkan melalui tulisan berjudul “The Vaccine Death Report” yang dipublikasikan pada laman Stop World Control.

    Narasi ini kembali beredar pada 2024 setelah salinan hasil pemeriksaan dokter terhadap atlet pelajar di New Jersey beredar di media sosial. Hasil tes medis itu menuliskan “vaksinasi Covid mempengaruhi risiko Anda” terhadap “kematian jantung mendadak di lapangan”.

    Dalam laporan berjudul “Analisis kematian setelah vaksinasi COVID-19 dan kematian berlebih selama pandemi pada kaum muda” yang dirilis Office for National Statistic disebutkan berdasarkan hasil analisis data dari tahun 2021-2022 tidak ada perubahan risiko kematian mendadak (sudden cardiac death) setelah vaksinasi pada remaja 12 hingga usia 29 tahun.



    Laporan CDC pada 11 April 2024 berjudul ?? ”Penilaian Risiko Kematian Jantung Mendadak di Kalangan Remaja dan Dewasa Muda Setelah Menerima Vaksin COVID-19 - Oregon, Juni 2021-Desember 2022” juga tidak menemukan bukti bahwa kematian mendadak pada anak muda disebabkan karena mereka menerima vaksinasi Covid-19. “Para peneliti menentukan bahwa kematian pada ketiga kasus tersebut disebabkan oleh penyebab alami,” tulis laporan tersebut.

    Dilansir Reuters, terkait klaim kematian mendadak yang beredar di media sosial, FDA mengatakan “hasil tinjauan terhadap informasi klinis yang tersedia, termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan rekam medis, tidak menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan vaksin Covid-19.”

    CDC juga menuliskan bahwa semua vaksin Covid-19 telah melewati uji klinis yang ketat. Uji klinis untuk vaksin dilakukan dengan membandingkan hasil berapa banyak orang yang jatuh sakit, antara orang yang divaksinasi dan orang yang tidak divaksinasi. Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif, terutama terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian.

    Klaim 2: Vaksin Covid-19 menyebabkan pembekuan darah

    Fakta: Dilansir Health University of Utah, pembekuan darah (blood clotting) merupakan komplikasi infeksi SARS-CoV-2 dan efek samping vaksin tertentu yang sangat langka. Penderita Covid-19 yang mendapatkan vaksin memiliki resiko pembekuan darah lebih rendah dibandingkan penderita orang yang belum menerima vaksinasi.

    Dalam laporan European Medicines Agency (EMA) dan CDC memang ditemukan pembekuan darah sebagai efek samping dari vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Johnson&Johnson. Namun efek ini sangat langka karena hanya ditemukan empat kasus  dalam satu juta dosis Johnson & Johnson yang diberikan.

    Dilansir Yale Medicine, pasien Covid-19 yang berisiko mengalami pembekuan darah adalah mereka yang memiliki riwayat medis pembekuan darah sebelumnya atau kelainan pembekuan darah turunan. Juga pada pasien Covid-19 yang parah yang mengalami gagal nafas atau membutuhkan oksigen dalam jumlah besar, imobilitas yang berkepanjangan dan memiliki riwayat hipertensi, diabetes, obesitas, atau kanker.

    Penelitian yang diterbitkan Jurnal MedRxiv menemukan bahwa pasien dengan infeksi Covid-19 menghadapi risiko pembekuan darah yang jauh lebih tinggi daripada orang yang menerima vaksin mRNA.

    Klaim 3: Vaksin Covid-19 merusak DNA

    Fakta: Dilansir Johns Hopkins Medicine, vaksin COVID-19 dirancang untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus corona.Asam ribonukleat (RNA)  yang terdapat dalam vaksin Covid-19 memang masuk ke dalam sel, tetapi bukan ke dalam inti sel tempat DNA (asam deoksiribonukleat, atau molekul dibutuhkan organisme, termasuk manusia untuk hidup, dan berkembang biak) berada. MRNA (messenger RNA) berfungsi untuk menghasilkan protein yang merangsang sistem kekebalan tubuh, dan kemudian dengan cepat rusak tanpa mempengaruhi DNA.

    NIH juga menegaskan bahwa vaksin mRNA aman dan tidak dapat mengubah DNA. Vaksin yang diberikan bekerja materi genetik yang dirancang untuk dipecah dan dihilangkan, sehingga tidak berintegrasi dengan DNA manusia.



    Laman National Human Genome Research Institute menuliskan bahwa tidak ada risiko vaksin mRNA mengubah DNA karena mRNA tidak memiliki kemampuan untuk mengubah DNA. Sel-sel secara konstan membuat mRNA sendiri. MRNA sintesis dalam vaksin berfungsi seperti mRNA lain yang dibuat oleh sel tubuh. 

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan klaim yang menyebutkan vaksin Covid-19 menyebabkan 74 persen kematian mendadak, pembekuan darah, dan merusak DNA adalahkeliru.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan otoritas kesehatan dunia dan  akademisi, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukan kematian mendadak yang terjadi disebabkan oleh vaksin Covid-19. Dari data yang diajukan, kematian tersebut terjadi secara alamiah dan disebabkan penyakit lain yang menyertai. Otoritas kesehatan sampai saat ini meyakini vaksin Covid-19 yang didistribusikan aman dan efektif mencegah virus Corona.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22581) Cek fakta, artikel Rocky Gerung tantang mahasiswa demo UU hukuman mati koruptor

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/09/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menampilkan tangkapan layar berita dari media CNN Indonesia dengan judul pengamat politik Indonesia Rocky Gerung geram dengan mahasiswa yang ikut demo revisi UU Pilkada.

    Dalam unggahan tersebut, Rocky Gerung juga menantang mahasiswa yang ikut demo revisi UU Pilkada kemarin untuk mendemo UU hukuman mati bagi koruptor.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Rocky Gerung “GERAM” Sebut Mahasiswa Yang Demo Kemarin, Mahasiswa Dungu Itu, dan Tolol, Hanya dibayar 100K/Kepala, Coba Kalian Demo di DPR, UU Hukum “MATI” Bagi Koruptor, Berani Ngk!! Saya Yakin Ngk”

    Namun, benarkah artikel Rocky Gerung tantang mahasiswa demo UU hukuman mati koruptor?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, ANTARA tidak menemukan judul berita di CNN seperti ditangkapan layar unggahan tersebut. Unggahan CNN 23 Agustus 2024 pukul 10.20.

    ANTARA juga tidak menemukan foto serupa di CNN yang sesuai dengan tangkapan layar tersebut. Namun, foto tersebut serupa dengan unggahan Suara.com pada 2018 yang berjudul “Pengakuan Rocky Gerung Saat Heboh Foto Lebam Ratna Sarumpaet Beredar”. Saat itu Rocky Gerung akhirnya memenuhi panggilan Polda Metro Jaya, Selasa (4/12/2018) untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus berita bohong atau hoaks atas tersangka Ratna Sarumpaet.

    Sehingga, judul dalam tangkapan layar tersebut merupakan editan.

    Klaim: Artikel Rocky Gerung tantang mahasiswa demo UU hukuman mati koruptor

    Rating: Hoaks

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan