• (GFD-2025-25228) Benar, Video Badai yang Terjadi di Cina

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2025

    Berita



    Tempo memperoleh permintaan pembaca lewatchatbot untuk memverifikasi video [ arsip ] yang disertai klaim tentang badai yang terjadi di Cina.

    Video berdurasi dua menit itu memperlihatkan badai angin kencang disertai hujan menerjang pohon-pohon, kendaraan, hingga manusia. 

     

    Benar badai dalam video tersebut terjadi di Cina?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi video tersebut dengan bantuan Baidu Image Search, mesin pencarian Google, dan YouTube. Hasilnya menunjukkan bahwa badai tersebut adalah badai Bebinca yang melanda Kota Shanghai, Cina pada pertengahan September 2024 lalu. 

    Video tersebut dipublikasikan di website sohu.com, situs web milik perusahaan internet Tiongkok, Sohu, Incorporation. Sohu.com menyediakan berbagai informasi, hiburan, dan layanan komunikasi bagi pengguna internet di Tiongkok.

    Video 1



    Potongan video ini terdapat dalam video yang diunggah oleh situs Weibo.com berbahasa Mandarin  di sini dan Douyin.com si sini. Pada keterangan video disebutkan bahwa Topan "Plasang" perlahan-lahan meningkat intensitasnya dan akan melanda pada sore hingga malam hari tanggal 19. Video tersebut diposting 4 bulan lalu di Jiangsu.

    Video 2

     

    Potongan dua video ini juga bagian video yang diunggah oleh situs berbahasa Mandarin Weibo.com dan Douyin.com pada 17 September 2024. Dalam keterangannya disebutkan bahwa Topan "Plasang" perlahan-lahan meningkat intensitasnya di permukaan laut sepanjang 550 kilometer dan akan mendarat di pantai Zhejiang mulai sore hingga malam hari tanggal 19. "Plasang" diperkirakan akan bergerak cepat ke barat laut dengan kecepatan 45-50 kilometer per jam, dan intensitasnya perlahan meningkat.

    Dilansir website Painelglobal.com bahwa badai tropis lainnya telah terbentuk di Asia Pasifik dan menuju Tiongkok, hanya dua hari setelah Topan Bebinca yang dahsyat menghantam Shanghai. Bebinca dianggap sebagai topan terkuat dalam 75 tahun yang melanda kota terpadat di negara itu, dan menjadi sorotan media di seluruh dunia. Shanghai dilanda angin kencang dan hujan lebat di Bebinca. Topan tersebut memaksa penutupan jalan, pembatalan penerbangan dan evakuasi ribuan orang dari wilayah pesisir.

    Menurut informasi dari kantor berita lokal Xinhua, datangnya Topan Bebinca membuat beberapa distrik di Shanghai dan sekitarnya berada pada tingkat siaga maksimum.

    Video 3



    Video identik pernah diunggah oleh situs Sohu.com. Peristiwa ini adalah saat kejadian Topan melanda Shanghai, Cina.

    Video 4



    Video identik pernah diunggah oleh akun YouTube @jasonschannel710 dan situs Sohu.com pada 16 September 2024. Keterangan pada video, peristiwa tersebut merupakan topan terbesar dalam sejarah, bernama Topan Bebejia yang melanda Shanghai.

    VOA Indonesia melansir bahwa topan terkuat yang tercatat sejak 1949 menerjang Shanghai dan pesisir timur Cina pada 16 September 2024 memaksa puluhan juta orang untuk tetap di rumah. Topan tersebut menumbangkan pohon, dan mengacaukan moda transportasi di seluruh kawasan.

    Topan Bebinca, badai terkuat yang melanda kota besar tersebut sejak Gloria 75 tahun lalu, mendarat di wilayah pesisir timur pada Senin 16 September 2024 pagi dengan kecepatan angin sekitar 150 kilometer per jam, menurut media pemerintah.

    Sejumlah bisnis di wilayah itu memang memutuskan tutup untuk merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur. Pemerintah mengimbau 25 juta warga untuk tetap berada di rumah.

