• (GFD-2024-23192) [KLARIFIKASI] Video Ledakan Pom Bensin di Yaman Diklaim Serangan Iran ke Israel

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/10/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan dampak serangan Iran ke Israel pada Selasa (1/10/2024). Tampak kobaran api membumbung tinggi di wilayah perkotaan.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim tersebut tidak benar.

    Sebagai konteks, Garda Revolusi Iran (IRGC) menembakkan sekitar 180 rudal ke wilayah Israel pada Selasa (1/10/2024).

    Serangan itu adalah balasan atas pembunuhan pemimpin kelompok perlawanan di Lebanon dan Palestina, yang selama ini didukung Iran.

    Video kobaran api di sebuah wilayah perkotaan yang diklaim sebagai dampak serangan Iran ke Israel dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Selasa (1/10/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Video yang beredar di grup Telegram Israel menunjukkan dampak dari serangan Iran ke Israel. Api masih berkobar. Israel telah meminta orang-orang untuk tidak mengedarkan video dan atau membagikan foto-foto tersebut.

    Screenshot Video ledakan pom bensin di Aden, Yaman, dibagikan dengan konteks keliru

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri potongan video tersebut dengan teknik reverse image search menggunakan Google Lens.

    Hasilnya, video serupa diunggah oleh akun YouTube DailyBuzzToday pada 31 Agustus 2024. Judul video menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di Aden, Yaman.

    Penelusuran lebih lanjut menemukan video serupa diunggah oleh akun YouTube CGTN Europe pada 31 Agustus 2024. Deskripsi video menyebutkan, peristiwa itu terjadi di Aden, Yaman.

    Menurut deskripsi yang dicantumkan, sebuah pom bensin di Aden meledak dan memicu kebakaran besar. Insiden itu menewaskan lima orang dan melukai 13 orang lainnya

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video kobaran api di sebuah wilayah perkotaan yang diklaim sebagai dampak serangan Iran ke Israel perlu diluruskan.

    Video itu bukan menunjukkan dampak serangan Iran ke Israel. Video tersebut adalah insiden ledakan pom bensin di Aden, Yaman, pada 31 Agustus 2024.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23191) Keliru, Klaim Kasus Autoimun Meledak Pasca Vaksinasi Covid-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/10/2024

    Berita



    Sebuah akun di Facebook [ arsip ] mengunggah narasi tentang hubungan antara vaksinasi Covid-19 dengan penyakit autoimun. Pengunggah mengklaim bahwa semakin banyak ilmuwan yang melaporkan dalam penelitiannya terkait berbagai jenis penyakit autoimun dari yang paling ringan seperti dermatitis, hingga kelas Berat yang menimbulkan kerusakan organ, kelumpuhan, bahkan kematian.

    Hal tersebut disebabkan oleh reaktivitas silang antara protein SARS-CoV-2 dari vaksin dan protein manusia yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel organ dari level ringan hingga level berat.

     

    Hingga artikel ini ditulis, unggahan tanggal 25 Juli 2024 tersebut sudah disukai 226 dan dibagikan 96 kali. Benarkah penyakit autoimun disebabkan oleh efek samping vaksin Covid-19?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai peneliti virologi dan imunologi David Virya Chen. Menurut David, klaim bahwa autoimun merupakan efek samping dari vaksinasi Covid-19 tidak akurat.  

    Menurut dia, untuk mengevaluasi secara keseluruhan efektivitas vaksin, membutuhkan waktu lama. Namun sejauh ini, vaksin Covid-19 memiliki risiko sangat kecil. 

    Dalam sistem regulatori obat maupun vaksin di seluruh dunia, kata dia, terdapat uji klinik masa keempat atau fase yang terakhir yakni uji klinik setelah obat atau vaksin tersebar di masyarakat. Efek samping apapun dari penggunaan obat atau vaksin tersebut, akan dilaporkan secara teoritik ke Badan POM.

