Baru-baru ini beredar informasi bahwa Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar terpapar virus cacar monyet. Informasi tersebut beredar di berbagai grup Whatsapp. Dalam pesan berantai yang telah diteruskan berkali-kali itu, ditampilkan foto yang dinarasikan sebagai Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar.
Foto tersebut menunjukkan seorang pria yang sedang berbaring dengan kondisi wajah dan leher penuh dengan bintik-bintik hitam yang diduga karena terpapar virus cacar monyet.
"Info penting Untuk rekan2 Jaga kesehatan ...mohon ke mana2 PAKE MASKER lagi..
Virus Monyet sdh sampai Brebes, ini Bupati Brebes korban pertama...???????????? ati2 waspada jaga jarak jgn bergerombol kumpul2
Gue ud bilang cepat ato lambat pasti akan nyebar ke seluruh negeri konoha," begitu bunyi pesan berantai yang beredar.
Tak hanya di grup Whatsapp, informasi tersebut juga banyak tersebar di aplikasi Facebook, dengan menggunakan narasi dan foto yang sama. Seperti yang diposting oleh salah satu akun @Wahyuningsih (https://www.facebook.com/share/p/e3kX7LXr73c7unfs/).
Informasi ini pun ramai di masyarakat dan menimbulkan kegaduhan, karena menyebut bahwa Kabupaten Brebes sudah terkontaminasi oleh virus cacar monyet, dan Bupati Brebes menjadi orang pertama yang terjangkit. Benarkan informasi tersebut?
(GFD-2024-22597) CEK FAKTA: Hoaks! Pj Bupati Brebes Terjangkit Cacar Monyet
Sumber:Tanggal publish: 12/09/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Penelusuran Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, pesan berantai dan foto yang dinarasikan sebagai Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar terpapar virus cacar monyet tidaklah benar atau hoaks.
Tim Cek Fakta TIMES Indonesia membandingkan foto yang tersebar dengan foto Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar. Hasilnya, dua foto tersebut merupakan dua orang yang berbeda. Informasi hoaks itu pun telah mendapatkan bantahan resmi dari Pemerintah Kabupaten Brebes.
Dikutip dari Detikhealth, Kepala Dinas Kesehatan Brebes, Ineke Tri Sulistyowati menjelaskan bahwa foto yang beredar bukanlah Pj Bupati Brebes, melainkan seorang warga Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes yang bekerja di Slawi, Tegal.
Pria tersebut mengalami gejala mirip cacar monyet, dengan bintik-bintik hampir di seluruh badan, termasuk muka dan leher. Dia pun dilarikan ke ke rumah sakit Mitra Keluarga Slawi Tegal. Hak tersebut kemudian dilaporkan ke Dinkes Jawa Tengah, yang kemudian meminta pasien dipindahkan ke RSUD Brebes.
"Jam 19.06 dari RS Mitra Keluarga Slawi menelpon untuk segera menjemput pasien Mpox. Kemudian kita sampaikan kondisi pasien ke Dinkes provinsi. Jawaban dari foto pasien, kemungkinan besar bukan Mpox, tapi menunggu hasil laporan dari dokter spesialis kulit kelamin," terangnya Sabtu (7/9/2024).
Hasil pemeriksaan oleh dokter spesialis kulit kelamin, tidak ditemukan pembengkakan atau perbesaran kelenjar getah bening maupun lesi yang mengindikasikan bahwa pria tersebut terpapar cacar monyet. Pasien pun berangsur membaik dan sudah diperbolehkan pulang pada Jumat.
Selain itu, telah ada beberapa media mainstream yang juga telah memberitakan bahwa kabar tentang Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar terpapar cacar monyet adalah kabar palsu atau hoax. Seperti Radar Solo, dan beberapa media arus utama lainnya.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, pesan berantai dan foto yang dinarasikan sebagai Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar terpapar virus cacar monyet tidaklah benar atau hoaks.
Tim Cek Fakta TIMES Indonesia membandingkan foto yang tersebar dengan foto Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar. Hasilnya, dua foto tersebut merupakan dua orang yang berbeda. Informasi hoaks itu pun telah mendapatkan bantahan resmi dari Pemerintah Kabupaten Brebes.
Dikutip dari Detikhealth, Kepala Dinas Kesehatan Brebes, Ineke Tri Sulistyowati menjelaskan bahwa foto yang beredar bukanlah Pj Bupati Brebes, melainkan seorang warga Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes yang bekerja di Slawi, Tegal.
Pria tersebut mengalami gejala mirip cacar monyet, dengan bintik-bintik hampir di seluruh badan, termasuk muka dan leher. Dia pun dilarikan ke ke rumah sakit Mitra Keluarga Slawi Tegal. Hak tersebut kemudian dilaporkan ke Dinkes Jawa Tengah, yang kemudian meminta pasien dipindahkan ke RSUD Brebes.
"Jam 19.06 dari RS Mitra Keluarga Slawi menelpon untuk segera menjemput pasien Mpox. Kemudian kita sampaikan kondisi pasien ke Dinkes provinsi. Jawaban dari foto pasien, kemungkinan besar bukan Mpox, tapi menunggu hasil laporan dari dokter spesialis kulit kelamin," terangnya Sabtu (7/9/2024).
Hasil pemeriksaan oleh dokter spesialis kulit kelamin, tidak ditemukan pembengkakan atau perbesaran kelenjar getah bening maupun lesi yang mengindikasikan bahwa pria tersebut terpapar cacar monyet. Pasien pun berangsur membaik dan sudah diperbolehkan pulang pada Jumat.
Selain itu, telah ada beberapa media mainstream yang juga telah memberitakan bahwa kabar tentang Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar terpapar cacar monyet adalah kabar palsu atau hoax. Seperti Radar Solo, dan beberapa media arus utama lainnya.
Kesimpulan
Kesimpulan
Informasi mengenai Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar yang terpapar cacar monyet merupakan konten menyesatkan atau misleading content. Faktanya, foto seorang pria dengan kondisi muka dan leher terdapat bintik-bintik seperti gejala cacar monyet itu adalah foto seorang pria asal warga Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes yang bekerja di Slawi, Tegal. Setelah diperiksa di rumah sakit, pria tersebut dinyatakan tidak terpapar cacar monyet.
Informasi mengenai Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar yang terpapar cacar monyet merupakan konten menyesatkan atau misleading content. Faktanya, foto seorang pria dengan kondisi muka dan leher terdapat bintik-bintik seperti gejala cacar monyet itu adalah foto seorang pria asal warga Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes yang bekerja di Slawi, Tegal. Setelah diperiksa di rumah sakit, pria tersebut dinyatakan tidak terpapar cacar monyet.
Rujukan
(GFD-2024-22596) [KLARIFIKASI] Video Perlihatkan Paus Fransiskus Pimpin Kanonisasi, Bukan di Kedubes Vatikan Jakarta
Sumber:Tanggal publish: 11/09/2024
Berita
KOMPAS.com - Kedatangan Paus Fransiskus ke Jakarta selama empat hari pada awal September 2024 memang menarik perhatian netizen, namun ada sejumlah unggahan yang informasinya keliru.
Misalnya, beredar video yang diklaim menampilkan momen Ketika Paus Fransiskus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Namun, setelah ditelusuri video tersebut dibagikan dengan informasi yang keliru.
Video yang diklaim menampilkan Paus Fransiskus mengunjungi Keduataan Vatikan, di Jakarta muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Instagram ini dan TikTok ini.
Berikut narasi yang disematkan dalam unggahan itu:
Paus FRANSISKUS
Berada di Kedutaan Besar Takta Vatikan, Jakarta Pusat
Bapak Paus FRANSISKUS berkunjung ke kedutaan besar takta vatikan, Jakarta Pusat@sorotan #pengikutfbpro #reelspublik #PAUSFRANSISKUS #JAKARTAINDONESIA
Akun Instagram Tangkapan layar Instagram video yang dikalim menampilkan Paus Fransiskus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta
Misalnya, beredar video yang diklaim menampilkan momen Ketika Paus Fransiskus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Namun, setelah ditelusuri video tersebut dibagikan dengan informasi yang keliru.
Video yang diklaim menampilkan Paus Fransiskus mengunjungi Keduataan Vatikan, di Jakarta muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Instagram ini dan TikTok ini.
Berikut narasi yang disematkan dalam unggahan itu:
Paus FRANSISKUS
Berada di Kedutaan Besar Takta Vatikan, Jakarta Pusat
Bapak Paus FRANSISKUS berkunjung ke kedutaan besar takta vatikan, Jakarta Pusat@sorotan #pengikutfbpro #reelspublik #PAUSFRANSISKUS #JAKARTAINDONESIA
Akun Instagram Tangkapan layar Instagram video yang dikalim menampilkan Paus Fransiskus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut identik dengan yang ada di Instagram @vaticannewspt. Video itu telah diunggah pada 1 Juli 2024.
