• (GFD-2024-16839) [KLARIFIKASI] Tidak Benar Banjir Demak adalah Pertanda Selat Muria Muncul Lagi

    Sumber: kompas.com
    Tanggal publish: 22/03/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Banjir parah yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, disebut sebagai pertanda kemunculan kembali Selat Muria.

    Selat Muria merupakan selat yang pernah ada pada zaman Kerajaan Demak, menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria, serta salah satu kawasan perdagangan yang ramai.

    Namun, sekitar tahun 1657, endapan-endapan sungai yang bermuara di Selat Muria perlahan-lahan mulai terbawa laut sehingga selat ini semakin dangkal dan akhirnya menghilang.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi mengenai kemunculan Selat Muria perlu diluruskan.

    Narasi yang menyebutkan banjir Demak sebagai pertanda kemunculan kembali Selat Muria dibagikan oleh akun Facebook ini, pada Rabu (20/3/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Pekan ini jejak Laut purba selat Muria muncul kembali dalam bentuk Banjir Di Karanganyar demak menyandera jalur Pantura jilid 2 Di tahun 2024 hanya selang selapan atau kurang lebih 40 hari dari kedatangannya yg pertamaKali ini di lengkapi dengan fenomena weduz kendit yg cukup gagah

    Akun Facebook lain membagikan narasi sebagai berikut:

    Selat Muria (1657) terindikasi muncul kembali; Demak, Kudus, Semarang, Purwodadi, Rembang, Pati, dulunya adalah selat. Akankah mengarah pada Sabdo Palon nagih janji..?, sebab janji itu dimulai dari peradaban Demak....Diluar fenomena itu semoga warga terdampak bisa tertolong, dan cepat mendapatkan bantuan pihak terkait....PRAY FOR JAWA TENGAH..

    Sementara, akun Facebook ini, ini, dan ini membagikan video banjir melanda permukiman dengan teks sebagai berikut: Apakah pertanda selat Muria akan muncul kembali?

    Screenshot Klarifikasi, tidak benar banjir Demak adalah pertanda Selat Muria muncul lagi

    Hasil Cek Fakta

    Demak dilanda banjir terparah sejak 1992. Pada Rabu (20/3/2024), banjir kian meluas dan telah merendam 13 kecamatan.

    Diberitakan Kompas.com, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Agus Nugroho mengatakan, Kecamatan Karanganyar menjadi wilayah terparah, dengan ketinggian air mencapai 3 meter dan membuat semua warganya mengungsi.

    Jumlah warga yang terdampak banjir Demak mencapai 97.000 jiwa. Sementara, jumlah pengungsi kurang lebih 25.000 orang yang tersebar di Demak dan Kabupaten Kudus.

    Banjir parah itu mendorong beredarnya narasi soal kemunculan kembali Selat Muria.

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa banjir Demak dan Kudus bukan pertanda kemunculan kembali Selat Muria.

    Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Eko Soebowo menjelaskan, banjir di Demak murni disebabkan pengaruh alam, yakni kondisi cuaca ekstrem.

    "Cuaca memang ekstrem dan daerah aliran sungai di wilayah sana tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi karena terjadi sedimentasi," kata Eko, seperti diberitakan Antara, Kamis (21/3/2024).

    Menurut Eko, pembabatan hutan dan perubahan tata guna lahan menjadi pemicu sedimentasi di sisi selatan sungai.

    Selain itu, pengambilan air tanah berlebih membuat kawasan pesisir pantai utara Jawa mengalami penurunan muka tanah yang signifikan, yaitu 5 sampai 10 sentimeter per tahun.

    Bantahan soal kemunculan kembali Selat Muria juga disampaikan Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein.

    Menurut Salahuddin, Selat Muria di Jawa Tengah tidak bisa muncul kembali karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih berlangsung dan membawa sedimen yang tinggi.

    Kondisi tersebut menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana, Pati, Jawa Tengah, akan terus bergerak maju.

    Menurut dia, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

    "Suatu selat akan terbentuk secara geologis, yaitu apabila kerak Bumi di kawasan tersebut mengalami peregangan (rifting) dan penurunan (subsidence) secara tektonis," kata Salahuddin, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (21/3/2024).

    Salahuddin melaporkan bahwa sampai saat ini indikasi awal proses tektonis tersebut masih belum terlihat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

    Kesimpulan

    Peneliti BRIN menyatakan, banjir parah di Demak disebabkan pengaruh alam, yakni kondisi cuaca ekstrem, bukan pertanda kemunculan kembali Selat Muria.

