• (GFD-2025-27076) [HOAKS] Ketua Uji Klinis Sinovac Meninggal akibat Vaksin

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/05/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis di PT Bio Farma, Novilia Sjafri Bachtiar diklaim meninggal dunia akibat vaksin Covid-19.

    Saat pandemi merebak, Novilia merupakan ketua uji klinis vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac.

    Narasi yang beredar di media sosial mengaitkan wafatnya Novilia dengan kegagalan vaksin dan dampak buruk vaksin.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi yang mengeklaim ketua uji klinis vaksin Sinovac meninggal akibat vaksin Covid-19 disebarkan oleh akun Facebook ini pada 27 Januari 2025. Arsipnya dapat dilihat di sini.

    Pengunggah menyertakan tangkapan layar berita mengenai kabar duka wafatnya dr Novilia Sjafri yang merupakan ketua uji klinis vaksin Sinovac.

    Berikut narasi yang ditulis:

    Berita ini saja dulu sudah jadi bukti kalau vaksin covidnya itu gagal dan memiliki dampak efek buruk mematikan...

     

    Hasil Cek Fakta

    Novilia Sjafri meninggal dunia pada Rabu, 7 Juli 2021 di Rumah Sakit Santosa Bandung.

    Sebagaimana yang pernah ditulis Kompas.com, Novilia merupakan sosok yang diat mengembangkan studi vaksin.

    Ia terlibat dalam enam uji klinis vaksin, termasuk bOPV, Td pada wanita hamil, vaksin tifoid, rotavirus, influenza quadrivalen dan MR.

    Kendati demikian, Novilia meninggal bukan akibat vaksin Covid-19, melainkan karena penyakitnya.

    Dikutip dari Antara, ia mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan penyakit Covid-19.

    Vaksin Covid-19 justru membantu mencegah dan mengatasi Covid-19, termasuk vaksin Sinovac yang turut diuji oleh Novilia.

    Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemberian vaksinasi Sinovac 2 dosis dapat mencegah sekitar 96 persen risiko perawatan akibat Covid-19, serta mencegah sebesar 98 persen kematian karena Covid-19.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim ketua uji klinis vaksin Sinovac meninggal akibat vaksin Covid-19 merupakan hoaks.

    Novilia Sjafri meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona dan menderita Covid-19. Penyebab kematiannya bukan karena vaksin.

    Vaksin Sinovac yang ia kembangkan justru membantu mencegah penularan Covid-19.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27075) [HOAKS] Bansos Rp 100 Juta untuk TKI

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar informasi bantuan sosial Rp 100 juta untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) beserta tautan yang diklaim untuk mengakses bansos tersebut.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut hoaks.

    Informasi bansos Rp 100 juta untuk TKI serta tautan yang diklaim untuk mendapatkan bansos tersebut dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Mei 2025.

    Informasi itu mencantumkan foto Presiden Prabowo Subianto untuk thumbnail, serta prosedur yang diklaim untuk mendapatkan bansos.

    Pertama, membuka tautan yang dicantumkan dalam narasi. Kemudian, memasukkan nama lengkap dan negara tempat bekerja.

    Selanjutnya, memasukkan nomor WhatsApp aktif. Setelah itu, menghubungi nomor WhatsApp seperti yang tertera untuk menerima bansos.

    Hasil Cek Fakta

    Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menegaskan bahwa informasi yang mengeklaim Presiden Prabowo Subianto akan memberikan bantuan uang sebesar Rp 100 juta kepada setiap pekerja migran Indonesia adalah tidak benar atau hoaks.

    Menurut Karding, informasi yang beredar di media sosial itu merupakan modus penipuan.

    "Saya pastikan tidak benar alias hoaks. Untuk itu, masyarakat mohon tidak mempercayai kalau ada orang-orang tidak bertanggungjawab untuk menghubungi karena itu adalah modus penipuan," kata Karding, seperti diberitakan Antara, 16 Mei 2025.

    Karding mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi atau konten sepihak yang tidak dapat diverifikasi faktanya.

    Selain itu, dia menegaskan, penyebaran informasi tidak berdasarkan fakta yang membuat masyarakat atau pekerja migran Indonesia menjadi resah dapat dikenakan sanksi hukum.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi bansos Rp 100 juta untuk TKI yang beredar di media sosial adalah hoaks.