Dalam keterangannya, video itu adalah momen ketika Paus Fransiskus memimpin pertemuan resmi para kardinal dalam sebuah upacara kanonisasi.
Kanonisasi merupakan proses yang menyatakan seseorang sebagai orang suci dalam Gereja Katolik.
Peristiwa itu berlangsung di Aula Consistory, Istana Apostolik di Vatikan.
Saat video itu diunggah, Paus Fransiskus belum melakukan kunjungan ke Indonesia. Kunjungan baru dilakukan pada 3-6 September 2024.
Adapun video yang menampilkan momen Paus Fransikus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta pada 3 September 2024 bisa dilihat di sini.
Dalam kesempatan itu Paus Fransiskus sempat bertemu dengan anak yatim-piatu serta para pengungsi.
Dalam keterangannya, video itu adalah momen ketika Paus Fransiskus memimpin pertemuan resmi para kardinal dalam sebuah upacara kanonisasi.
Kanonisasi merupakan proses yang menyatakan seseorang sebagai orang suci dalam Gereja Katolik.
Peristiwa itu berlangsung di Aula Consistory, Istana Apostolik di Vatikan.
Saat video itu diunggah, Paus Fransiskus belum melakukan kunjungan ke Indonesia. Kunjungan baru dilakukan pada 3-6 September 2024.
Adapun video yang menampilkan momen Paus Fransikus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta pada 3 September 2024 bisa dilihat di sini.
Dalam kesempatan itu Paus Fransiskus sempat bertemu dengan anak yatim-piatu serta para pengungsi.
Kesimpulan
Video dengan narasi Paus Fransiskus mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta merupakan informasi yang keliru.
Adapun video tersebut sudah diungggah jauh hari sebelum kunjungan Paus ke Indonesia, yaitu pada 1 Juli 2024. Kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta berlangsung pada 3-6 September 2024.
Video aslinya menampilkan momen ketika Paus Fransiskus memimpin pertemuan resmi para kardinal dalam sebuah upacara kanonisasi di Istana Apostolik, Vatikan.
Adapun video tersebut sudah diungggah jauh hari sebelum kunjungan Paus ke Indonesia, yaitu pada 1 Juli 2024. Kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta berlangsung pada 3-6 September 2024.
Video aslinya menampilkan momen ketika Paus Fransiskus memimpin pertemuan resmi para kardinal dalam sebuah upacara kanonisasi di Istana Apostolik, Vatikan.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/C_eiq2yob3S/?utm_source=ig_embed&ig_rid=225fceb2-8ed6-4bac-814a-b53a58775d32
- https://www.tiktok.com/@setryonto/video/7410600156032158982?_r=1&_t=8paw3aTjRvo
- https://www.instagram.com/reel/C84NhFENy_g/
- https://www.youtube.com/watch?v=UXEQC3B1wq4
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2024-22595) [HOAKS] Moderna Mengakui Vaksin Covid-19 Menyebabkan Kanker
Sumber:Tanggal publish: 11/09/2024
Berita
KOMPAS.com - Perusahaan farmasi Moderna dinarasikan telah mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka menyebabkan kanker. Narasi ini disebar melalui unggahan di media sosial.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi Moderna mengakui bahwa vaksin mereka menyebabkan kanker dibagikan oleh akun Facebook ini pada Senin (9/9/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
"Kebenaran akan mencari Jalan nya sendiri"
Moderna telah mengakui vaksin COVID mRNA-nya menyebabkan KANKER setelah miliaran fragmen DNA ditemukan dalam botol suntikan berbahaya tersebut.
Narasi itu disertai tautan menuju artikel berjudul "Moderna confirms mRNA COVID Vaccines cause Cancer" yang dimuat di situs expose-news.com.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi Moderna mengakui bahwa vaksin mereka menyebabkan kanker dibagikan oleh akun Facebook ini pada Senin (9/9/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
"Kebenaran akan mencari Jalan nya sendiri"
Moderna telah mengakui vaksin COVID mRNA-nya menyebabkan KANKER setelah miliaran fragmen DNA ditemukan dalam botol suntikan berbahaya tersebut.
Narasi itu disertai tautan menuju artikel berjudul "Moderna confirms mRNA COVID Vaccines cause Cancer" yang dimuat di situs expose-news.com.