    Kantor berita setempat melaporkan bahwa badai tersebut menimbulkan "kerusakan signifikan di seluruh kota," menumbangkan lebih dari 1.800 pohon dan menyebabkan 30.000 rumah tangga kehilangan pasokan listrik.

    Dikutip dari AP News, Topan Bebinca mendarat sekitar pukul 07.30 pagi di distrik bisnis Pudong yang luas dengan kecepatan angin 151 kpj (94 mph) di dekat pusatnya.

    Hujan deras membanjiri jalan-jalan di distrik tersebut, menurut gambar yang disiarkan oleh media pemerintah. Di tempat lain di Shanghai, pohon-pohon tumbang dan dahan-dahan pohon tumbang menutupi beberapa jalan dan trotoar. Saat topan mereda, petugas tanggap darurat membersihkan dahan-dahan pohon dan benda-benda lain yang tertiup badai.

    Kesimpulan



    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa badai dalam video tersebut terjadi di Cina adalahbenar.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25227) Belum Ada Bukti, Akar Pepaya Mengobati Gigitan Hewan Berbisa

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2025

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook berisi klaim tentang akar pepaya dan garam sebagai obat pengobatan pertama saat digigit hewan berbisa.

    Video itu menjelaskan khasiat akar pepaya dan garam sebagai obat pertolongan pertama saat digigit hewan berbisa seperti lipan, kalajengking, dan lain-lain.

    Narator mengatakan bahwa campuran akar pepaya yang ditumbuk ditempelkan pada bagian yang digigit hewan berbisa. Tujuannya untuk menghambat racun agar tidak cepat menyebar. 



    Benarkah akar pepaya berkhasiat?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo verifikasi klaim ini dengan meminta pendapat pakar toksikologi,emergency medicine(EM) dan hasil riset.

    Kepala IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa, Randy Zainubun, SPEM, FICEP, mengatakan hewan seperti lipan dan kalajengking memiliki zat alergi  atau bisa yang dipergunakan hewan tersebut bertahan hidup di alam. 

    “Yang perlu kita ketahui, mayoritas dari “bisa” lipan dan kalajengking itu cenderung tidak fatal bagi manusia, hanya menyebabkan gejala alergi,” kata Randy.

    Menurut dokter spesialisemergency medicine itu, luka gigitan hewan memiliki gejala gatal dan nyeri. Gejala gatal dan nyeri ini dapat dikurangi dengan minum obat anti alergi dan obat anti nyeri. “Penggunaan atau pengolesan bahan-bahan lain pada luka gigitan hewan, justru dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi,” ujarnya.

    Dr. Heru Wiyono SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya mengatakan, pertolongan pertama saat mengalami gigitan hewan berbisa adalah mengamankan korban dan membersihkan luka. “Kalau ada orang tergigit binatang berbisa, amankan dulu korbannya, kemudian lakukan pembersihan luka, sebisa mungkin penolong menggunakan sarung tangan, dengan air mengalir dan sabun atau deterjen kalau ada” kata Heru.

    Sabun atau deterjen digunakan karena memiliki sifat menguraikan lemak seperti penggunaannya di rumah untuk cuci piring. Sabun dan deterjen dapat merusak dinding selaput virus dan bakteri. “Selain sabun, dapat menggunakan larutan yang mengandung povidone iodine yang biasa digunakan untuk membersihkan luka. Cairan ini dijual di toko dan apotek,” lanjutnya. 

    Sedangkan terkait penggunaan garam pada luka, Heru mengatakan garam memiliki sifat menyerap cairan (absorbent) di sekitarnya.

    “Pemberian garam pada luka akan membantu mengeringkan luka dan diharapkan merusak selaput virus dan bakter, tapi masih perlu banyak diteliti dulu keamanannya,” lanjut dia.

    Heru menegaskan, jika timbul gejala alergi seperti bentol-bentol di wajah, sesak nafas, dan suara parau, atau ada keluhan lainnya, korban harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

    Tempo menemukan terdapat beberapa studi tentang potensi kandungan pada akar pepaya (Carica Papaya Linn) yang diekstraksi untuk pengobatan. Dilansir oleh artikel Duru dan Chidi (2019), akar pepaya memiliki potensi dan dapat diaplikasikan untuk mengobati malaria, penyakit kardiovaskular, peradangan, dan infeksi mikroba. 

