• (GFD-2024-18825) [HOAKS] Yusril Sebut Prabowo-Gibran Didiskualifikasi

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang mengeklaim advokat Yusril Ihza Mahendra menyebut pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, didiskualifikasi.

    Namun, setelah ditelusuri video tersebut tidak benar dan merupakan hasil manipulasi.

    Adapun Yusril merupakan Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran dalam sidang sengketa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).

    Narasi bahwa Yusril menyebut Prabowo-Gibran didiskualifikasi dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, serta akun TikTok ini dan ini.

    Akun tersebut membagikan video Yusril sedang diwawancarai wartawan. Dalam video singkat tersebut Yusril mengatakan demikian:

    Bahwa Prabowo itu didiskualifikasi dan kemudian dilakukan pemilihan ulang presiden hanya diikuti oleh dua pasangan yaitu Pak Ganjar dan Pak Mahfud dan Pak Anies, Pak Muhaimin. Sementara Pak Prabowo dan Pak Gibran tidak boleh ikut.

    Kemudian, video itu diberi keterangan demikian: 02 akhirnya disqualifikasi. Alhamdulillah.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut identik dengan konten di kanal YouTube Kompas TV ini.

    Dalam video aslinya, Yusril mempertanyakan langkah dari kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang meminta mendiskualifikasi Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.

    Yusril yakin kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sulit menang dalam gugatan sengketa hasil Pilpres 2024 di MK.

    Hal itu disampaikan Yusril saat menghadiri acara Silaturahmi dan Buka Puasa TKN Prabowo-Gibran di Jakarta pada Senin (25/3/2024)

    Dalam video Yusril mengatakan demikian:

    Dari apa yang berkembang dari permohonan yang kami baca sekarang ini, walaupun itu bukan merupakan suatu salinan resmi dari permohonan yang disampaikan ke Mahkamah Konstitusi, kami dapat menyimak bahwa salah satu pemohon menghendaki supaya Pak Prabowo dan Pak Gibran didiskualifikasi.

    Dan kemudian dilakukan pemilihan ulang presiden hanya diikuti oleh dua pasangan yaitu Pak Ganjar dan Pak Mahfud dan Pak Anies,Pak Muhaimin. Sementara Pak Prabowo dan Pak Gibrannya tidak boleh ikut.

    Yang kedua menghendaki supaya Pak Gibrannya yang didiskualifikasi tapi Pak Prabowonya dipersilakan mencari pasangan baru, kemudian diadakan pilpres ulang tiga pasangan calon seperti yang telah terjadi belum lama ini.

    Adapun perkara sengketa hasil pilpres akan diputuskan pada 22 April 2024. Dalam sidang itu MK akan menyatakan sah atau tidaknya kemenangan pasangan Prabowo-Gibran.

    Kesimpulan

    Narasi bahwa Yusril menyebut pasangan Prabowo-Gibran didiskualifikasi adalah tidak benar atau hoaks.

    Dalam video aslinya, Yusril justru mempertanyakan langkah kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang meminta MK mendiskualifikasi Prabowo-Gibran.

    Yusril yakin kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sulit menang dalam gugatan sengketa hasil Pilpres 2024.

    Rujukan

  • (GFD-2024-18824) [KLARIFIKASI] Tidak Benar Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Lagi Setelah 375 Tahun

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Gerhana Matahari total pada 8 April 2024 diklaim akan terjadi lagi setelah 375 tahun. Selain itu, gerhana Matahari total disebut akan mengubah siang menjadi malam.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek fakta Kompas.com, narasi itu keliru.

    Narasi yang mengeklaim gerhana Matahari total akan terjadi lagi setelah 375 tahun dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    SIMPAN TANGGALNYA, AKAN BERSEJARAH! Pada tanggal 8 April2024 gerhana matahari total akan terlihat dan akan mengubah siang menjadi malam. Suhu akan turun, hewan akan berlumpur dan gelap akan mengubah sinar matahari menjadi malam. Kita tidak akan melihat gerhana matahari total seperti ini selama 375 tahun.

    Hasil Cek Fakta

    Gerhana Matahari total akan terjadi di sebagian wilayah Amerika Utara, termasuk Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat, pada 8 April 2024.

    Dilansir NBC News, gerhana Matahari total berikutnya berlangsung pada 2026.

    Gerhana tersebut akan terjadi di wilayah Samudra Arktik, dengan beberapa visibilitas di Greenland, Islandia, Portugal, serta Spanyol bagian utara.

    Kemudian, gerhana Matahari total akan terlihat di Spanyol dan sebagian besar Afrika utara pada 2027.

    Gerhana matahari total berikutnya yang dapat dilihat dari Amerika Utara akan terjadi pada 2033, tetapi hanya di atas Alaska.

    Selanjutnya, gerhana Matahari total akan melintasi Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, sebagian Kanada, dan Greenland pada 2044.

    Gerhana Matahari total berikutnya yang melintasi daratan Amerika Serikat akan terjadi pada 2045.

