• (GFD-2019-3389) [SALAH] “ISTANA MERESMIKAN BAHWA PKI DIPERBOLEHKAN DI INDONESIA”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 09/12/2019

    Berita

    Video hasil suntingan, tidak ada narasi tersebut di video yang asli.
    NARASI

    * “ISTANA MERESMIKAN BAHWA PKI DIPERBOLEHKAN DI INDONESIA” (di dalam video).

    * “Istana Meresmikan PKI Diperbolehkan di Indonesia” (di post).

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN


    (1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi

    Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.

    * SUMBER membagikan video hasil suntingan.

    * SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan fakta sehingga membangun premis yang salah.



    (2) Salah satu sumber video asli, http://bit.ly/2LzLm1b YouTube: “Pengambilan keputusan PERPPU ormas

    184 views • Oct 26, 2017

    CERITA KU
    81 subscribers”.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3388) [SALAH] “Pemerintah Norwegia membuat ulah, empat polisi masuk dengan melepaskan anjing dan menyerang Imam Masjid.”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 09/12/2019

    Berita

    Bukan di Norwegia. Peristiwa di video tersebut terjadi di Rotterdam, Belanda. Pria yang ditangkap itu adalah warga 43 tahun dari Rotterdam. Dia dibawa oleh polisi setelah ada panggilan dari masjid, mengeluh bahwa pria itu berperilaku agresif.

    Akun Cak Mahhur (fb.com/mah.hur.35) mengunggah sebuah video yang diberi narasi :

    “NORWEGIA.
    Pemerintah Norwegia mulai membuat ulah.
    Saat Imam sedang membaca Alqur,an tiba-tiba Empat polisi masuk dengan melepaskan Anjing dan menyerang Imam Masjid.”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran, faktanya klaim yang ditulis oleh sumber tersebut salah. Peristiwa yang terjaid di dalam video tersebut bukanlah terjadi di Norwegia dan juga pria di video itu bukanlah seorang imam masjid yang sedang membaca Al Quran.

    Insiden itu terjadi di Belanda dan tidak terkait dengan demonstrasi pembakaran Quran baru-baru ini di Norwegia. Menurut De Telegraaf , pria yang ditangkap itu adalah warga 43 tahun dari Rotterdam. Dia dibawa oleh polisi setelah ada panggilan dari masjid, yang mengeluh bahwa pria itu berperilaku agresif.

    Seorang juru bicara polisi mengatakan bahwa pada 17 September polisi dipanggil oleh masjid karena seorang pria di masjid di Vredesplein berperilaku agresif. Dewan masjid ingin pria itu pergi. Keluarga pria itu juga takut padanya. Dia kemudian menyerang agen. Pada akhirnya, pria itu bisa ditangkap dan masih ditahan.

    Publikasi Belanda lainnya Algemeen Dagblad (AD) menulis dalam laporan 5 Oktober bahwa keluarga pria itu telah memanggil polisi setelah dia melakukan kekerasan dengan orang yang lewat. Ambulans juga dipanggil untuknya tetapi dia menolak penahanan. Lelaki itu berusaha mengambil senjata api seorang polisi.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3387) [SALAH] “JOKOWI: … “Itu Saya Lagi Demam Jadi Wajar Saja Kalau Ngk Fokus””

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 09/12/2019

    Berita

    Tangkapan layar hasil suntingan, judul asli artikel adalah “Polisi: Beberapa Kasus Rizieq Shihab Masih on Progress”.

    SUMBER


    http://bit.ly/36a0SIT, akun “Ayu Agustina Nst” (facebook.com/ayuagustina.tina.7), sudah dibagikan 2,294 kali per tangkapan layar dibuat.

    ======

    NARASI

    * “Ya allah… ada y presiden kyk gini..” (di post).

    * “JOKOWI: Waktu Saya Bilang Penganguran Digaji Dan Mobil Esemka di Produksi “Itu Saya Lagi Demam Jadi Wajar Saja Kalau Ngk Fokus”” (di dalam gambar hasil suntingan).

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN


    (1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi

    Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.

    * SUMBER membagikan tangkapan layar hasil suntingan.

    * SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan fakta sehingga membangun premis yang salah.



    (2) Artikel sumber tangkapan layar, iNews.id: “Polisi: Beberapa Kasus Rizieq Shihab Masih on Progress”

    (foto)
    Irfan Ma’ruf · Selasa, 16 Juli 2019 – 17:38 WIB

    JAKARTA, iNews.id – Polri membantah kasus Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dihentikan penyidikannya (SP3). Hanya ada dua kasus yang dihentikan, masih ada kasus lain yang masih berproses. …”

    Selengkapnya di http://bit.ly/2PkL4fH / http://archive.md/H08uY (arsip cadangan).

    ======

    REFERENSI


    * http://archive.md/s0qWn, arsip cadangan SUMBER.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3386) [SALAH] Prof. Taruna Ikrar : “Ahok termasuk pemimpin di Indonesia yang perlu diobservasi otaknya.”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 09/12/2019

    Berita

    Hoaks lama beredar kembali. Pada tahun 2016, Prof Taruna, menyatakan bahwa keterangan terkait dengan Ahok memiliki tujuh faktor negatif tidak benar adanya.

    Akun IndiGo SinghAyu (http://fb.com/100037327542352) mengunggah tangkapan layar dari artikel yang dimuat di situs suaranasional.com yang berjudul “Dokter Asal Amerika Ini Nilai Ahok dan Pendukungnya Alami Masalah di Otak”

    “Prof. Taruna Ikrar, guru besar Neurobiologi – Universitas California – Amerika Serikat, calon penerima nobel, setelah mengamati perilaku dan retorika Ahok selama menjabat Gubernur Jakarta, menyatakan, dari sudut pandang neurosains, Ahok termasuk pemimpin di Indonesia yang perlu diobservasi otaknya.”

    Narasi selengkapnya di : http://archive.md/RhEq9 (Arsip)

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Klaim ini sebenranya adalah hoaks lama yang sudah dibantah oleh Prof Dr Taruna Ikrar pada tahun 2016.

    Terkait sejumlah situs online yang menyertakan namanya, Prof Taruna, menyatakan bahwa keterangan terkait dengan Ahok memiliki tujuh faktor negatif tidak benar adanya.

    Berikut bantahan Prof Dr Taruna Ikrar Kepala Riset Otak di University of California, melalui pesan elektronik yang diterima redaksi wartakesehatan.com, Senin (1/8/16).

    “Terkait sejumlah situs online yang menyertakan nama saya dalam berita/artikelnya terkait sosok Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan pendukungnya mengalami masalah otak, bersama ini saya menyampaikan klarifikasi bahwa saya tidak pernah menyatakan/menulis hal seperti itu.”

    “Tulisan/Berita tersebut telah menyampaikan informasi yang tidak benar dan berpotensi untuk menyesatkan opini publik serta mengandung fitnah (Rasisme and Diskriminatif) yang mencemarkan nama baik saya.”

    “Saya berharap agar masyarakat tidak terpancing dan bijak menanggapi serta menyikapi setiap informasi yang disampaikan lewat sumber berita online atau media sosial.”

    Sebagai klarifikasi, bahwa tulisan tersebut, “BUKAN PERNYATAAN SAYA”
    Terimakasih atas perhatiannya
    Wassalam,
    Prof Dr Taruna Ikrar

    Rujukan