(GFD-2025-27111) Cek Fakta: Hoaks Kemenkes Minta Semua Penumpang Pesawat Vaksin TBC Untuk Mencegah Penularan
Sumber:Tanggal publish: 23/05/2025
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta semua penumpang pesawat agar vaksin TBC untuk mencegah penularan. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 23 Mei 2025.
Dalam postingannya terdapat foto Budi Gunadi Sadikin dengan narasi sebagai berikut:
"Kemenkes: Semua penumpang yang akan naik pesawat agar sudah di vaksin TBC dan menunjukkan surat vaksin. Tujuannya untuk mencegah penyebaran lewat udara."
Akun itu menambahkan narasi, "MANTAP."
Lalu benarkah postingan Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta semua penumpang pesawat agar vaksin TBC untuk mencegah penularan?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan informasi itu tidak benar. Kemenkes membantahnya dalam pernyataan yang dibagikan pada media.
"WASPADA HOAKS!
Healthies, jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas sumbernya.
Beredar narasi tidak benar soal kewajiban vaksin TBC untuk naik pesawat. Faktanya, tidak ada aturan yang mewajibkan vaksin TBC untuk naik pesawat.
Yuk, lebih bijak dalam menyaring informasi. Cek fakta sebelum percaya!
? Informasi kesehatan yang dapat dijamin validitasnya dapat diakses pada website dan akun media sosial resmi Kemenkes RI."
Dalam akun Instagram resmi Kemenkes, @kemenkes_ri juga diunggah bantahan terkait informasi tersebut.
Kesimpulan
Postingan Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta semua penumpang pesawat agar vaksin TBC untuk mencegah penularan adalah hoaks.
Rujukan
(GFD-2025-27110) Keliru: Narasi tentang Tuberkulosis Disebabkan oleh Chemtrail
Sumber:Tanggal publish: 23/05/2025
Berita
KLAIM bahwa tuberkulosis atau TBC disebabkan oleh chemtrail, menyebar di sejumlah media sosial. Tempo menemukan sejumlah akun di pelantar X [arsip] dan Facebook, yakni akun satu, akun dua, akun tiga, akun empat, dan akun lima, menyebarkan narasi yang serupa.
Konten itu memuat foto pesawat terbang yang meninggalkan jejak garis putih. Jejak itu yang diklaim sebagai chemtrail atau zat berbahaya dan beracun yang menyebabkan batuk, pilek, meriang. Gejala-gejala tersebut akan didiagnosa sebagai TBC.
Namun, benarkah TBC merupakan penyakit yang disebabkan chemtrail?
Konten itu memuat foto pesawat terbang yang meninggalkan jejak garis putih. Jejak itu yang diklaim sebagai chemtrail atau zat berbahaya dan beracun yang menyebabkan batuk, pilek, meriang. Gejala-gejala tersebut akan didiagnosa sebagai TBC.
Namun, benarkah TBC merupakan penyakit yang disebabkan chemtrail?
Hasil Cek Fakta
Tempo mewawancarai dokter spesialis penyakit dalam dan informasi kredibel dari situs kesehatan. Hasilnya, TBC tidak disebabkan oleh chemtrail, melainkan bakteri.
Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Syifa Mustika, mengatakan, chemtrail adalah istilah yang berkembang dalam teori konspirasi. Istilah itu dikaitkan dengan garis putih yang ditinggalkan pesawat terbang, mengandung bahan kimia berbahaya. Narasi sebelumnya menghubungkan chemtrail sengaja disemprot dari udara untuk mengendalikan populasi, rekayasa cuaca, dan lain sebagainya.
Padahal, kata Syifa, ilmuwan dan badan penerbangan telah menyatakan, garis putih tersebut adalah contrails, kepanjangan dari condensation trails. Contrails adalah uap air yang dikeluarkan pesawat dan membeku akibat suhu dingin di ketinggian yang tinggi.
TBC sendiri tidak disebabkan oleh jejak awan putih tersebut. “Tidak ada jurnal medis atau penelitian peer-reviewed yang mengaitkan jejak awan putih dengan TBC,” kata dia pada Tempo melalui WhatsApp, Kamis, 22 Mei 2025.
Dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Hermina dan Rumah Sakit Lavalette itu menerangkan bahwa TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri itu dapat menular melalui udara ketika penderita TBC aktif, terutama TBC paru-paru, mengalami batuk, bersin, atau berbicara. Bakteri dari penderita TBC akan keluar ke udara dan bisa terhirup oleh orang lain. Penularan lebih mungkin terjadi pada kontak dekat dan lama, seperti yang tinggal dalam satu rumah.
Penularan tidak terjadi lewat makanan atau minuman, sentuhan kulit, dan hubungan seksual. Kecuali saat TBC menyerang organ genital. “Meski ini kasus yang sangat jarang terjadi,” kata dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Hermina dan Rumah Sakit Lavalette itu.
Menurut Syifa, TBC bisa dilawan secara individu, mengatur lingkungan rumah, dan di level masyarakat luas. Secara individu, TBC bisa dilawan dengan vaksinasi BCG pada bayi. Seseorang juga perlu mengenali gejala TBC dini seperti batuk lebih dari dua minggu, demam, penurunan berat badan, keringat malam, dan sesak napas.
Selain itu, di level individu, masyarakat perlu berusaha menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat. “Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika ada gejala,” sambung Syifa.
Dalam lingkungan rumah, dia mengimbau, agar warga mengupayakan rumah memiliki ventilasi yang baik. Saat ada yang terinfeksi TBC yang aktif maupun yang tidak menular, harus dilakukan isolasi sementara di dalam rumah. Pengobatan tuntas untuk pasien TBC dilakukan selama minimal 6 bulan sesuai protokol.
Keterangan Syifa sesuai dengan publikasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Saat seseorang menghirup bakteri TBC, kuman tersebut dapat menetap di paru-paru dan mulai tumbuh. Dari sana, kuman tersebut dapat bergerak melalui darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Penderita TBC dibedakan menjadi dua yakni aktif dan tidak aktif. Penderita TBC aktif adalah mereka yang sistem imunnya tidak mampu melawan penyakit dan merasakan sejumlah gejala sakit. Mereka bisa menularkan TBC yang dideritanya. Sementara penderita TBC tidak aktif, biasanya tidak merasakan gejala, tidak pula menularkannya pada orang lain.
Penderita TBC aktif maupun tidak aktif sama-sama diminta untuk berobat.
Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Syifa Mustika, mengatakan, chemtrail adalah istilah yang berkembang dalam teori konspirasi. Istilah itu dikaitkan dengan garis putih yang ditinggalkan pesawat terbang, mengandung bahan kimia berbahaya. Narasi sebelumnya menghubungkan chemtrail sengaja disemprot dari udara untuk mengendalikan populasi, rekayasa cuaca, dan lain sebagainya.
Padahal, kata Syifa, ilmuwan dan badan penerbangan telah menyatakan, garis putih tersebut adalah contrails, kepanjangan dari condensation trails. Contrails adalah uap air yang dikeluarkan pesawat dan membeku akibat suhu dingin di ketinggian yang tinggi.
TBC sendiri tidak disebabkan oleh jejak awan putih tersebut. “Tidak ada jurnal medis atau penelitian peer-reviewed yang mengaitkan jejak awan putih dengan TBC,” kata dia pada Tempo melalui WhatsApp, Kamis, 22 Mei 2025.
Dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Hermina dan Rumah Sakit Lavalette itu menerangkan bahwa TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri itu dapat menular melalui udara ketika penderita TBC aktif, terutama TBC paru-paru, mengalami batuk, bersin, atau berbicara. Bakteri dari penderita TBC akan keluar ke udara dan bisa terhirup oleh orang lain. Penularan lebih mungkin terjadi pada kontak dekat dan lama, seperti yang tinggal dalam satu rumah.
Penularan tidak terjadi lewat makanan atau minuman, sentuhan kulit, dan hubungan seksual. Kecuali saat TBC menyerang organ genital. “Meski ini kasus yang sangat jarang terjadi,” kata dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Hermina dan Rumah Sakit Lavalette itu.
Menurut Syifa, TBC bisa dilawan secara individu, mengatur lingkungan rumah, dan di level masyarakat luas. Secara individu, TBC bisa dilawan dengan vaksinasi BCG pada bayi. Seseorang juga perlu mengenali gejala TBC dini seperti batuk lebih dari dua minggu, demam, penurunan berat badan, keringat malam, dan sesak napas.
