• (GFD-2024-21146) Cek fakta, Menteri Agama resmi terseret kasus korupsi gratifikasi haji pada 14 Juli

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/07/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di YouTube berdurasi 14 menit menarasikan Menteri Agama Kabinet Indonesia Maju, KH Yaqut Cholil Qoumas atau dikenal sebagai Gus Yaqut terseret kasus korupsi gratifikasi haji pada 14 Juli

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Politik terkini - MENAG TERSERET KORUPSI GRATIFIKASI HAJI ?@garispolitik1320

    Mengejutkan angket haji kelar..?! MENAG TERSERET GRATIFIKASI”

    Namun, benarkah Menteri Agama terseret kasus korupsi gratifikasi haji pada 14 Juli?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, narator dalam video tersebut membacakan narasi dari laman ANTARA yang berjudul “KPK siap dampingi Pansus Angket Pengawasan Haji DPR”.

    Dalam unggahan tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyambut positif pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Angket Pengawasan Haji DPR RI dan siap memberikan pendampingan apabila ada permintaan dari pihak Pansus.

    Sebelumnya, anggota Panitia Khusus (Pansus) Angket Pengawasan Haji DPR Luluk Nur Hamidah menyampaikan pihaknya menemukan indikasi korupsi dalam penyelenggaraan haji terkait dengan pengalihan kuota haji reguler ke haji khusus.

    Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief meminta Panitia Khusus (Pansus) Haji untuk membuktikan tuduhan korupsi yang dialamatkan ke Kemenag soal pengalihan kuota haji reguler ke haji khusus.

    "Dibuktikan saja," ujar Hilman Latief, dilansir dari ANTARA.

    Kementerian Agama menyatakan alasan pengalihan tambahan 10 ribu kuota haji ke haji khusus, salah satunya atas hasil perhitungan simulasi kepadatan yang dilakukan Kemenag dan Kementerian Haji Arab Saudi.

    "Dengan tambahan yang ada kemudian kita diskusikan yang paling memungkinkan. Karena itu sudah kita hitung juga kalau kita tambah full berapa kira-kira kepadatan (di Mina) akan bertambah," ujar Hilman Latief, dilansir dari ANTARA.

    Hilman tak bisa membayangkan bagaimana kepadatan yang terjadi apabila 20 ribu orang bergabung dengan jamaah reguler normal di tenda maktab yang terbatas. Terlebih, tenda Mina yang hanya diisi jamaah reguler normal saja sudah berjubel.

    Akhirnya Indonesia mengusulkan untuk memasukkan kuota haji tambahan ke zona 2 yang relatif masih kosong. Namun jalur itu, kata Hilman, biasanya dipakai oleh jamaah haji khusus.

    Kemudian pada Januari 2024, Hilman mengungkapkan Kementerian Haji memberikan rekomendasi yang dalam naskahnya memberikan tambahan kuota 20 ribu dengan pembagian rata antara reguler dan khusus dan menjadi panduan Kemenag.

    Dengan demikian, dalam video tersebut tidak ada yang menarasikan Menteri Agama terseret kasus korupsi gratifikasi haji. Hingga saat ini, pansus haji masih menyelidiki hal tersebut dengan memanggil pihak terkait.

    Klaim: Menteri Agama resmi terseret kasus korupsi gratifikasi haji pada 14 Juli

    Keyword: Misinformasi

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan

  • (GFD-2024-21145) Cek fakta, suporter Belanda kibarkan bendera Indonesia pada Euro 2024

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/07/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di TikTok ini dan ini menarasikan suporter Timnas Belanda mengibarkan bendera Indonesia pada salah satu pertandingan di Euro 2024.

    Salah satu unggahan menarasikan bendera Indonesia dikibarkan karena ada pemain keturunan Indonesia, Tijjani Reijnders yang bermain di Timnas Belanda di Euro 2024.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “cuma negara Belanda yang bisa berkibarkan bendera Indonesia di samping lapangan

    Bendera Indonesia dikibarkan suporter Belanda karena Tijjani Reijnders.”

    Namun, benarkah bendera Indonesia dikibarkan suporter Belanda di Euro 2024?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, setelah digunakan Google Reverse Image, foto tersebut serupa dengan unggahan Instagram akun resmi tentang tim nasional Belanda atau Oranje Indonesia.

    Foto tersebut juga serupa laman media luar yang menarasikan saat Timnas Belanda mencapai perempat final Kejuaraan Eropa pertamanya dalam 16 tahun dengan kemenangan 3-0 atas Rumania pada hari Selasa (02/07).

    Sehingga, foto suporter Belanda mengibarkan bendera Indonesia merupakan hasil suntingan.

    Klaim: Suporter Belanda kibarkan bendera Indonesia pada Euro 2024

    Rating: Hoaks

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan

  • (GFD-2024-21144) [HOAKS] The Simpsons Memprediksi Penembakan Donald Trump

    Sumber:
    Tanggal publish: 15/07/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Serial kartun The Simpsons disebut telah memprediksi penembakan Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump.

    Trump ditembak saat sedang berkampanye untuk Pemilihan Presiden 2024 di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu (13/7/2024) atau Minggu (14/7/2024) waktu Indonesia.

    Gambar sebuah episode The Simpsons yang menunjukkan Trump terbaring di peti mati beredar di media sosial.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi The Simpsons telah memprediksi penembakan Trump adalah hoaks.

    Narasi The Simpsons telah memprediksi penembakan Trump dibagikan oleh akun Instagram ini, dan akun Threads ini dan ini, pada Minggu (14/7/2024).

    Akun tersebut membagikan gambar sebuah episode The Simpsons yang menunjukkan Donald Trump terbaring di peti mati.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri gambar Trump terbaring di peti mati dengan teknik reverse image search menggunakan Google Lens.

    Hasilnya, ditemukan artikel pemeriksa fakta Lead Stories, yang menyebutkan bahwa gambar tersebut bukan berasal dari The Simpsons.

    Menurut Lead Stories, episode Trump terbaring di peti mati pertama kali muncul pada 2017 dan berasal dari unggahan di forum daring 4Chan.

    Konten itu dibahas oleh kanal YouTube berbahasa Spanyol, Badabun, pada 3 Februari 2017.

    Sementara itu, laman wiki The Simpsons, Wikisimpsons, memiliki entri khusus yang mencatat setiap penampilan Donald Trump di serial tersebut.

    Tidak ada episode yang menayangkan Donald Trump terbaring di peti mati atau mengenai prosesi kematiannya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi The Simpsons telah memprediksi penembakan Donald Trump adalah hoaks.

    Gambar sebuah episode The Simpsons yang menunjukkan Trump terbaring di peti mati beredar di media sosial bukan berasal dari serial tersebut.

    Gambar itu pertama kali muncul di forum daring 4Chan pada 2017. Merujuk laman Wikisimpsons, tidak ada episode yang menayangkan Trump terbaring di peti mati.

    Rujukan

  • (GFD-2024-21142) Keliru, Klaim Bahwa Tinta Tak Kasat Mata Dimasukkan ke Vaksin

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/07/2024

    Berita



    Sebuah video pendek diunggah di Instagram tentang tinta tak terlihat dapat mengungkap status vaksin seseorang. Video tersebut memperlihatkan sebuah magnet kecil ditempelkan pada lengan seseorang yang telah divaksin. Terdengar suara pembicaraan antara seorang laki-laki dan perempuan terkait vaksinasi tersebut.

    Menurut laki-laki dalam video, magnet bisa menempel di lengan karena ada chip RFID (Radio Frequency Identification) yang dimasukan bersama vaksin AstraZeneca yang disuntikan pada 2020 lalu. Itu adalah teknologi nano yang memasukkan graphene ferro oksida ke dalam chip RFID.

    Selain itu unggahan video juga diberi narasi yang mengklaim bahwa tinta tak kasat mata sudah dimasukkan pula pada vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Pekerjaan ini didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation karena permintaan langsung dari pendiri Microsoft dan filantropis Bill Gates.



    Benarkah klaim bahwa terdapat chip dan tinta tak kasat mata pada vaksin?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai epidemiolog Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, narasi-narasi tersebut sudah lama beredar yang disebarkan oleh kelompok penganut teori konspirasi.

    Video yang melihatkan seseorang menempelkan magnet  pada lengan yang disuntik vaksin menunjukan bahwa ada chip yang dimasukan ke dalam tubuh adalah tidak benar. Tidak ada komponen magnetik dalam vaksin.

    “Jadi vaksin tidak mengandung komponen logam atau bahan magnet. Video yang menunjukkan magnet menempel pada kulit di lokasi suntikan, sebetulnya hal yang umum. Banyak faktor yang bisa membuat benda kecil seperti magnet menempel sementara pada kulit. Minyak atau kelembaban kulit bisa menyebabkan benda kecil seperti magnet menempel sementara. Atau juga teknik menempatkan,” ungkap Dicky melalui pesan singkat kepada Tempo, 14 Juli 2024.

    Magnet ditempatkan dengan cara tentu dan bisa terlihat menempel, kata Dicky, tidak terkait dengan adanya komponen magnetik dalam vaksin. Seringkali benda-benda seperti koin, magnet, atau bahkan klip kertas itu bisa menempel pada kulit, karena minyak atau keringat. Bukan hanya di lengan, tetapi juga mungkin di dahi juga ya. Itu bukan sesuatu yang unik atau aneh.

    Dicky menjelaskan, semua vaksin termasuk vaksin COVID-19 telah melalui uji klinis yang ketat dan diawasi terus oleh otoritas kesehatan. Kalau di Indonesia ada Badan POM dan juga tentu Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Komposisi setiap vaksin itu dipublikasikan dan dapat diakses oleh publik.

    “Artinya tidak ada bukti ilmiah yang bisa mendukung klaim bahwa vaksin mengandung barang haram, najis dan berbahaya. Karena diperlihatkan secara transparan,” jelasnya.

    Proses persetujuan vaksin juga harus memenuhi standar keamanan sebelum disetujui untuk publik. Dalam hal ini termasuk analisa yang sangat mendalam terhadap bahan-bahan yang digunakan.

    Terkait tinta tak kasat mata dan alat deteksi, Dicky menyebut tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa vaksin  mengandung tinta tak kasat mata atau alat deteksi. Karena teknologi seperti itu tidak pernah ditemukan dalam vaksin

    Khusus vaksin COVID-19, dibuat dari bahan biologis, seperti messenger RNA, protein atau virus yang aman dan tidak bersifat magnetic. Setelah pemberian, vaksin akan hilang menjadi proses yang disebut dengan respon imun.

    “Yang ada selanjutnya adalah penguatan respon imun tubuh, sel-sel imun tubuh yang bereaksi ketika ada infeksi,” terang Dicky.

    Terkait keterlibatan Bill dan Melinda Gates, Dicky menyebut bahwa pendiri microsoft tersebut telah lama mendukung upaya kesehatan global. Dan klaim mengatakan bahwa mereka mengawasi mengontrol populasi tidak berdasar.

    “Klaim tentang Bill dan Melinda Gates tersebut sudah banyak dibantah oleh para ahli kesehatan dan ilmuwan dunia. Termasuk saya,” tegasnya.

    Klaim serupa pernah diperiksa oleh FactCheck.org di tahun 2020 lalu. Dijelaskan bahwa Bill and Melinda Gates Foundation telah memberikan jutaan dolar untuk meneliti pengobatan dan vaksin COVID-19 ketika pandemi. Upaya tersebut kini memicu teori konspirasi yang secara keliru mengklaim bahwa Bill Gates berencana menggunakan vaksin tersebut untuk “melacak orang.”

    Sebuah situs web bernama Biohackinfo.com pernah memuat berita dengan judul: “Bill Gates akan menggunakan implan microchip untuk melawan virus corona.” Cerita tersebut telah dibagikan lebih dari 13.000 kali di Facebook, menurut data dari CrowdTangle, dan video Youtube yang telah dilihat lebih dari 1,8 juta kali.

    Kisah tersebut mengutip jawaban Gates di forum dan kemudian menyatakan, “'Sertifikat digital' yang dimaksud Gates adalah 'TATO QUANTUM-DOT' yang dapat ditanamkan pada manusia.”

    Tapi itu tidak benar. Ini adalah gabungan dari dua hal yang tidak berhubungan.

    Pertama, sertifikat digital digunakan untuk mengirimkan informasi terenkripsi melalui internet, seperti tanda tangan elektronik yang umum digunakan untuk memverifikasi identitas. Hal ini secara resmi ditetapkan oleh apa yang sekarang disebut Sektor Standardisasi Telekomunikasi pada tahun 1988 dan selalu bersifat virtual, bukan fisik.

    Ketika Gates menyebutkan penggunaannya di forum, dia mengacu pada sertifikat digital sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan platform digital yang akan memperluas pengujian COVID-19 yang dilakukan di rumah dan dilakukan sendiri, kata Gates Foundation melalui email ke FactCheck.org. Namun, ide Gates tersebut bukanlah berupa implan microchip.

    Bagian kedua dari klaim yang kemungkinan mengarah pada pernyataan microchip – adalah referensi ke penelitian yang tidak terkait yang didanai oleh Gates Foundation dan diterbitkan pada bulan Desember. Dalam upaya untuk mengatasi masalah pencatatan yang buruk di “daerah dengan sumber daya terbatas,” seperti di negara-negara berkembang, penelitian tersebut mengusulkan untuk menyimpan catatan vaksinasi pada kulit pasien. Ini menguji pewarna tak kasat mata yang dapat bertahan hingga lima tahun dan dapat dibaca dengan ponsel pintar yang diadaptasi secara khusus.

    Kevin McHugh, seorang profesor bioteknologi di Rice University yang mengerjakan penelitian ini, memberi tahu kami melalui email bahwa tinta tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat pelacak.

    “Penandaan ini dikembangkan untuk memberikan catatan vaksinasi dan memiliki kemampuan untuk melacak pergerakan siapapun,” kata McHugh. 

    Teknologi tersebut hanya mampu menyediakan data yang sangat terbatas (misalnya tidak dipersonalisasi) secara lokal. Penandaan ini memerlukan pencitraan garis pandang langsung dari jarak kurang dari 1 kaki. Pelacakan jarak jauh atau berkelanjutan tidak mungkin dilakukan karena berbagai alasan teknis.

    Gates Foundation mengkonfirmasi melalui email bahwa penelitian ini tidak ada hubungannya dengan tindakan apapun terkait vaksin COVID-19.

    Reuters juga pernah memeriksa hal serupa. Sebagian besar pengulangan klaim ini secara menyesatkan merujuk pada teknologi “quantum dot dye”, yang didirikan oleh Gates Foundation. Kevin McHugh, salah satu penulis utama makalah penelitian “quantum dot dye”, menegaskan kepada Reuters bahwa teknologi ini bukanlah microchip atau kapsul yang dapat ditanamkan manusia. Sebaliknya, ini mirip dengan tato, yang akan membantu menyediakan catatan vaksin pasien

    Kesimpulan



    Hasil verifikasi Tempo, klaim bahwa tinta tak kasat mata dimasukan ke vaksin adalah keliru. Vaksin COVID-19 dibuat dari bahan biologis, seperti mRNA, protein atau virus yang dilemahkan yang aman dan tidak bersifat magnetic.

    Rujukan