• (GFD-2024-23054) [KLARIFIKASI] Tidak Benar Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Surabaya Mati Ditembak

    Sumber:
    Tanggal publish: 27/09/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menampilkan sapi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pegirian, Surabaya, Jawa Timur mati dengan cara ditembak kepalanya.

    Video itu disebarluaskan di media sosial. Namun, setelah ditelusuri video tersebut salah konteks dan disebarkan dengan informasi keliru.

    Video sapi di RPH Pegirian, Surabaya mati dengan cara ditembak muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Facebook ini, ini dan ini.

    Akun tersebut membagikan video yang memperlihatkan seorang pria menembakkan sebuah alat ke kepala sapi. Tidak lama, sapi tersebut kemudian tersungkur.

    Salah satu akun menuliskan keterangan dengan narasi:

    Hati2 pengkonsumsi daging penyembelihan yg tidak sesuai Syariat Islam.

    Akibat kurang kontrol dari Pemerintah. RPH PEGIRIAN MILIK BUMD SURABAYA jatuhnya Bisa Haram jika dikonsumsi umat Islam karena tdk disembelih sesuai Syariat Islam

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook video yang diklaim sebagai penyembelihan di RPH Pegirian Surabaya dengan cara ditembak

    Hasil Cek Fakta

    Sebagaimana pemberitaan Kompas.com, Direktur Utama RPH Surabaya Fajar Arifianto Isnuroho menyebutkan bahwa video tersebut tidak disertai konteks yang lengkap sehingga menyesatkan masyarakat. 

    Menurut Fajar, sapi dalam video sedang melalui proses pemingsanan (stunning). Ini merupakan sebuah metode untuk memudahkan penyembelihan sapi impor. 

    "Saya menyatakan bahwa video itu tidak sepenuhnya benar, karena tidak menampilkan keseluruhan proses," kata Fajar di Surabaya, Kamis (26/9/2024).

    Fajar menjelaskan,  setelah sapi pingsan akibat stunning, penyembelihan kemudian dilakukan sesuai kaidah syariat oleh Juru Sembelih Halal (Juleha) RPH.

    Sementara, terkait darah yang terlihat dalam video, Fajar menuturkan bahwa darah tersebut adalah hasil penyembelihan sapi setelah proses pemingsanan.

    "Jadi, setelah sapi dipingsankan, langsung dilakukan penyembelihan, bukan mati ditembak seperti yang ditafsirkan dalam video," ujar dia.

    Menurut Fajar, orang yang terekam dalam video sudah tidak lagi bekerja di RPH Pegirian, Surabaya.

    Salah satu dari mereka adalah anggota tim stunner yang bekerja atas dasar kerja sama antara RPH dengan pemasok sapi BX dari Australia.

    Kesimpulan

    Video sapi di RPH Pegirian, Surabaya mati dengan cara ditembak merupakan konten yang disebar dengan informasi yang keliru.

    Faktanya, video itu adalah proses pemingsanan (stunning), sebuah metode yang untuk memudahkan penyembelihan sapi impor.

    Setelah sapi pingsan, penyembelihan kemudian dilakukan sesuai kaidah syariat oleh Juru Sembelih Halal RPH.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23053) [HOAKS] Penemuan Pedang Raksasa di Turkiye

    Sumber:
    Tanggal publish: 27/09/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar kolase foto dengan narasi penemuan pedang raksasa berusia 3000 tahun di Turkiye.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, kolase gambar tersebut merupakan konten manipulatif.

    Kolase foto penemuan pedang raksasa di Turkiye disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 24 Agustus 2024:

    Para arkeolog di Turki menggali pedang besar berusia 3000 tahun dari sebuah peradaban kuno, menimbulkan pertanyaan tentang pejuang dan keahlian mereka.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek keaslian gambar yang beredar dengan tools pendeteksi konten dihasilkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Hugging Face.

    Terdapat tiga gambar yang ditampilkan. Pertama, gambar menampilkan pedang raksasa yang pangkalnya ada di pojok kiri dan bilahnya di pojok kanan.

    Ada dua orang memakai jaket biru dongker, dengan helm putih, dan masker.

    Hugging Face mengidentifikasi gambar tersebut memiliki probabilitas 61 persen dibuat dengan AI.

    Gambar berikutnya menampilkan pedang raksasa dengan sudut pandang lebih jauh, menampilkan dua orang berada di sisi kanan dan kiri pedang.

    Hugging Face mengidentifikasi gambar tersebut memiliki probabilitas 84 persen dibuat dengan AI.

    Terakhir, gambar pedang besar di tumpukan tanah yang sedang dipegang oleh seseorang yang memakai jaket dan helm putih.

    Tampak tangan kanannya menampilkan bentuk yang janggal.

    Hugging Face mengidentifikasi gambar tersebut memiliki probabilitas 63 persen dibuat dengan AI.

    Tidak ditemukan berita atau laporan kredibel yang membuktikan penemuan pedang raksasa di Turkiye.

    Kesimpulan

    Kolase gambar penemuan pedang raksasa berusia 3000 tahun di Turkiye merupakan konten manipulatif berbasis AI.