Selain itu, di level individu, masyarakat perlu berusaha menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat. “Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika ada gejala,” sambung Syifa.
Dalam lingkungan rumah, dia mengimbau, agar warga mengupayakan rumah memiliki ventilasi yang baik. Saat ada yang terinfeksi TBC yang aktif maupun yang tidak menular, harus dilakukan isolasi sementara di dalam rumah. Pengobatan tuntas untuk pasien TBC dilakukan selama minimal 6 bulan sesuai protokol.
Keterangan Syifa sesuai dengan publikasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Saat seseorang menghirup bakteri TBC, kuman tersebut dapat menetap di paru-paru dan mulai tumbuh. Dari sana, kuman tersebut dapat bergerak melalui darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Penderita TBC dibedakan menjadi dua yakni aktif dan tidak aktif. Penderita TBC aktif adalah mereka yang sistem imunnya tidak mampu melawan penyakit dan merasakan sejumlah gejala sakit. Mereka bisa menularkan TBC yang dideritanya. Sementara penderita TBC tidak aktif, biasanya tidak merasakan gejala, tidak pula menularkannya pada orang lain.
Penderita TBC aktif maupun tidak aktif sama-sama diminta untuk berobat.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan chemtrails dapat menyebabkan penyakit TBC pada manusia adalah klaim yang keliru. TBC disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Rujukan
- https://x.com/Boediantar4/status/1923343651830215068?t=KnQ1nNUHCDyRndCy-l1lFQ&s=19
- https://mvau.lt/media/f9aad9f1-744a-481b-8613-b5a165668b5d
- https://www.facebook.com/himae.him.2025/videos/1334737314287168/
- https://www.facebook.com/dewi.dewi.631700/videos/1190388202567321/
- https://www.facebook.com/watch/?v=2427803694260665
- https://www.facebook.com/watch/?v=999998588979668
- https://www.facebook.com/nuha.na.nuhi.new/videos/2741792546025854/
- https://www.cdc.gov/tb/causes/index.html
(GFD-2025-27109) [PENIPUAN] Gibran Bagi-Bagi Uang untuk Bayar Utang hingga Modal Usaha
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 23/05/2025
Berita
Akun Facebook “Bantuan Give Away Terkini 2025” pada Selasa (13/5/2025) membagikan video [arsip], isinya memperlihatkan Gibran Rakabuming mengatakan dirinya bakal memberi hadiah senilai Rp25 juta.
Berikut narasi yang diucapkan dalam video:
“Siapa saja yang masih mempunyai utang bank, utang rentenir atau utang riba, untuk modal usaha, tolong jawab dengan jujur. Saya akan bantu asal jangan untuk foya-foya”
Pengunggah dalam takarir menyertakan narasi:
“AYO IKUT GIVE AWAY nya
HIBURAN HADIAH RP.25.000.000💵
SYARAT DAN KETENTUAN:
1. SUKA & BAGIKAN POSTINGAN INI
2. SILAHKAN KLIK MASSENJER DI BAWAH INI
Silahkan klik gambar massenjer di bawah vidio ini kk.”
Hingga Jumat (23/5/2025) unggahan tersebut telah disukai 300-an pengguna dan menuai lebih dari 100 komentar.
Berikut narasi yang diucapkan dalam video:
“Siapa saja yang masih mempunyai utang bank, utang rentenir atau utang riba, untuk modal usaha, tolong jawab dengan jujur. Saya akan bantu asal jangan untuk foya-foya”
Pengunggah dalam takarir menyertakan narasi:
“AYO IKUT GIVE AWAY nya
HIBURAN HADIAH RP.25.000.000💵
SYARAT DAN KETENTUAN:
1. SUKA & BAGIKAN POSTINGAN INI
2. SILAHKAN KLIK MASSENJER DI BAWAH INI
Silahkan klik gambar massenjer di bawah vidio ini kk.”
Hingga Jumat (23/5/2025) unggahan tersebut telah disukai 300-an pengguna dan menuai lebih dari 100 komentar.
