• (GFD-2020-5107) [SALAH] Ijazah Jokowi Palsu

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/09/2020

    Berita

    Sebuah akun Facebook Edward Junior mengunggah foto dua ijazah yang berasal dari Universitas Gadjah Mada yang pertama milik Bambang Nurcahyo Prastowo dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan yang kedua milik Presiden Joko Widodo dari Fakultas Kehutanan. Salah satu keterangan dalam foto tersebut bertuliskan “Ijazah boleh palsu, giliran ulama harus disertifikasi”

    Ijasah palsu

    Hasil Cek Fakta

    Faktanya, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menegaskan keaslian ijazah sarjana dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

    Kepala Bidang Hubungan Masyarakat UGM Wiwit Wijayanti menjelaskan ijazah Jokowi dikeluarkan pada 5 November 1985. Ijazah itu ditandatangani oleh Dekan UGM Prof Dr Soenardi Prawirohatmodjo M.S, M.D dan Rektor UGM Prof DR T Jacob M.S M.D.

    “Ijazah dikeluarkan setelah beliau berhasil menempuh pendidikan sarjana selama lima tahun,” imbuh dia.

    Sebelum memperoleh gelar, Jokowi telah mengikuti ujian skripsi pada 23 Oktober 1985 dengan judul “Studi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis Pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta”.

    Saat itu, Presiden Jokowi mendapat bimbingan dari Profesor Achmad Soemitro dengan dekan Fakultas Kehutanan saat itu Profesor Soenardi Prawirohatamdjo pada 1985.

    Sementara itu, Ijazah yang diunggah oleh sumber klaim memang benar milik Bambang Nurcahyo Prastowo dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM. Foto ijazah yang sama, diunggah di situs resmi milik Bambang Nurcahyo Prastowo.

    Sementara ijazah atas nama “Joko Widodo” dari Fakultas Kehutanan UGM salah satunya diunggah di artikel berjudul “Bertemu di UGM, Presiden Jokowi Cerita Galaknya Dospem Skripsi” di situs netz.id pada 19 Desember 2017 dan diberi keterangan “Fotokopi ijazah sarjana Presiden Jokowi yang dipajang di pameran Fakultas Kehutanan UGM. (NET/Sigit Pamungkas)”.

    Sehingga klaim mengenai ijazah palsu Presiden Joko Widodo adalah salah. Klaim tersebut termasuk hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5106) [SALAH] Tangkapan Layar Tweet Tempo.co Edisi Pendengung dengan Gambar Sejumlah Orang

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/09/2020

    Berita

    Melalui media sosial Facebook, akun @RatihPratama mengunggah tangkapan layar dari tweet tempo.co berisi narasi “Sudah saatnya kita sadar bahwa keberadaan para pendengung ini merusak demokrasi” dengan foto sejumlah orang di dalamnya. Beberapa sosok yang terlihat dalam tangkapan layar tersebut di antaranya Denny Siregar, Ade Armando dan Abu Janda.

    Hasil Cek Fakta

    Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa unggahan @RatihPratama adalah palsu alias sudah melalui proses penyuntingan. Melansir dari akun Twitter resmi tempo.co, faktanya foto yang digunakan untuk tweet edisi “pendengung” pada 30 Agustus 2020 adalah gambar ilustrasi kartun dari tautan artikel majalah berjudul “Bahaya Penggunaan Buzzer Buat Keadaban Publik”.

    Sementara foto sejumlah orang yang digunakan pada tangkapan layar juga berhasil ditemukan di beberapa laman dan artikel. Berdasar dari seluruh referensi, unggahan @RatihPratama diketahui tidak sesuai dengan fakta dan masuk ke dalam kategori manipulated content atau konten manipulasi.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5105) [SALAH] Pedangdut Elvy Sukaesih Meninggal Dunia

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 26/09/2020

    Berita

    Beredar informasi melalui pesan Whatsapp bahwa pedangdut Elvy Sukaesih telah meninggal dunia karena terpapar Covid 19.
    [NARASI]:

    “Innaa Lillahi Wa Inna Llaihi Rooji’uun Ratu Dangdut Meninggal Dunia Covid 19.
    Semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala Mengampuni Segala Kekhilafan Almarhummah. Aamiin”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa meninggalnya pedangdut Elvy Sukaesih adalah salah. Kabar ini telah diklarifikasi oleh Fitria, putri dari Elvy Sukaesih yang menyatakan sang Ibu sedang dalam kondisi sehat dan baik–baik saja.

    “hahaha, astaghifirullah. Itu (pesan berantai) cuman kerjaan orang yang enggak bertanggung jawab aja” katanya pada pihak Viva, Selasa, 22 September 2020.

    Dengan demikian kabar tentang pedangdut Elvy Sukaesih meninggal dunia karena Covid 19 itu tidak benar dan termasuk dalam konten palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5104) [SALAH] “Jokowi Takut Datang ke Sidang PBB karena Pasukan Sniper Sudah Menunggu”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/09/2020

    Berita

    Akun Facebook Hendra Madani mengunggah status pada 24 September 2020 yang mengklaim Jokowi tidak datang ke sidang PBB dikarenakan pasukan sniper sudah menunggu, sehingga pidato dilakukan di Istana. Akun Hendra Madani turut mencantumkan link youtube viva.co.id yang berjudul “Isi Pidato Presiden Jokowi di Sidang Umum PBB” yang tayang pada 22 September 2020.

    Narasi:

    Jokowi Takut datang kesidang PBB karena pasukan sniper sdh menunggu. Terpaksa pesawat cebong dkk balik kanan. Pidato dilakukan diistana pun belepotan malah menasehati negara lain. Petikan pidatonya “ Ijinkan saya untuk memberi nasehat yang mulia. “PBB Harus Berbenah diri”..!!!🗣🗣🌡🌡🤦‍♂️🤦‍♂️ Aduh Hancur Nur !! Sudah banyak rakyat Indonesia banyak bunuh diri gara2 Jokowi 🤣🤣 urus negara sendiri aja ngutang konon mau membenahi negara lain. Mati kita min !! #sinetronpinokio

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim Jokowi takut datang ke sidang PBB karena pasukan sniper sudah menunggu adalah salah. Faktnya, Sidang Majelis Umum PBB tahun ini untuk pertama kalinya digelar secara langsung dan virtual akibat pandemi virus corona. Presiden Majelis Umum PBB Tijjani Muhammad Bande mengatakan pertemuan virtual dijadwalkan pada 22-29 September 2020 dan dilakukan dengan pidato yang telah direkam sebelumnya oleh para pemimpin dunia.

    Dilansir dari medcom.id, Presiden Joko Widodo mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk berbenah diri. Jokowi memberikan dua pemikiran pada pelaksanaan Sidang Majelis Umum ke-75 PBB.

    Dengan demikian, klaim klaim Jokowi takut datang ke sidang PBB karena pasukan sniper sudah menunggu termasuk konten yang salah, yakni ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah.

    Rujukan