    “Selanjutnya, BPOM akan meninjau berkala apakah betul efek samping disebabkan oleh obat atau vaksin tersebut,” kata David, peneliti di Center for Infectious Disease Education and Research, Osaka University.

    Dalam peninjauan tersebut, BPOM akan melibatkan ahli, meninjau pasien, tempat obat dijual dst. Jika ditemukan bahwa penyakit tertentu disebabkan oleh obat atau vaksin, maka BPOM akan mengambil tindakan seperti menarik obat atau vaksin. 

    “Penanganan yang sama juga berlaku pada vaksin Covid. Semua pihak terkait masih terus mengamati apakah ada efek samping jangka Panjang, biasanya dalam kurun waktu 10 tahun,” kata dia.

    Penyakit autoimun sendiri tidak bisa serta-merta dikaitkan dengan vaksin Covid-19, karena bisa terjadi karena perubahan  pola hidup manusia atau virus. Riset Jung dkk., (2024) di Korea yang terbit di Jurnal Nature, menunjukkan belum ada hubungan jangka panjang yang jelas antara vaksinasi COVID-19 berbasis mRNA dan perkembangan penyakit jaringan ikat autoimun (AI-CTD). 

    Dalam studi kohort berbasis populasi nasional, peneliti melibatkan 9.258.803 individu, mencakup lebih dari 1 tahun observasi. Mereka kemudian menganalisis risiko AI-CTD dengan membuat stratifikasi demografi dan profil vaksinasi serta memperlakukan vaksinasi penguat sebagai kovariat yang bervariasi dari waktu ke waktu.

    Riset itu menyimpulkan risiko dengan sebagian besar AI-CTD tidak terjadi peningkatan setelah vaksinasi mRNA, kecuali untuk jenis lupus eritematosus sistemik dengan risiko 1,16 kali lipat pada individu yang divaksinasi relatif terhadap kontrol. 

    Hasil yang sebanding dilaporkan dalam analisis stratifikasi untuk usia, jenis kelamin, jenis vaksin mRNA, dan riwayat vaksinasi non-mRNA sebelumnya. Namun, vaksinasi penguat dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa AI-CTD termasuk alopecia areata, psoriasis, dan arthritis reumatoid. 

    “Secara keseluruhan, riset tersebut menyimpulkan bahwa vaksinasi berbasis mRNA tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko sebagian besar AI-CTD, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan terkait potensi hubungannya dengan kondisi tertentu,” kata David mengutip hasil penelitian tersebut.

    Kesimpulan



    Hasil verifikasi Tempo tentang klaim kasus autoimun meledak pasca vaksinasi Covid-19 adalahkeliru. Tidak ditemukan hubungan kausalitas antara vaksinasi Covid-19 dengan penyakit autoimun.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23190) Keliru, Video Kapal Penyeberangan Banyuwangi-Bali Nyaris Tenggelam

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/10/2024

    Berita



    Video yang diklaim memperlihatkan kepanikan warga menyaksikan sebuah kapal penyeberangan dalam kondisi miring, beredar di Threads  [ arsip ]. Peristiwa itu diklaim terjadi di pelabuhan kapal penyeberangan Banyuwangi-Bali.

    Video diunggah akun ini pada 26 September 2024 disertai narasi "Kapal Feri Penyeberangan Banyuwangi-Bali. Miring. Hampir Tenggelam".



    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah mendapat 12 komentar dan diteruskan sebanyak 15 kali. Apa benar ini video kapal penyebrangan Banyuwangi-Bali? 

    Hasil Cek Fakta



    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek akta Tempo memfragmentasi video dan melakukan penelusuran di internet. Hasilnya, kapal yang nyaris tenggelam dalam video di atas bukan rute kapal penyeberangan Banyuwangi-Bali. Melainkan rute penyebrangan Tebas Kuale-Tebas Seberang, Perigi Piai, Kalimantan Barat pada Sabtu, 20 Februari 2021. 