    Diberitakan Kompas.com, 3 April 2024, Bumi tidak akan menjadi gelap gulita saat terjadi gerhana Matahari total.

    Astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengatakan, pada puncak gerhana Matahari total, langit akan sama redupnya dengan langit fajar, pada kondisi sekitar 20 menit jelang Matahari terbit.

    "Jadi masih ada warna kebiru-biruannya, meski jauh lebih gelap (dibanding siang hari)," kata Marufin.

    Sementara itu, staf peneliti Observatorium Bosscha, Agus Triono mengatakan, hanya sebagian wilayah Bumi yang terdampak gerhana Matahari total yang akan mengalami gelap.

    Indonesia tidak akan mengalami ataupun terdampak gerhana Matahari total yang akan terjadi pada 8 April 2024.

    "Di Indonesia tidak bisa menyaksikan gerhana Matahari total, kalau wilayah di sekitar totalitas akan bisa melihat gerhana Matahari sebagian," kata Agus.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengeklaim gerhana Matahari total baru terjadi lagi setelah 375 tahun adalah keliru.

    Fenomena tersebut akan kembali terjadi pada 2026 di wilayah Samudera Arktik.

    Selain itu, Bumi tidak akan gelap gulita saat terjadi gerhana Matahari total, tetapi langit akan sama redupnya dengan langit fajar pada kondisi sekitar 20 menit jelang Matahari terbit.

    Rujukan

  • (GFD-2024-18823) Cek Fakta: Tidak Benar Terjadi Gelap 3 Hari Akibat Gerhana Matahari 8 April 2024

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/04/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim terjadi gelap 3 hari akibat gerhana matahari 8 April 2024, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 4 April 2024.
    Unggahan klaim terjadi gelap 3 hari akibat gerhana matahari 8 April 2024 berupa tulisan sebagai berikut.
    "Gerhana matahari terjadi tanggal 8 April 2024 😥😥Klo gerhana bulan mendingTerjadi malem kan bulannya ditutupNah ini besok yang terjadi gerhana matahariMatahari nya yang akan ditutup....
    Akankah terjadi gelap selama 3 hari
    Ini bukan fenomena
    Ini sinyal adzab
    Marilah kita perbanyak ibadah kepada Allah"
    Benarkah klaim terjadi gelap 3 hari akibat gerhana matahari 8 April 2024? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim terjadi gelap 3 hari akibat gerhana matahari 8 April 2024, dalam ungghan akun Instagram resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada 29 Maret 2023, BMKG telah memebantah informasi terjadinya gelap selama 3 hari akibat gerhana matahari.
    Berikut informasi tersebut.
    "Pada 8 April 2024 nanti, akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT). Namun, Indonesia tidak terlewati jalur Totalitas GMT tersebut.
    Gerhana dapat diamati di Amerika Utara, Amerika Serikat, Meksiko, Amerika Serikat bagian tengah dan Kanada bagian timur.
    Gerhana akan terjadi selama beberapa jam (sumber: Almanak BMKG). Kota yang terlewati jalur GMT dengan Durasi Totalitas terpanjang adalah selama 4 menit 26 detik (sumber: https://nationaleclipse.com/cities_total.html)
    Nahh #SobatBMKG tidak perlu khawatir karena simpang siur yang mengatakan Bumi dalam keadaan gelap selama 3 hari merupakan info yang tidak benar, ya!"
    Dalam tulisan berjudul "Ledakan-Ledakan di Matahari Terlihat Saat Gerhana Matahari Total Pada 8 April 2024" yang dimuat situs resmi BMKG bmkg.go.id, pada 1 April 2024 menyebutkan,
    "Pada tanggal 8 April 2024 akan terjadi fenomena alam, yaitu Gerhana Matahari Total (GMT), dimana Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, sehingga menutupi seluruh permukaan Matahari, yang seharusnya terlihat dari Bumi. Saat fenomena ini terjadi, langitakangelapsepertifajar/senja.
    Proses GMT akan berlangsung seperti berikut :
    -Dimulai dengan gerhana matahari sebagianpukul 15:42 UT (22:42 WIB)
    -Mulai memasuki GMT pukul 16:39 UT (23:39 WIB)-Puncak GMTterjadi pada 18:17 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 01:17 WIB)
    -GMT berakhir pada 19:56 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 02:56 WIB)-Diakhiri dengan gerhana matahari sebagian pukul 20:52 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 03:52 WIB)".
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim terjadi gelap 3 hari akibat gerhana matahari 8 April 2024 tidak benar.
    Gerhana akan terjadi selama beberapa jam. Kota yang terlewati jalur GMT dengan Durasi Totalitas terpanjang adalah selama 4 menit 26 detik

    Rujukan

  • (GFD-2024-18822) Keliru, Video Yang Mengklaim bahwa HIV menjadi Pandemi Berikutnya

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita



    Sebuah video pendek dengan klaim bahwa HIV akan menggantikan status darurat virus Covid-19, diunggah di Instagram pada 25 Maret 2024. Video tersebut memperlihatkan seseorang menggunakan topeng dengan suara yang disamarkan dan menyampaikan narasi berikut ini:

    “Ini jadi perseteruan yang unik, ketika HIV menggantikan status darurat coronavirus. Perlu diketahui, vaksin yang tertanam pada tubuh Anda memiliki potensial HIV, bukan cacar monyet, juga bukan Covid.”