    Hugging Face mengidentifikasi ketiga gambar sebagai gambar yang dihasilkan AI.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23052) Cek Fakta: Hoaks Foto Penemuan Pedang Raksasa Berusia 3.000 Tahun di Turki

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/09/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto yang diklaim penemuan pedang raksasa berusia 3.000 tahun di Turki beredar di media sosial. Foto tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 25 Agustus 2024.
    Dalam foto tersebut terlihat sebuah pedang berukuran jumbo berada di bawah tanah. Sejumlah orang juga tengah mengamati pedang tersebut. Foto itu kemudian dikaitkan dengan kabar penemuan pedang raksasa berusia 3.000 tahun oleh arkeolog di Turki.
    "Para arkeolog di Turki menggali pedang besar berusia 3000 tahun dari sebuah peradaban kuno, menimbulkan pertanyaan tentang pejuang dan keahlian mereka," tulis salah satu akun Facebook.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 461 kali dibagikan dan mendapat 1.500 komentar dari warganet.
    Benarkah dalam foto tersebut merupakan pedang raksasa berusia 3.000 tahun yang ditemukan di Turki? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri foto yang diklaim penemuan pedang raksasa berusia 3.000 tahun di Turki. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "photo giant sword turkiye" di kolom pencarian Google Search.
    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai foto tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Real Photos Show Giant Swords Found in Turkey?" yang dimuat situs snopes.com pada 26 September 2024.
     
    Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa foto yang diklaim pedang raksasa berusia 3000 tahun ditemukan di Turki banyak diposting di Facebook, X, dan TikTok.
    Dari penelusuran, ternyata foto tersebut dibuat menggunakan perangkat kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ada beberapa tanda bahwa pedang tersebut dihasilkan oleh AI.
    Misalnya, orang-orang dalam foto tersebut memiliki tangan yang tidak sesuai, tubuh yang tidak proporsional, dan fitur wajah yang tidak wajar. Selain itu, bayangan pada gambar tidak konsisten.
    Teyit, sebuah organisasi pengecekan fakta di Turki, juga menyelidiki gambar-gambar tersebut pada Juli 2024, dan menyimpulkan bahwa gambar-gambar tersebut dibuat secara artifisial.
     

    Kesimpulan


    Foto yang diklaim penemuan pedang raksasa berusia 3.000 tahun di Turki ternyata tidak benar alias hoaks. Faktanya, foto tersebut diduga dibuat menggunakan artificial intelligence (AI).

    Rujukan

  • (GFD-2024-23051) Cek Fakta: Video Pangeran MBS dari Arab Saudi Akui Tak Peduli dengan Penderitaan Palestina

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/09/2024

    Berita

    Suara.com - Berdar di media sosial sebuah narasi yang menyebut Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman Al Saud (MBS) melarang Imam Masjid mendoakan Palestina maupun menyebutkannya dalam khotbah di seluruh masjid.

    Disampaikan juga narasi bahwa ia secara pribadi tidak peduli dengan masalah Palestina saat ini. Dalam narasi itu disebutkan bahwa Arab Saudi juga telah menjadi negara Islam abad modern.

    Diperlihatkan dalam unggahan tersebut potongan video MBS yang sedang wawancara dengan latar bertuliskan Future Investment Initiative.

    Berikut narasi yang disampaikan dalam unggahan tersebut:

    “Arab Saudi melarang Imam Mesjid mendoakan Palestina atau menyebutkannya dalam khotbah di masjid2 Saudi

    Pangeran Saudi Mohammed bin Salman mengatakan dia secara pribadi TIDAK PEDULI dengan masalah Palestina

    Arab Saudi menjadi Islam abad modern

    Indonesia menjadi Islam abad ke 7”

    Lantas benarkah klaim tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran fakta Suara.com, ternyata video dalam unggahan tersebut serupa dengan unggahan YouTube Fox News “Saudi Arabia crown prince vows to do more to stop extremism” yang diunggah pada 29 Oktober 2017. 

    Dalam konferensi Inisiatif Investasi Masa Depan di Riyadh, Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyebut pihaknya   akan menghancurkan "ideologi ekstremis" dalam upaya untuk kembali ke "Islam yang lebih moderat."

    Disamping itu juga ada upaya untuk menempatkan kerajaan itu sejalan dengan banyak negara lain karena berusaha untuk mengubah ekonominya selama beberapa dekade mendatang.

    "Kami ingin menjalani kehidupan normal, kehidupan di mana agama dan tradisi kami diterjemahkan ke dalam toleransi, sehingga kami hidup berdampingan dengan dunia dan menjadi bagian dari perkembangan dunia," ujarnya, dilansir dari CNN.

    Dalam sebuah laporan terbaru, Mohammed bin Salman menyebut Arab Saudi tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Dalam beberapa kesempatan, MBS menolak dan mengecam keras pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman Al Saud (MBS) melarang Imam Masjid mendoakan Palestina maupun menyebutkannya dalam khotbah di seluruh masjid, serta klaim bahwa Pangeran MBS tak peduli dengan penderitaan Palestina tidak benar. Unggahan itu tidak sesuai dengan video aslinya.