    Sementara itu, Ahli Geologi UGM Salahuddin Husein menyebutkan, Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16838) [HOAKS] Bantuan Dana Rp 100 Juta untuk TKI Mengatasnamakan Kemenkes

    Sumber: kompas.com
    Tanggal publish: 21/03/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar informasi soal bantuan dana Rp 100 juta dari Kementerian Kesehatan untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut hoaks.

    Informasi bantuan dana Rp 100 juta dari Kemenkes untuk TKI dibagikan oleh akun Facebook ini (arsip) pada 12 Maret 2024.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Untuk seluruh pejuang devisa indonesia untuk penerimaan dana bansosnya di persilahkan menghubugi bpjs ketenagakerjaan..Terimah kasih......

    Narasi itu disertai pengumuman sebagai berikut:

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR: 5701131274899/BPJS/III/2024

    PENGUMUMAN PENTING BAGI TKI/TKW

    INFORMASI PERIHAL DANA BANTUAN TENAGA KERJA INDONESIA TKI DAN TKW TAHUN 2024

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Kepada Yth:Penerima Dana Bansos

    Sehubungan dengan adanya Bantuan Dana Sosial yang diperuntukkan Bagi TKI/TKW, Pemerintah RI Melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan memberikan Dana Bantuan khususnya bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri

    Bagi yang belum menerima Bantuan Dana Sosial diwajibkan untuk menghubungi kami secepatnya agar Bantuan segera Kami Cairkan/Salurkan. Nominal Bantuan yang akan kami Salurkan Rp100.000.000,- untuk setiap orang bagi TKI/TKW yang masih aktif.

    Untuk Informasi Lebih Lanjut dan Prosedur Pengambilan Dana Bantuan Sila Hubungi Nomor Layanan Whatsapp:

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com tidak menemukan informasi mengenai bantuan dana sosial untuk TKI di akun Facebook, Instagram, dan X (Twitter) Kemenkes maupun situs resmi, Kemkes.go.id.

    Informasi ini pernah beredar di Facebook pada Juli 2022. Nominal yang disebutkan lebih besar, yakni Rp 150 juta.

    Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, memastikan informasi tersebut tidak benar.

    "Ini sudah jelas hoaks," kata Syahril, saat dikonfirmasi Kompas.com, pada Selasa (2/8/2022) malam.

    Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), pada 22 Juni 2022, telah melabeli informasi soal bantuan dana dari Kemenkes untuk TKI sebagai hoaks.

    Kesimpulan

    Hoaks mengenai bantuan dana sosial dari Kemenkes untuk TKI kembali beredar. Informasi itu tidak disebarkan melalui akun media sosial maupun situs resmi Kemenkes.

    Pada Agustus 2022, Kemenkes telah membantah narasi mengenai bantuan dana sosial untuk TKI.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16837) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini Kondisi Tuban Usai Diguncang Gempa pada 22 Maret 2024

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 22/03/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim kondisi wilayah Tuban usai diguncang gempa magnitudo 6,1 pada Jumat (22/3/2024). Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook.
    Video berdurasi 14 detik itu memperlihatkan kondisi jalanan terbelah dan bangunan rumah yang ambruk diduga akibat gempa. Video itu kemudian diklaim merupakan kondisi terkini di Tuban usai diguncang gempa magnitudo 6,1 pada Jumat (22/3/2024).
    "Innalillahi wa innaillaihi rojiun
    Breaking news
    Tuban berduka
    Gempa bumi berkekuatan M 6,1 mengguncang wilayah Tuban, Jawa Timur pada pukul 11.22 WIB. Berdasarkan keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di laut, yakni 132 kilometer timur laut Tuban dengan kedalaman 10 kilometer. Kendati demikian, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Beberapa warganet melaporkan, gempa bumi ini dirasakan hingga Surabaya, Lamongan, Blora, dan Kudus, Jawa Tengah.
    "Gempa Berkekuatan M 6,1 Guncang Tuban, Tidak Berpotensi Tsunami"
    Semoga tidak ada korban jiwa. Atas musibah ini semoga diberi kesabaran, keikhlasan," tulis salah satu akun Facebook.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 16 kali dibagikan dan mendapat 22 komentar dari warganet.
    Benarkah dalam video itu merupakan kondisi terkini di Tuban usai diguncang gempa magnitudo 6,1? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim kondisi terkini di Tuban usai diguncang gempa magnitudo 6,1. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan layar dari video tersebut ke situs Google.
    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang memuat gambar identik. Satu di antaranya artikel berjudul "Cerita Korban Selamat di Cianjur, Hendak Salat Saat Gempa Terjadi" yang dimuat situs detik.com pada Kamis 24 November 2022 lalu.
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
    Gambar dalam artikel tersebut merupakan peristiwa gempa yang melanda Cianjur pada November 2022 lalu. Kondisi bangunan miring dan jalanan rusak mirip dengan yang ada dalam video.
    Video identik juga ditemukan dalam situs berbagi video YouTube. Satu di antaranya video berjudul "Update Korban Gempa Cianjur" yang diunggah kanal YouTube Serambinews.
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
     
    "SERAMBINEWS.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengupdate jumlah korban gempa Cianjur, per Rabu (23/11/2022). Gempa Cianjur ini terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB, berpusat pada koordinat 6.84 LS, 107.05 BT atau tepatnya di darat wilayah Sukalarang, Sukabumi pada kedalaman 11 km," tulis kanal YouTube Serambinews.
     

    Kesimpulan


    Video yang diklaim kondisi terkini di Tuban usai diguncang gempa pada Jumat (22/3/2024) ternyata tidak benar. Video tersebut merupakan peristiwa gempa yang melanda Cianjur, Jawa Barat pada November 2022.

    Rujukan

  • (GFD-2024-16836) Keliru, Video Berisi Klaim Nata De Coco Berbahaya bagi Kesehatan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/03/2024

    Berita



    Sebuah video beredar dari pesan berantai yang mengklaim bahwa makanan nata de coco berbahaya bagi kesehatan karena mengandung plastik. Seorang laki-laki dalam video itu menunjukkan sebuah kemasan nata de coco yang isinya seperti plastik sintetis yang tidak mudah terurai di dalam tubuh.

    “Produk itu bukan dari sari kelapa dan berbahaya bagi kesehatan keluarga kita. Walaupun produknya bermerk, tapi fungsinya tidak jelas bagi kesehatan kita,” katanya.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah makanan nata de coco berbahaya bagi kesehatan karena mengandung plastik sintetis?

    Hasil Cek Fakta



    Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) dalam website resminya telah mengkonfirmasi bahwa nata de coco menggunakan serat pangan selulosa. Direktur Pengawasan Pangan Olahan Risiko Rendah dan Sedang Badan POM, Ema Setyawati menyatakan produk tersebut aman dikonsumsi karena tidak mengandung plastik seperti disebutkan dalam video yang beredar.

    Badan POM telah melakukan pengawasan pre dan postmarket terhadap produk nata de coco. Sepanjang pengawasan lima tahun terakhir tidak ada produk nata de coco yang mengandung plastik. “Hasil uji sampling Badan POM tahun 2019 menyatakan 100% produk nata de coco memenuhi syarat,’’ tuturnya dalam Diskusi Media “Kebaikan Nata De Coco Kelapa Indonesia” di Jakarta, Senin, 16 Desember 2019.

    Nata de coco merupakan pangan yang dibuat dari bahan baku air kelapa yang dalam proses pembuatannya dihasilkan serat selulosa yang baik untuk pencernaan. “Produk nata de coco dengan nomor izin edar dalam negeri sebesar 69,6% dibandingkan produk impor 30,3%, sehingga yang paling besar terdampak dengan adanya isu ini yakni produk lokal,” jelas Ema Setyawati.

    Dilansir dari website Wongcoco.com berdasarkan studi yang dilakukan Puslitbang Biologi LIPI, kandungan gizi nata de coco per 100 gram nata, diketahui mengandung 80% air, 20 gram karbohidrat, 146 kal kalori, 20 gram lemak, 12 mg Kalsium, 2 mg Fosfor dan 0,5 mg Ferrum (besi).

    Sedangkan kandungan gizi 100 gram nata de coco yang dikonsumsi dengan pemanis atau sirup adalah 67,7% air, 12 mg Kalsium, 0,2% lemak, 2 mg Fosfor (jumlah yang sama untuk vitamin B1 dan Protein), 5 mg zat besi dan 0,01 ng (mikrogram) Riboflavin.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa  klaim nata de coco berbahaya bagi kesehatan karena mengandung plastik sintetis adalah keliru.

    Nata de coco merupakan pangan yang dibuat dari bahan baku air kelapa yang dalam proses pembuatannya dihasilkan serat selulosa yang baik untuk pencernaan.

    Rujukan