    Artikel ini akan memverifikasi dua klaim:

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo mengkonfirmasi klaim di atas dengan mewawancarai epidemiolog, Dicky Budiman. Menurut Dicky terjadinya pandemi biasanya karena penyakit yang penyebarannya cepat seperti melalui udara atau vektor.

    Sedangkan HIV, kata Dicky, umumnya bersifat epidemi atau wabah namun sangat kecil potensinya bisa menjadi pandemi. “Potensi (HIV) pandemi sangat kecil, karena prosesnya lama,” kata Dicky melalui pesan suara kepada Tempo, Kamis, 4 April 2024.

    Menurut Dicky, HIV membutuhkan waktu antara 5 sampai 10 tahun. Dengan ciri atau karakter seperti itu kecil kemungkinan HIV dapat menjadi pandemi.

    Artikel Tempo menjelaskan, HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Tahap paling lanjut dari penyakit ini disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

    Perkembangan HIV menjadi AIDS merupakan tahapan lanjut dari infeksi HIV. Tanpa pengobatan, HIV dapat mengakibatkan AIDS dalam waktu sekitar 8 hingga 10 tahun.

    Pada tahap ini, jumlah sel CD4 T-cell turun di bawah 200. Padahal sel tersebut penting untuk sistem kekebalan tubuh, dan penurunan drastis tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem kekebalan tubuh.

    Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention kebanyakan orang tertular HIV melalui hubungan seks anal atau vagina, atau berbagi jarum suntik, atau peralatan suntik narkoba lainnya (misalnya kompor).

    Menurut Reuters, vaksin Covid-19 bisa meningkatan risiko terpapar HIV, merupakan informasi  yang sempat beredar pada 2020.

    Menurut Direktur Bridge HIV di Departemen Kesehatan Masyarakat San Francisco, Susan Buchbinder, tidak ada data yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat meningkatkan infeksi HIV. Klaim ini bahkan belum dipelajari secara formal.

    Para ahli yang sebelumnya dihubungi oleh Reuters juga mengungkapkan hal yang sama bahwa vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan HIV.

    Melalui email kepada Reuters, Douglas Richman, direktur Institut HIV di Universitas California San Diego mengungkapkan, klaim vaksin Covid-19 menyebabkan HIV merupakan klaim yang “tidak berdasar.” "Klaim ini 'berbahaya bagi individu yang bergantung pada mereka dan kesehatan masyarakat'," ungkapnya.

    Situs resmi WHO   melansir, ada banyak upaya perlindungan yang membantu memastikan bahwa vaksin Covid-19 aman. Semua vaksin harus menjalani proses pengujian bertahap yang ketat, termasuk uji klinis (fase III) berjumlah besar yang melibatkan puluhan ribu orang. Uji klinis ini, yang melibatkan orang-orang yang berisiko tinggi Covid-19, dirancang khusus untuk mengidentifikasi setiap efek samping yang umum atau kekhawatiran keamanan lainnya.

    Jika uji klinis menunjukkan bahwa suatu vaksin Covid-19 aman dan efektif, serangkaian kajian independen atas bukti efikasi dan keamanan perlu dilakukan, termasuk kajian dan persetujuan regulator di negara di mana vaksin ini diproduksi, sebelum WHO mempertimbangkan prakualifikasi untuk suatu produk vaksin. Sebagian proses ini juga meliputi kajian Global Advisory Committee on Vaccine Safety (Komite Penasihat Global Keamanan Vaksin) atas semua bukti keamanan.

    Panel ahli eksternal yang ditunjuk oleh WHO akan menganalisis hasil uji klinis dan sesuai bukti-bukti terkait penyakit, kelompok usia yang terdampak, faktor risiko penyakit, dan informasi-informasi lain, akan merekomendasikan apakah vaksin akan digunakan serta cara penggunaannya. Para pejabat di masing-masing negara akan memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui penggunaan vaksin secara nasional dan menyusun kebijakan penggunaan vaksin di negara mereka berdasarkan rekomendasi WHO.

    Setelah suatu vaksin Covid-19 mulai diberikan, WHO akan mendukung kerja sama dengan pembuat vaksin, pejabat kesehatan di setiap negara, dan mitra-mitra lain untuk memantau setiap kekhawatiran keamanan secara berkelanjutan.

    Kesimpulan



    Hasil verifikasi Tempo, klaim pandemi berikutnya HIV adalah keliru.

    Potensi pandemi umumnya bentuk penyebaran yang cepat seperti melalui udara. Kebanyakan orang tertular HIV melalui hubungan seks anal atau vagina, atau berbagi jarum suntik, atau peralatan suntik narkoba. HIV sifatnya epidemi atau wabah. Tapi kalau menjadi potensi pandemi sangat kecil, karena prosesnya lama.

    **Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan