• (GFD-2024-24627) Klaim Pandemi SEERS Akan Terjadi pada April 2025, Apa Benar?

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/12/2024

    Berita

    tirto.id - Setelah Indonesia berjibaku mengatasi pandemi COVID-19, belum lama ini mencuat narasi bahwa bakal ada pandemi baru pada tahun 2025 mendatang. Sebuah akun Facebook bernama “Tendius AZ III” (arsip) menyebarkan klaim ini dengan mencatut nama pebisnis tersohor, Bill Gates.

    Disertai gambar rangkaian penyakit, termasuk COVID-19 dan cacar monyet (Mpox), akun ini menyebut bahwa pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS. SEERS sendiri disebut kepanjangan dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat atau Severe Epidemic Enterovirus Respiratory Syndrome.

    “Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa. Lihat ini! Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS! Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam,” tulis akun pengunggah dalam takarirnya.

    Sejak beredar pada Selasa (10/12/2024) sampai Senin (16/12/2024), unggahan ini sudah dibagikan sebanyak 10 kali, dan memperoleh 46 reaksi emoji serta 8 komentar.

    Komentar dari warganet beragam, ada yang mempertanyakan terkait SEERS dan ada pula yang menyatakan kalau Tuhan telah membuat gagal orang-orang yang jahat.

    Tirto menjumpai narasi serupa diunggah oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Pada unggahan tersebut, dikatakan juga kalau pandemi SEERS akan terjadi sekitar bulan April dan menyerang anak-anak.

    Namun, bagaimana faktanya?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google untuk memeriksa klaim yang beredar. Setelah mengetik kata kunci dalam Bahasa Inggris. yakni “upcoming pandemic SEERS”, kami menemukan narasi ini telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.

    Tak seperti narasi unggahan, SEERS merupakan virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.

    Latihan yang disebut "Catastrophic Contagion" ini mensimulasikan serangkaian pertemuan dewan penasihat kesehatan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.

    Dalam ringkasan acara yang tercantum di situs resmi Center for Health Security Johns Hopkins, pandemi ini dijelaskan sebagai penyakit yang memiliki "angka kematian lebih tinggi daripada COVID-19 dan secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan kaum muda."

    Peserta yang terdiri dari 10 menteri kesehatan saat itu dan sebelum-sebelumnya, serta pejabat senior kesehatan masyarakat dari berbagai negara, ditantang untuk membuat keputusan kebijakan yang mendesak dengan informasi yang terbatas dalam menghadapi ketidakpastian. Setiap masalah dan pilihan yang dibuat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial.

    Simulasi ini diselenggarakan oleh Johns Hopkins Center for Health Security, bermitra dengan WHO dan Bill & Melinda Gates Foundation (yayasan non-profit yang didirikan oleh Bill Gates dan Melinda Gates).

    Center for Health Security tersebut pun telah menyatakan bahwa peristiwa yang dirinci dalam latihan itu bersifat fiktif dan sama sekali tidak menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.

    “Wabah fiktif yang digambarkan dalam skenario tersebut sama sekali tidak bersifat prediktif; sebaliknya, patogen dalam latihan tersebut dibayangkan murni sebagai teknik pendidikan untuk membantu para peserta menghadapi jenis-jenis dilema kebijakan yang dapat diperkirakan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat berskala besar,” begitu bunyi pernyataan yang diberikan kepada AP News.

    Pihaknya menegaskan, tujuan dari latihan fiktif tersebut yakni untuk menyoroti kesenjangan dalam kesiapsiagaan pandemi dan untuk menghasilkan ide-ide untuk inisiatif yang dapat diambil negara-negara saat ini, untuk meningkatkan kemampuan kolektif dunia dalam menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian selama pandemi di masa mendatang.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa SEERS adalah virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.

    Para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.

    Jadi, narasi bahwa SEERS akan menjadi pandemi pada April 2025 telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.

    Dengan demikian, klaim pandemi SEERS bakal terjadi pada 2025 mendatang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Rujukan

  • (GFD-2024-24626) Hoaks Pendaftaran Undian Akhir Tahun BRI

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/12/2024

    Berita

    tirto.id - Jelang tutup tahun 2024, berbagai perusahaan ramai membagikan hadiah dan promo akhir tahun. Media sosial menjadi salah satu kanal penyebaran informasi terkait hal ini.

    Baru-baru ini, Tirto menemukan unggahan di media sosial yang memuat informasi soal undian akhir tahun mengatasnamakan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

    “FESTIVAL UNDIAN BERLIMPAH HADIAH AKHIR TAHUN 2024/2025 KHUSUS UNTUK SEMUA NASABAH BANK BRI.Yang Sudah Menggunakan Mobile Banking..!! Buruan Daftar & menangkan hadiah menarik lainnya,” begitu tulis unggahan (arsip) akun "Promo-Sobat-BRI2024", pada 13 Desember 2024.

    Hadiah yang disebut termasuk unit mobil BMW dan Toyota, motor Vespa, iPhone, dan paket umrah. Unggahan tersebut juga berisikan ajakan untuk mendaftar lewat tautan yang tersedia di bagian akhir unggahan.

    Sampai dengan Senin (16/12/2024), atau sekitar tiga hari sejak unggahan beredar di Facebook, unggahan tersebut telah mengumpulkan lebih dari 590 tanda suka (likes), 39 komentar, dan tiga kali dibagikan ulang.

    Unggahan serupa, dengan iming-iming hadiah yang berbeda juga kami temukan dari unggahan akun "FSTVL BRImo Berlimpah Hadiah 2024" (arsip), "info BRImo FSTVL Kupon" (arsip), "Sobat BRI Akhir tahun" (arsip), "Program Festival Akhir Tahun" (arsip),"Kejutan undian BRImo FSTVL" (arsip),"BR1mo FSTVL" (arsip), dan "BR1 FSTVL Berlimpah Hadiah" (arsip).

    Konten-konten tersebut memiliki modus yang sama, yakni undian akhir tahun mengatasnamakan BRI, yang disertai tautan pendaftaran d bagian akhirnya. Akun-akun tersebut juga menggunakan nama serta foto profil BRI.

    Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar ada undian akhir tahun BRI?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Riset Tirto mula-mula melakukan penelusuran ke situs resmi Bank BRI (bri.co.id). Berdasarkan penelusuran kami di situs tersebut, tidak ditemukan informasi terkait adanya undian berhadiah akhir tahun seperti yang klaim di media sosial.

    Situs resmi BRI juga mencantumkan akun media sosial Facebook resmi milik Bank BRI. Sebagai informasi, Bank BRI sendiri hanya memiliki satu akun Facebook resmi bernama Bank BRI (terverifikasi, bercentang biru). Jadi, bisa dipastikan akun yang menyebarkan informasi terkait beragam undian berhadiah Bank BRI saat ini seperti “Program Festival Akhir Tahun”, “Promo sobat BRI”, “Sobat BRI akhir tahun”, dan lain sebagainya, bukanlah akun resmi dan berpotensi mengandung penipuan.

    Menurut penelusuran Tirto di akun Facebook resmi BRI, baru-baru ini, berdasarkan unggahan 12 Oktober, memang ada undian sekaligus hadiah langsung sebagai bagian dari BRImo FSTVL, di periode 1 Oktober 2024 - 31 Maret 2025, yang berhadiah BMW, Hyundai Creta, hingga iPhone 16 Pro Max. Namun, informasinya berbeda dengan yang tersebar di media sosial dan bukan festival akhir tahun.

    Di undian BRImo FSTVL, juga tidak ada tautan yang meminta data diri seperti di unggahan. Disebutkan pula di unggahan resmi BRI, informasi terkait hadiah dan undian ini hanya melalui bbri.id/brimofstvl.

    Dalam penjelasan dalam situs resminya, Bank BRI meminta masyarakat untuk mewaspadai modus penipuan melalui akun palsu yang mengatasnamakan Bank BRI.