Hasil Cek Fakta
Setelah disimak, artikel itu memuat pendapat Robert Malone dalam sebuah diskusi dengan anggota Kongres Amerika Serikat Marjorie Taylor Greene pada 13 November 2023.
Menurut PolitiFact, Malone adalah spesialis penyakit menular yang populer di kalangan antivaksin. Ia telah menyebarkan berbagai klaim palsu tentang vaksin Covid-19.
Dikutip dari FactCheck.org, dalam diskusi dengan Greene, Malone merujuk pada bagian singkat dalam aplikasi paten Moderna, yang diterbitkan pada 2019.
Permohonan paten tersebut terkait dengan vaksin RNA, tetapi komentar yang disoroti Malone adalah tentang vaksin DNA, yang masih dalam tahap eksperimental di AS.
Dalam deskripsinya tentang vaksin DNA, permohonan paten Moderna menyebutkan beberapa kekhawatiran teoretis terkait kanker sebagai contoh kelemahan teknologi tersebut.
Salah satunya adalah kemungkinan mutagenesis sisipan, yang dapat menyebabkan aktivasi onkogen atau penghambatan gen penekan tumor.
"FDA mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kekhawatiran, tetapi Moderna dalam patennya sendiri menjabarkan kekhawatiran yang sama persis dengan kekhawatiran yang ada tentang DNA dan mutagenesis insersi serta genotoksisitas," kata Malone.
Namun, kekhawatiran yang disebutkan dalam permohonan paten adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Tidak ada sisa DNA yang mengkode gen penyebab kanker dalam vaksin mRNA. Hal ini diperjelas Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dalam email kepada FactCheck.org.
"Berkenaan dengan vaksin mRNA, meskipun kekhawatiran telah dikemukakan sebelumnya sebagai masalah teoritis, bukti ilmiah yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa jumlah kecil dari sisa DNA tidak menyebabkan kanker atau perubahan pada kode genetik seseorang."
Menurut PolitiFact, Malone adalah spesialis penyakit menular yang populer di kalangan antivaksin. Ia telah menyebarkan berbagai klaim palsu tentang vaksin Covid-19.
Dikutip dari FactCheck.org, dalam diskusi dengan Greene, Malone merujuk pada bagian singkat dalam aplikasi paten Moderna, yang diterbitkan pada 2019.
Permohonan paten tersebut terkait dengan vaksin RNA, tetapi komentar yang disoroti Malone adalah tentang vaksin DNA, yang masih dalam tahap eksperimental di AS.
Dalam deskripsinya tentang vaksin DNA, permohonan paten Moderna menyebutkan beberapa kekhawatiran teoretis terkait kanker sebagai contoh kelemahan teknologi tersebut.
Salah satunya adalah kemungkinan mutagenesis sisipan, yang dapat menyebabkan aktivasi onkogen atau penghambatan gen penekan tumor.
"FDA mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kekhawatiran, tetapi Moderna dalam patennya sendiri menjabarkan kekhawatiran yang sama persis dengan kekhawatiran yang ada tentang DNA dan mutagenesis insersi serta genotoksisitas," kata Malone.
Namun, kekhawatiran yang disebutkan dalam permohonan paten adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Tidak ada sisa DNA yang mengkode gen penyebab kanker dalam vaksin mRNA. Hal ini diperjelas Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dalam email kepada FactCheck.org.
"Berkenaan dengan vaksin mRNA, meskipun kekhawatiran telah dikemukakan sebelumnya sebagai masalah teoritis, bukti ilmiah yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa jumlah kecil dari sisa DNA tidak menyebabkan kanker atau perubahan pada kode genetik seseorang."
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi Moderna mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka menyebabkan kanker adalah hoaks.
Narasi tersebut disebarkan oleh Robert Malone, seseorang yang memiliki riwayat menyebarkan klaim palsu terkait pandemi dan Covid-19.
Malone mengutip secara serampangan isi pengajuan paten Moderna untuk membangun narasi menyesatkan soal vaksin Covid-19 menyebabkan kanker.
Kekhawatiran potensial soal mutagenesis yang disebutkan dalam permohonan paten Moderna adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Narasi tersebut disebarkan oleh Robert Malone, seseorang yang memiliki riwayat menyebarkan klaim palsu terkait pandemi dan Covid-19.
Malone mengutip secara serampangan isi pengajuan paten Moderna untuk membangun narasi menyesatkan soal vaksin Covid-19 menyebabkan kanker.