    Video yang identik telah beredar di internet sejak 20 Februari 2021 yang salah satunya diunggah kanal YouTube Berita Trans dengan judul "Kapal Ferry Terbalik saat Hendak Sandar di Dermaga Perigi Piai, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat".

    Video identik lainnya diunggah kanal METRO TV di Youtube pada 21 Februari 2021 dengan judul "Dishub Sambas: Feri KMP Bili Terbalik Akibat Bocor Lambung Kapal".

    Rute Tebas Kuala-Tebas Seberang

    Dilansir dari Kompas.com, Shelvy Arifin selaku Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menjelaskan, kapal tersebut merupakan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Bili yang melayani lintasan jalur sungai Tebas Kuala-Tebas Seberang. 

    “Terbalik saat proses bongkar di Dermaga Perigi Piai, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada Sabtu, 20 Februari 2021 sekitar pukul 14.00 WIB,” ujarnya sebagaimana dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu, 20 Februari 2021.

    Ia mengatakan pasca-kejadian, ASDP berkoordinasi dengan regulator dan mitra kerja setempat untuk melakukan proses penyelamatan. Ia mengatakan tim penyelamat gabungan dari unsur Basarnas Pos Sintete, KSOP Sintete, Polsek Tebas, Tagana Tebas Tengah telah menuju ke lokasi untuk melakukan proses evakuasi. 

    “Perkembangan informasi akan kami laporkan secara berkala,” katanya lagi. Shelvy memastikan, 72 orang penumpang dan 15 kru KMP Bili selamat.

    Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui KSOP Kelas IV Sintete dan tim SAR mengevakuasi para penumpang Kapal motor penyeberangan (KMP) Bili di Dermaga Parigi Piai di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yang terbalik. 

    Adapun, kapal menyeberangi Sungai Sambas Besar dengan jarak 800 meter dari Tebas menuju Parigi Piai. Kepala KSOP Kelas IV Sintete Yuli Indrawanto mengatakan, bahwa KMP Bili mengalami insiden pada Sabtu, 20 Februari 2021 sekitar pukul 14.00 WIB. Pihaknya langsung merespons insiden tersebut setelah mendapat laporan dengan menurunkan Quick Response Team (QRT).

    “Telah terjadi insiden terbaliknya kapal pukul 14.00 WIB. KSOP Sintete menerima berita dari nakhoda bahwa kapalnya terbalik. Kapal penyeberangan KMP Bili dengan operatornya PT ASDP Indonesia Ferry (Persero),” katanya, Sabtu, 20 Februari 2021 seperti dilansir dari Bisnis.com

    Dia menjelaskan, kapal penyeberangan tersebut terbalik ketika mau bersandar di Dermaga Parigi Piai dan penumpang mulai turun dari kapal. Pada saat itu, kapal miring dan tali putus, sehingga kapal terbalik.

    Kesimpulan



    Berdasarkan verifikasi Tempo, video dengan klaim kapal penyeberangan Banyuwangi-Bali nyaris tenggelam adalahkeliru. 

    Kapal yang nyaris tenggelam dalam video di atas bukan melayani rute penyebrangan Banyuwangi-Bali, melainkan rute penyebrangan Tebas Kuale-Tebas Seberang, Perigi Piai, Kalimantan Barat. Kapal Feri KMP Bili akhirnya terbalik. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 20 Februari 2021 siang.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23189) Hoaks, Ustaz Abdul Somad Masuk Rumah Sakit karena Sifilis

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/10/2024

    Berita

    tirto.id - Baru-baru ini, di media sosial, beredar sebuah unggahan yang menyertakan tangkapan layar artikel, yang diklaim berasal dari sebuah kantor berita, bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis.

    Narasi tersebut disebarkan oleh sejumlah akun Facebook, di antaranya “Arzel Lianox” pada Kamis (19/9/2024) dan "Muhammad Hadwan Ghozi" pada Sabtu (21/9/2024).