    Penelitian lain yang dipublikasikan Sciencedirect.com menyebutkan ekstrak air dari akar pepaya (Carica Papaya Linn) memiliki potensi mengobati penyakit dan membantu penyembuhan alami keracunan zat kimia. Namun riset ini tidak menyebut secara spesifik pada keracunan akibat gigitan serangga dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim yang menyebut campuran akar pepaya dan garam sebagai pengobatan pertama saat digigit hewan berbisa, seperti lipan dan kalajengking adalahbelum ada bukti.

    Pakar emergency medicine tidak menyarankan penggunaan atau pengolesan bahan-bahan tersebut pada luka gigitan hewan, karena dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.

    Terdapat penelitian yang menyebut ekstrak air dari akar pepaya memiliki potensi mengobati penyakit dan membantu penyembuhan alami keracunan zat kimia. Namun penelitian ini tidak menyebut secara spesifik pada keracunan akibat gigitan serangga dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25226) Keliru, Video Ribuan Warga Los Angeles Mualaf Setelah Melihat Lafaz Allah di Langit

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2025

    Berita



    Sebuah video beredar di WhatsApp dan YouTube [ arsip ] berisi klaim bahwa ribuan warga kota Los Angeles, California, Amerika Serikat, menjadi mualaf atau masuk Islam setelah melihat asap bergambar lafaz Allah.

    Video itu memperlihatkan orang-orang sedang melihat awan bergambar lafaz Allah dengan latar belakang langit biru yang bersih. Sementara narator membacakan kisah tentang kondisi kota Los Angeles. “Kebakaran besar yang mengguncang Los Angeles menyisakan kehancuran, tetapi juga membawa sebuah fenomena luar biasa yang mengubah hidup ratusan orang. Saat asap kebakaran membumbung tinggi, sebuah keajaiban muncul di langit: lafadz "Allah" terbentuk dari kepulan asap!”



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah terdapat fenomena asap kebakaran bergambar lafaz Allah yang membuat ribuan warga Los Angeles mualaf?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video yang memperlihatkan lafadz “Allah” itu hasil buatan dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). 

    Pertama, Tempo menemukan sejumlah kejanggalan dari video itu antara lain langit berwarna biru yang bersih. Padahal di dalam narasi ditulis bahwa lafadz tersebut terbentuk dari kepulan asap kebakaran. Narasi tersebut juga tidak konsisten, di mana pada judul tertulis “ribuan warga LA yang mualaf” namun di dalam kalimat berikutnya disebut bahwa peristiwa itu mengubah hidup “ratusan warga LA”.

    Kedua, pembuat video telah memberikan keterangan bahwa konten itu mungkin berisi unsur fiksi, dramatisasi, atau interpretasi kreatif. Konten dibuat untuk berbagi informasi dan menghibur audiens, sehingga warganet diharapkan bersikap bijaksana.

    Ketiga, verifikasi menggunakan aplikasi pendeteksi deepfake, True Media, menyebutkan bahwa konten tersebut 99,9 hingga 100 persen kemungkinan dibuat menggunakan AI.



    Truemedia.org menyatakan bahwa suara narator video tersebut 100 persen dibuat menggunakan AI. Dengan demikian, terdapat bukti kuat bahwa video itu dibuat menggunakan teknologi AI.

    Demikian juga pemindaian menggunakan Hivemoderation.com yang menyatakan audio dalam video yang beredar, dibuat menggunakan AI.



    Berita Time.com juga menjelaskan bagaimana umat Kristen di Los Angeles menjalani peribadatan mereka setelah banyak gereja dilahap api. Mereka melakukan ibadah, meskipun tanpa gedung.

    Selain itu, LATimes.com juga menjelaskan kondisi rumah-rumah ibadah di Los Angeles yang terdampak kebakaran, seperti gereja, masjid dan sinagoga. Artikel itu juga menerangkan bagaimana masyarakat umum bisa berkontribusi dalam pembangunan ulang rumah-rumah ibadah tersebut.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan ribuan warga Los Angeles mualaf karena fenomena langit berupa asap kebakaran bergambar lafaz Allah adalah klaimkeliru.