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) mengamati gerak bibir Gibran dalam video. Terlihat beberapa momen gerakan tersebut tidak sesuai dengan ucapan yang terdengar.
TurnBackHoax lalu mengunduh video tersebut dan mengunggahnya ke alat pendeteksi AI Hive Moderation. Hasilnya, diketahui kalau audio dalam video tersebut merupakan rekayasa AI, kemungkinan atau probabilitasnya mencapai 69,4 persen.
TurnBackHoax juga menelusuri asal-usul video menggunakan Google Lens. Hasilnya, video tersebut identik dengan unggahan akun TikTok “littlejoks” [arsip] yang beredar sejak November 2024. Dalam video itu, gerakan bibir dan tangan Gibran terlihat serupa dengan tayangan yang diunggah akun Facebook “Bantuan Give Away Terkini 2025”.
Dalam rekaman aslinya, Gibran hanya menyampaikan permintaan maaf karena datang terlambat ke sebuah acara. Tidak ada pernyataan tentang pembagian giveaway sebesar Rp25 juta.
TurnBackHoax lalu mengunduh video tersebut dan mengunggahnya ke alat pendeteksi AI Hive Moderation. Hasilnya, diketahui kalau audio dalam video tersebut merupakan rekayasa AI, kemungkinan atau probabilitasnya mencapai 69,4 persen.
TurnBackHoax juga menelusuri asal-usul video menggunakan Google Lens. Hasilnya, video tersebut identik dengan unggahan akun TikTok “littlejoks” [arsip] yang beredar sejak November 2024. Dalam video itu, gerakan bibir dan tangan Gibran terlihat serupa dengan tayangan yang diunggah akun Facebook “Bantuan Give Away Terkini 2025”.
Dalam rekaman aslinya, Gibran hanya menyampaikan permintaan maaf karena datang terlambat ke sebuah acara. Tidak ada pernyataan tentang pembagian giveaway sebesar Rp25 juta.
Kesimpulan
Unggahan video berisi klaim “Gibran bagi-bagi uang untuk bayar utang hingga modal usaha” merupakan konten tiruan (impostor content).
(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)
(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)
Rujukan
- http[Hive Moderation] Arsip hasil analisa AI Hive Moderation [Google Lens] Arsip hasil penelusuran Google Lens video Wapres Gibran [TikTok] Video asli Wapres Gibran [arsip]
- https://www.facebook.com/61575845475643/videos/1051725053723369/ (unggahan akun Facebook “Bantuan Give Away Terkini 2025”)
- https://archive.ph/hqpXV (arsip unggahan akun Facebook “Bantuan Give Away Terkini 2025”)
- https://turnbackhoax.id/wp-content/uploads/2025/05/Arsip-hasil-penelusuran-AI-Wapres-Gibran-adakan-Giveaway.png
- https://turnbackhoax.id/wp-content/uploads/2025/05/Arsip-penelusuran-Google-Lens-video-Gibran-Giveaway-25juta.png
- https://www.tiktok.com/@littlejoks/video/7436954545370041617 (arsip:
- https://archive.ph/Sv3uy)
(GFD-2025-27108) [SALAH] Vaksin mRNA, TBC, dan Malaria Disebarkan Lewat Udara
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 23/05/2025
Berita
Akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela” pada Kamis (8/5/2025) membagikan foto [arsip] berisi narasi:
“Berita Terkini: Inisiatif Kesejahteraan Global Diluncurkan. Pengiriman Vaksin mRNA melalui Udara Telah Dimulai! Dengan bangga melindungi Anda dari virus masa depan, hari ini. Pilot Chemtrail merasa terhormat dapat menghadirkan masa depan kesehatan publik langsung kepada Anda tanpa perlu membuat janji temu dan tanpa perlu persetujuan. Bernapaslah dalam-dalam dan percayalah pada prosesnya. Efek samping bersifat rahasia. Kebebasan bersifat opsional. Kepatuhan wajib.”