Kekhawatiran potensial soal mutagenesis yang disebutkan dalam permohonan paten Moderna adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02BgRe1iSEByLscJ8anYJt2DUhb33cnEyLcL1FPabzucuMYhYSuYs3mttVD2Sj5qjCl&id=100079027307514
- https://www.politifact.com/article/2022/jan/06/who-robert-malone-joe-rogans-guest-was-vaccine-sci/
- https://www.factcheck.org/2023/11/scicheck-posts-spread-false-claim-about-moderna-patent-application/
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2024-22594) [SALAH] Panitia PON Aceh Memaksa Atlit Muaythai untuk Memakai Hijab Sebelum Pertandingan
Sumber: TwitterTanggal publish: 11/09/2024
Berita
“-A Thread-
Panitia PON Aceh Tidak Profesional
Agnes Sirait, atlit Muaythai asal Sumut kecewa berat karena sebelum pertandingan disuruh panitia mencari jilbab sebelum pertandingan. Agnes dan pelatih harus mencari jilbab agar bisa bertanding”.
Panitia PON Aceh Tidak Profesional
Agnes Sirait, atlit Muaythai asal Sumut kecewa berat karena sebelum pertandingan disuruh panitia mencari jilbab sebelum pertandingan. Agnes dan pelatih harus mencari jilbab agar bisa bertanding”.
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter @SammiSoh mengunggah video pertandingan seorang atlit muaythai yang ditahan wasit ketika hendak memasuki ring pertandingan. Atlit wanita tersebut kemudian masuk ke ring dan mengenakan penutup kepala putih. Video itu diklaim oleh @SammiSoh sebagai atlit muaythai Sumatra Utara, Agnes Sirait, yang diperintahkan panitia PON Aceh untuk mencari dan memakai hijab dahulu sebelum pertandingan. @SammiSoh juga menulis bahwa ini merupakan bukti panitia PON Aceh yang tidak profesional. Video itu telah mendapat likes dari 1,100 orang dan dilihat hampir 400,000 kali.
Dalam video yang diunggah oleh @SammiSoh, terlihat bahwa kain penutup kepala putih yang dikenakan atlit (menit ke 0:01 – 1:11) merupakan penutup kepala sebelum menggunakan head guard (pelindung kepala). Penggunaan pelindung kepala ini sudah menjadi salah satu alat yang wajib dikenakan di olahraga martial arts baik di Indonesia maupun internasional.
Selain itu, Tempo telah membahas isu ini di artikelnya yang berjudul “Panitia Penyelenggara Pertandingan Muaythai PON 2024 Bantah Ada Diskriminasi Atlet Putri Wajib Pakai Hijab” pada 7 September lalu. Melansir dari artikel ini, ketua panitia penyelenggara cabang olahraga muaythai di PON 2024, Dahlan Jamaluddin, telah membantah adanya diskriminasi kewajiban memakai hijab untuk atlit putri yang bertanding.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @SammiSoh merupakan konten yang menyesatkan.
Dalam video yang diunggah oleh @SammiSoh, terlihat bahwa kain penutup kepala putih yang dikenakan atlit (menit ke 0:01 – 1:11) merupakan penutup kepala sebelum menggunakan head guard (pelindung kepala). Penggunaan pelindung kepala ini sudah menjadi salah satu alat yang wajib dikenakan di olahraga martial arts baik di Indonesia maupun internasional.
Selain itu, Tempo telah membahas isu ini di artikelnya yang berjudul “Panitia Penyelenggara Pertandingan Muaythai PON 2024 Bantah Ada Diskriminasi Atlet Putri Wajib Pakai Hijab” pada 7 September lalu. Melansir dari artikel ini, ketua panitia penyelenggara cabang olahraga muaythai di PON 2024, Dahlan Jamaluddin, telah membantah adanya diskriminasi kewajiban memakai hijab untuk atlit putri yang bertanding.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @SammiSoh merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Video itu menunjukkan panitia PON Aceh yang meminta atlit Muaythai untuk menggunakan pelindung kepala, bukan hijab.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2024/09/11/salah-panitia-pon-aceh-memaksa-atlit-muaythai-untuk-memakai-hijab-sebelum-pertandingan/
- https://blog.awma.com/head-guards-in-martial-arts-an-introduction/
- https://sport.tempo.co/read/1913570/panitia-penyelenggara-pertandingan-muaythai-pon-2024-bantah-ada-diskriminasi-atlet-putri-wajib-pakai-hijab
Halaman: 999/6016