    “Sobat BRI, zaman sekarang banyak banget loh penipuan melalui akun palsu yang mengatasnamakan Bank BRI dimana Pelaku membuat berbagai macam akun yang menyerupai akun bank BRI, mulai dari akun Chatting Apps (WhatsApp, Telegram, Line), hingga media sosial (IG,FBTwitter). Tujuannya untuk memanfaatkan kelengahan nasabah dalam menjalankan aksi kejahatan dengan modus akun palsu," begitu bunyi keterangan dalam laman resmi BRI, Rabu (12/1/2022).

    Dikutip dari situs resmi Bank BRI, berikut adalah list akun resmi milik Bank BRI:

    ​​​​​​​X (dulunya Twitter) : @BANKBRI_ID, @kontakBRI, @promo_BRI

    Instagram : @bankbri_id

    Tiktok : bankbri_id

    YouTube : BANK BRI

    Facebook : BANK BRI

    Sementara itu, untuk mengetahui lebih detail terkait perbedaan akun resmi BRI dan akun palsu yang mengatasnamakan bank pelat merah itu, BRI juga mempublikasikan artikel ini. Dalam artikel tersebut, BRI menyoroti beberapa perbedaan akun asli dan palsu BRI. Mulai dari jumlah pengikut, tanda centang biru, sampai dengan detail seperti tidak adanya fitur call/video di kanal Whatsapp resmi mereka.

    Tim Riset Tirto sendiri sempat mencoba melakukan penelusuran dengan mengeklik tautan pendaftaran yang tertera dalam unggahan. Hasilnya, kami mendapat peringatan “dangerous site”, yang menandakan situs tersebut merupakan situs berbahaya.

    Hasil pemindaian menggunakan URLScan.io juga menunjukkan situs tersebut berstatus "malicious" alias dibuat dengan maksud jahat. Domain situs tersebut juga diketahui adalah github.io atau halaman pengembangan yang bisa diakses semua orang, serta tidak berkaitan dengan situs resmi BRI.

    Sementara itu, tautan lain yang kami klik mengarahkan pada situs lain yang bukan situs resmi milik BRI. Tautan tersebut diketahui meminta sejumlah data diri nasabah seperti nama lengkap, nomor handphone, dan nominal saldo di rekening. Uniknya, tombol dan informasi halaman dari tautan tersebut tidak bisa diklik, kecuali kolom yang meninta data pribadi.

    Terkait hal ini, BRI, melalui penjelasan dalam situs resminya, meminta nasabah untuk berhati-hati terhadap tautan palsu yang mengatasnamakan BRI. BRI juga mengimbau nasabah untuk senantiasa menjaga kerahasiaan data pribadi seperti nomor kartu, PIN, CVV/CVC, OTP dan masa berlaku kartu.

    “Waspadai link palsu atau pihak yang mengatasnamakan BRI, apalagi sampai meminta data pribadi kamu. Ingat BRI tidak pernah meminta data pribadi kepada nasabah. Jaga selalu kerahasiaan data pribadi kamu seperti Nomor Kartu, PIN, CVV/CVC, OTP dan masa berlaku kartu," tulis keterangan dalam situs resmi BRI.

    BRI mengimbau masyarakat untuk tidak ragu melaporkan jika menemukan akun atau tautan palsu yang mengatasnamakan Bank BRI.

    BRI dapat dikontak melalui telepon di 14017/1500017 atau email di callbri@bri.co.id.

    Kami juga menemukan informasi berikut dari Kementerian Komunikasi dan Digital yang menemukan narasi serupa di media sosial dan memberi cap hoaks. Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy, menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks dan merupakan modus penipuan.

    Dalam satu tahun terakhir, BRI juga kerap menjadi sasaran informasi undian palsu seperti ini. Sebelumnya, Tirto juga telah membuat bantahan terhadap model penipuan seperti ini.

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan, klaim mengenai undian akhir tahun BRI yang tersebar di media sosial melalui sejumlah akun Facebook bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading). Akun-akun tersebut bukanlah akun resmi BRI.

    Tautan pendaftaran yang disertakan dalam unggahan juga tidak mengarah ke situs resmi milik Bank BRI. Meski memang ada undian berhadiah sebagai bagian dari BRImo FSTVL, tapi BRI menegaskan informasi mengenai promo ini hanya ada di bbri.id/brimofstvl dan kanal-kanal resmi BRI.