Pengunggah menambahkan takarir:
“Buat masyarakat publik umum, vaksin mRNA TBC dan malaria nya bukan dari suntikkan, tapi dari langit lebih praktis, hemat biaya dan juga waktu, Jadi ga usah heran nanti banyak yang mengalami gejala demam, pilek dan batuk batuk kayak orang bengek, TBC atau ISPA karena anda divaksin langsung secara massal dari langit, Jadi ujicoba vaksin itu cuman kamuflase semata dan untuk kalangan nakes yang diprioritaskan saja, sedangkan masyarakat umum dapat vaksin nya gratis langsung dikirim kan dari langit,”
Hingga Jumat (23/5/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh 70-an pengguna dan menuai 30 komentar
“Berita Terkini: Inisiatif Kesejahteraan Global Diluncurkan. Pengiriman Vaksin mRNA melalui Udara Telah Dimulai! Dengan bangga melindungi Anda dari virus masa depan, hari ini. Pilot Chemtrail merasa terhormat dapat menghadirkan masa depan kesehatan publik langsung kepada Anda tanpa perlu membuat janji temu dan tanpa perlu persetujuan. Bernapaslah dalam-dalam dan percayalah pada prosesnya. Efek samping bersifat rahasia. Kebebasan bersifat opsional. Kepatuhan wajib.”
Pengunggah menambahkan takarir:
“Buat masyarakat publik umum, vaksin mRNA TBC dan malaria nya bukan dari suntikkan, tapi dari langit lebih praktis, hemat biaya dan juga waktu, Jadi ga usah heran nanti banyak yang mengalami gejala demam, pilek dan batuk batuk kayak orang bengek, TBC atau ISPA karena anda divaksin langsung secara massal dari langit, Jadi ujicoba vaksin itu cuman kamuflase semata dan untuk kalangan nakes yang diprioritaskan saja, sedangkan masyarakat umum dapat vaksin nya gratis langsung dikirim kan dari langit,”
Hingga Jumat (23/5/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh 70-an pengguna dan menuai 30 komentar
Hasil Cek Fakta
Disadur dari artikel Periksa Fakta kompas.com.
Narasi itu merupakan teori konspirasi chemtrail. Menurut Profesor David Keith dari Universitas Harvard, chemtrail adalah teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang. Para penganut teori konspirasi ini menyebut keberadaan chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas. Mereka meyakini jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti:
- pengendalian populasi manusia,
- pengendalian pikiran, atau
- penyebaran penyakit.
Sejumlah pakar penerbangan telah membantah klaim yang menyebut jejak putih yang muncul di langit usai pesawat melintas adalah chemtrail.
Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan jejak atau asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat terbang melintas adalah hal yang biasa.
“Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan, seperti diberitakan kompas.com pada Juli 2021.
Masih dari pemberitaan yang sama, Cheppy Hakim—pengamat penerbangan yang juga mantan KSAU—menerangkan fenomena ekor pesawat yang meninggalkan jejak asap terjadi karena adanya proses kondensasi.
Narasi itu merupakan teori konspirasi chemtrail. Menurut Profesor David Keith dari Universitas Harvard, chemtrail adalah teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang. Para penganut teori konspirasi ini menyebut keberadaan chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas. Mereka meyakini jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti:
- pengendalian populasi manusia,
- pengendalian pikiran, atau
- penyebaran penyakit.
Sejumlah pakar penerbangan telah membantah klaim yang menyebut jejak putih yang muncul di langit usai pesawat melintas adalah chemtrail.
Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan jejak atau asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat terbang melintas adalah hal yang biasa.
“Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan, seperti diberitakan kompas.com pada Juli 2021.
Masih dari pemberitaan yang sama, Cheppy Hakim—pengamat penerbangan yang juga mantan KSAU—menerangkan fenomena ekor pesawat yang meninggalkan jejak asap terjadi karena adanya proses kondensasi.
Kesimpulan
Unggahan berisi klaim “vaksin mRNA, TBC, dan malaria disebarkan lewat udara” merupakan konten palsu (fabricated content).
(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)
(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)
Rujukan
- http[kompas.com] [HOAKS] Penyebaran Vaksin TBC Dilakukan Melalui Udara
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=545678125284941&id=100095282747900&_rdr (unggahan akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”)
- https://archive.ph/J9gQy (arsip unggahan akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”)
- https://www.kompas.com/cekfakta/read/2025/05/09/164000282/-hoaks-penyebaran-vaksin-tbc-dilakukan-melalui-udara?page=all#page2
Halaman: 253/6390