    Konten itu risk berdasarkan sumber yang kredibel, dan disertai keterangan mengandung fiksi. Selain itu, konten dibuat menggunakan teknologi AI.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25225) Keliru, Video Kebakaran Los Angeles Menyebar ke New York City

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2025

    Berita



    Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ], YouTube, dan TikTok yang diklaim sebagai kebakaran Los Angeles (LA) yang menyebar sampai gedung-gedung di New York City, Amerika Serikat (AS). Sepekan sebelumnya, kebakaran hebat terjadi di Los Angeles.

    Video itu berisi tiga klip yang memperlihatkan kebakaran sejumlah gedung, orang-orang yang berada di sekitar kebakaran itu, dan mobil-mobil yang lewat di jalan raya di antara api yang menyala-nyala di gedung kanan dan kirinya.



    Namun, benarkah video itu memperlihatkan kebakaran AS yang berlanjut ke New York City?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo memverifikasi video yang beredar dengan membuat tangkapan layar atas tiga klip di dalamnya, dan memindai menggunakan aplikasi pendeteksi gambar AI atau yang dibuat dengan kecerdasan buatan, dari Isitai.com dan Wasitai.com.

    Video 1



    Klip pertama yang memperlihatkan orang-orang sedang memperhatikan kebakaran lahan dan gedung, memiliki probabilitas tinggi dibuat menggunakan AI, yakni 81 persen menurut Isitai.com. Sementara wasitai.com menyatakan gambar itu dibuat dengan AI atau menggunakan bahan-bahan dari AI.

    Video 2



    Klip kedua memperlihatkan kota yang terbakar dengan mobil berjalan di antara sambaran api juga 79 persen kemungkinan dibuat menggunakan AI, menurut Isitai.com. Kemudian gambar tergolong AI atau dibuat dari bahan AI, menurut Wasitai.com.

    Terdapat kejanggalan lain dalam video ini, yakni mobil yang tetap berlalu lalang saat api berkobar-kobar di gedung pinggir jalan. Hal ini bisa dikatakan janggal karena Amerika Serikat memiliki protokol evakuasi masyarakat saat terdapat bahaya.

    Video 3



    Klip terakhir yang memperlihatkan kota terbakar dengan asap tebal yang membumbung juga dibuat dengan AI atau banyak bahannya diambil dari AI, menurut Wasitai.com. Sementara menurut Isitai.com, kemungkinannya dibuat menggunakan AI sebesar 79 persen.

    Narasi yang beredar juga menyatakan bahwa video yang diklaim membakar New York City itu juga menghanguskan Gedung Putih. Padahal, Gedung Putih berada di kota lain, yakni Washington DC, yang berjarak sekitar 4 jam naik mobil dari New York City.

    Sebelumnya, Tempo juga telah menelusuri narasi yang mengatakan kebakaran di LA, California, telah meluas hingga melanda separuh AS. Padahal narasi tersebut terbukti keliru.

    Update Kebakaran LA

    Dilansir NBCNews.com, kondisi kota LA semakin membaik sejak kebakaran yang dimulai 7 Januari 2025 itu. Namun, api belum sepenuhnya bisa dikendalikan oleh pemadam kebakaran setempat.

    Masyarakat yang sebelumnya mengikuti perintah evakuasi, sebagian telah diperbolehkan melihat rumah mereka yang telah dilahap api. Namun, sebagian tempat masih diberlakukan jaga malam agar masyarakat tak leluasa memasukinya karena masih berisiko.

    Selain itu, meskipun sedang berjeda, angin Santa Ana yang membantu api merembet dengan cepat masih berpotensi berembus lagi pada beberapa hari ke depan. Status bahaya atau bendera merah di LA pun belum diturunkan.

    Sedangkan kebakaran di New York City, tercatat terjadi di 3030 Heath Avenue kompleks Apartemen Bronx. Video kebakaran di Bronx dapat ditonton di USA Today.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan kebakaran Los Angeles yang merembet ke New York City, adalah klaimkeliru. 

    Video-video itu dibuat menggunakan AI.

    Rujukan