    Rujukan

  • (GFD-2024-24625) [HOAKS] Foto Warga Suriah Shalat Usai Kejatuhan Rezim al-Assad

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/12/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar sebuah foto yang menampilkan barisan orang menjalankan ibadah shalat di hadapan sebuah masjid.

    Foto itu diklaim sebagai warga Suriah yang melaksanakan shalat usai kejatuhan rezim Bashar al-Assad.

    Namun setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam foto keliru.

    Foto warga Suriah shalat usai kejatuhan rezim al-Assad disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Senin (9/12/2024):

    Hari ini rakyat Suriah sedang melaksanakan shalat Al-Fath (shalat sunnah setelah memperoleh kemenangan), shalat itu belum dikerjakan sejak lebih dari 300 tahun lalu.

     

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan metode reverse image search untuk menelusuri jejak digital gambar yang beredar.

    Hasil pencarian menggunakan TinEye mengarahkan gambar ke situs berbagi gambar Alamy.

    Keterangan foto menyebutkan, umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Jama, New Delhi, India pada 13 September 2016.

    Foto Masjid Jama yang dipenuhi barisan jemaah juga ditemukan di Shutterstock ini dan ini.

    Meski tahun dan barisan jemaah berbeda, tetapi penampakan Masjid Jama tetap sama.

    Reuters juga mengunggah foto barisan umat Muslim yang beribadah id depan Masjid Jama pada 6 Oktober 2014.

    Kesimpulan

    Foto umat Islam di India beribadah di depan Masjid Jama, New Delhi disebarkan dengan konteks keliru.

    Jemaah dalam foto tersebut bukanlah warga Suriah yang shalat usai jatuhnya rezim Bashar al-Assad.

    Rujukan

  • (GFD-2024-24624) [HOAKS] Pandemi SEERS Akan Terjadi pada April 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/12/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Tersiar narasi mengenai penyakit SEERS yang akan terjadi pada April 2025. Narasi ini muncul dalam sejumlah unggahan media sosial pada Desember 2024.

    Ada narasi yang mengeklaim penyakit tersebut menyasar anak-anak. Ada pula yang menyebut SEERS adalah kepanjang dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi mengenai pandemi SEERS yang akan terjadi pada 2025 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah akun pada Selasa (10/12/2024):

    Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa

    Lihat ini!Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS!

    Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam.

    "Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat (SEERS)".

    akun Facebook Tangkapan layar konten hoaks di sebuah akun Facebook, Selasa (10/12/2024), mengenai pandemi SEERS yang akan terjadi pada 2025.

    Hasil Cek Fakta

    SEERS adalah penyakit fiktif yang dibuat untuk latihan kesehatan masyarakat dan pemerintah, sebagai bagian dari simulasi antisipasi pandemi.

    Latihan kesiapsiagaan pandemi bertajuk Catastrophic Contagion ini diadakan pada Oktober 2022 di Brussel.

    Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins mengadakan serangkaian simulasi, untuk mendiskusikan cara terbaik merespons sebaran penyakit.

    Mereka juga bekerja sama dengan WHO dan Bill dan Melinda Gates Foundation.

    Salah satu simulasinya menggunakan skenario penyakit yang dibayangkan lebih para dari Covid-19, yang menyerang anak-anak dan remaja.

    Penyakit fiksi dalam simulasi itu disebut "Sindrom Pernafasan Enterovirus Epidemi Parah 2025".

    Sebelumnya, pemeriksa fakta Reuters dan Associated Press telah membantah narasi mengenai penyakit SEERS.

    Kesimpulan

    Narasi mengenai pandemi SEERS yang akan terjadi pada 2025 merupakan hoaks.

    Penyakit SEERS bukanlah penyakit yang nyata, melainkan bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan bencana bertajuk Catastrophic Contagion.

    Simulasi ini diadakan di Brussel pada 2022 oleh Universitas Johns Hopkins, WHO, bekerja sama dengan WHO dan Bill dan Melinda Gates Foundation.

    Rujukan