    Menteri P2MI Abdul Kadir Karding mengatakan, informasi itu itu merupakan modus penipuan. Ia mengimbau masyarakat berhati-hati terhadap konten yang beredar di media sosial.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27074) [HOAKS] Lowongan Kerja Pendamping PKH Kemensos

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar informasi lowongan kerja Kementerian Sosial untuk posisi pendamping sosial Program Keluarga Harapan (PKH).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut hoaks.

    Informasi lowongan kerja pendamping sosial PKH dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini pada Senin (19/5/2025).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    KABAR GEMBIRA Yang sudah menanti rekrutmen pendamping Sosial PKH untuk thn 2025

    Lowongan kerja di Kemensos dibuka dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM pelaksana PKH daerah, khususnya pendamping sosial PKH atau program keluarga harapan.

    Gaji 10 sampai 15 juta perbulan.

    Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui LINK dibawah

    daftargratisv5[dot]gendiy[dot]xxx

    Link Rekrutmen Pendamping PKH 2025", Klik untuk daftar

    Screenshot Hoaks, lowongan kerja pendamping sosial PKH

    Hasil Cek Fakta

    Setelah diperiksa, tautan yang diklaim untuk akses rekrutmen pendamping PKH Kemensos tersebut mengarah ke sebuah situs mencurigakan.

    Situs tersebut meminta pengunjung memasukkan nama lengkap dan nomor akun Telegram aktif.

    Kemungkinan besar, situs itu merupakan modus phishing atau pencurian data. Phishing bisa menjadi pintu masuk untuk penipuan online, termasuk membobol rekening bank.

    Kemensos telah membantah informasi rekrutmen untuk pendamping PKH melalui klarifikasi langsung yang ditayangkan di situs Kementerian Komunikasi dan Digital.

    Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Kemensos Devi Deliani mengatakan, unggahan dalam akun tersebut adalah informasi yang salah atau menyesatkan.

    Masyarakat diimbau untuk berhati-hati atas segala bentuk penipuan di media sosial. Semua informasi terkait Kementerian Sosial dapat diakses melalui laman resmi kemensos.go.id.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi lowongan kerja pendamping sosial PKH yang beredar di Facebook adalah hoaks.

    Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Kemensos Devi Deliani mengatakan, unggahan dalam akun tersebut adalah informasi yang salah atau menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27073) Cek Fakta: Tidak Benar dalam Video ini Presiden Rusia Vladimir Putin Sebut Pakistan Negara Teroris

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/05/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Di tengah meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan, beredar video yang diklaim Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Pakistan sebagai negara teroris beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Instagram pada 17 Mei 2025.
    Dalam video tersebut, tampak Vladimir Putin sedang berbicara di depan kamera. Dia mengenakan setelan jas berwarna biru tua. Dalam video, Putin diklaim menyebut bahwa Pakistan sebagai negara teroris.
    "Pakistan is terrorist country and my friend Indian president Narendra Modi is strong enough to handle them. I am alwas with the people of India," kata Putin dalam video.
    Benarkan dalam video itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut bahwa Pakistan merupakan negara teroris? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6,com menelusuri video yang Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Pakistan merupakan negara teroris. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "putin pakistan terrorist country" di kolom pencarian Google Search.
    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah kabar tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Did Putin Label Pakistan a Terrorist Country? No, Viral Video Is A Deepfake" yang dimuat situs newschecker.in pada 18 Mei 2025.
    Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa tidak ditemukan informasi valid dan kredibel mengenai klaim Putin menyebut Pakistan sebagai negara teroris.
    Penelusuran gambar terbalik pada video tersebut menemukan video identik di situs berbagi video YouTube. Video tersebut berjudul "Exclusive: Full Interview With Russian President Vladimir Putin" yang dimuat channel YouTube NBC News pada 15 Juni 2021.
    Dalam wawancara selama satu setengah jam, yang diberikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kepada koresponden internasional senior NBC News, Keir Simmons, tidak ditemukan komentar Putin memberikan soal Pakistan maupun Narendra Modi.
    Newschecker.ia melakukan analisis audio dari video tersebut menggunakan situs resemble.ai. Hasilnya, suara tersebut dibuat secara artifisial dan tidak asli.
     

    Kesimpulan


    Video yang Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Pakistan merupakan negara teroris ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut diduga telah diedit atau dimanipulasi menggunakan perangkat AI.
     

    Rujukan