    Sejumlah unggahan tersebut menyertakan tangkapan layar artikel berita yang diklaim dipublikasikan oleh Suara.com berjudul “Ustadz Abdul Somad :Masuk Rumah Sakit (RS) Karena Kena Penyakit Sipilis”. Thumbnail dalam tangkapan layar artikel berita tersebut juga menyertakan foto Ustaz Abdul Somad.

    “Benarkah ini kawan....??? Apa penyebab penyakit itu..Sungguh terweluuuu,” tulis salah satu akun di takarir unggahan pada Sabtu (21/9/2024).

    Sepanjang Sabtu (21/9/2024) hingga Kamis (3/10/2024) atau selama 12 hari tersebar di Facebook, salah satu unggahan tersebut telah memperoleh 4 tanda reaksi dan 2 komentar.

    Sebagai informasi, Ustaz Abdul Somad atau akrab yang disapa UAS merupakan pendakwah kondang asal Indonesia.

    Pria kelahiran Pekanbaru, Riau pada 18 Mei 1977 ini juga pernah menjabat sebagai anggota MUI Provinsi Riau, Komisi Pengkajian dan Keorganisasian, pada 2009 hingga 2014. Selain itu, juga pernah menjadi Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau untuk periode 2009-2014.

    Lantas, benarkah klaim tangkapan layar artikel berita dengan judul yang mengklaim bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Riset Tirto melakukan penelusuran dengan memasukan kata kunci judul artikel berita seperti yang tertera dalam klaim unggahan yaitu “Ustadz Abdul Somad: Masuk Rumah Sakit (RS) Karena Kena Penyakit Sipilis” ke mesin pencarian Google. Hasilnya, kami tidak menemukan artikel asli dengan judul berita tersebut di Suara.com dan situs berita manapun.

    Kemudian, penelusuran dilakukan terhadap tangkapan layar artikel berita yang disertakan dalam unggahan tersebut. Tirto mengambil tangkapan layar tersebut kemudian menelusurinya dengan menggunakan teknik reverse image search dari Google Images.

    Hasilnya, kami menemukan artikel berita identik milik Suara.com berjudul “Kronologi UAS yang Diduga Dideportasi dari Singapura” yang diunggah pada Selasa (17/5/2022) dan artikel berjudul “Balas Tuduhan Singapura Sebar Ajaran Ekstremis, UAS Beri Penjelasan Menohok” yang diunggah pada Kamis (19/5/2022).

    Nampak ada kesamaan dari sisi foto thumbnail kedua artikel tersebut dengan thumbnail dalam tangkapan layar artikel berita, dengan judul yang mengklaim bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis.

    Artikel pertama berjudul “Kronologi UAS yang Diduga Dideportasi dari Singapura” yang diunggah pada Selasa (17/5/2022) itu membahas kronologi saat Ustaz Abdul Somad dideportasi dari Singapura pada 16 Mei 2022.

    Sementara, artikel kedua berjudul “Balas Tuduhan Singapura Sebar Ajaran Ekstremis, UAS Beri Penjelasan Menohok” yang diunggah pada Kamis (19/5/2022) memuat pernyataan Ustaz Abdul Somad terkait tuduhan ekstremis yang disematkan padanya oleh pemerintah Singapura.

    Foto thumbnail dalam kedua artikel berita itu kemudian disunting dan dimanipulasi untuk menambahkan informasi yang keliru soal klaim bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis.

    Selebihnya, hingga Kamis (3/10/2024) atau saat artikel periksa fakta ini ditulis, tidak ada satupun informasi kredibel dan pemberitaan yang membenarkan klaim bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, tangkapan layar artikel berita dengan judul yang mengklaim bahwa Ustaz Abdul Somad masuk rumah sakit akibat penyakit sifilis merupakan hasil manipulasi (altered photo).

    Tidak ditemukan artikel asli dengan judul berita tersebut di situs berita manapun. Tangkapan layar yang digunakan dalam klaim adalah manipulasi artikel Suara.com soal Ustaz Abdul Somad yang ditolak masuk Singapura.

    Rujukan