• (GFD-2021-6242) [SALAH] Pesan Berantai “Paradox vaksin”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 02/02/2021

    Berita

    “Paradox vaksin , urusan Covid nga akan pernah selesai

    Jika saya divaksinasi, Pertanyaan Kepada : Kementerian Kesehatan RI DPR RI, Presiden, IKATAN DOKTER INDONESIA (IDI) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) World Health Organization (WHO), International Criminal Court – ICC Universal Declaration of Human Rights

    1.- Bisakah saya berhenti memakai masker?

    * Tidak …”

    (Salinan narasi selengkapnya di bagian CATATAN.

    Hasil Cek Fakta

    SUMBER mengedarkan narasi yang tidak berdasarkan fakta sehingga menyebabkan kesimpulan yang keliru.

    PublicHealth: “BAGAIMANA VAKSIN BEKERJA

    Vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan untuk mengenali dan memerangi patogen, baik virus maupun bakteri. Untuk melakukan ini, molekul tertentu dari patogen harus dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu respons imun.

    Molekul ini disebut antigen , dan ada di semua virus dan bakteri. Dengan menyuntikkan antigen ini ke dalam tubuh, sistem kekebalan dapat dengan aman belajar mengenalinya sebagai penyerang yang bermusuhan, memproduksi antibodi, dan mengingatnya untuk masa depan. Jika bakteri atau virus muncul kembali, sistem kekebalan akan segera mengenali antigen dan menyerang secara agresif sebelum patogen dapat menyebar dan menyebabkan penyakit.”

    CDC: “Cara Kerja Vaksin COVID-19

    Vaksin COVID-19 membantu tubuh kita mengembangkan kekebalan terhadap virus penyebab COVID-19 tanpa kita harus terserang penyakit. Berbagai jenis vaksin bekerja dengan cara yang berbeda untuk menawarkan perlindungan, tetapi dengan semua jenis vaksin, tubuh memiliki persediaan limfosit T “memori” serta limfosit B yang akan mengingat cara melawan virus itu di masa depan. .

    Biasanya dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B setelah vaksinasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan seseorang tertular virus penyebab COVID-19 sebelum atau setelah vaksinasi dan kemudian jatuh sakit karena vaksin tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

    Terkadang setelah vaksinasi, proses pembentukan kekebalan bisa menimbulkan gejala, seperti demam. Gejala ini normal dan merupakan tanda bahwa tubuh sedang membangun kekebalan.”

    KGW8: “4. Narasi palsu tentang perusahaan farmasi dan tokoh masyarakat yang mendapatkan keuntungan dari vaksin

    Banyak klaim palsu yang mengaitkan vaksin COVID-19 dengan korupsi “farmasi besar”. Sebaliknya, vaksin terkemuka sebagian besar didanai oleh pemerintah dan organisasi nirlaba, yang telah menjanjikan miliaran dolar untuk dosis dengan harga yang ditentukan.

    Dalam waktu dekat, perusahaan akan fokus untuk memenuhi pesanan tersebut dengan cepat, daripada menghasilkan keuntungan besar. Tidak jelas seperti apa lanskap vaksin akan terlihat setelah ini.”

    Kesimpulan

    Fungsi vaksin adalah untuk melatih sistem kekebalan tubuh, BUKAN untuk obat. Antigen (molekul tertentu dari patogen) dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu respons imun, agar dapat mengenali dan memerangi patogen (virus maupun bakteri). Dengan cukup banyak orang yang diimunisasi maka peluang untuk berjangkitnya penyakit menjadi sangat rendah, karena tidak ada cukup inang yang digunakan oleh patogen untuk berkembang.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6241) [SALAH] “test Ge Nose C19, Mudah n murah. Rp 15 rb, 10 detik, akurasi 99,9%. Gak hrs swab, gak hrs diambil darah”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/02/2021

    Berita

    Akun Budi R (fb.com/budi.r.357622) pada 30 Januari 2021 membagikan informasi sebagai berikut:

    “Mulai tgl 5 Feb’21 di station dan bandara dan tempat2 umum dikenakan biaya Rp 5 rb sd 10 rb per org per 1x test..Ge Nose C19
    Ternyata Indonesia ngga kalah… Merdeka!!!! Luar biasaa!!!!
    Tes covid jadi simpel. Mudah n murah. Rp 15 rb, 10 detik, akurasi 99,9%. Gak hrs swab, gak hrs diambil darah. Terimakasih UGM, nuwun sanget dosen UGM, Dr Kuwat Triyana (lahir 1977) penemu GeNos pengendus Covid-19. Indonesia Bisa”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa alat pendeteksi Covid-19 buatan UGM, GeNose dapat mendeteksi Covid-19 dalam 10 detik adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, bukan 10 detik. Ketua Tim Pengembang GeNose dari UGM Kuwat Triyana, mengatakan setiap tes membutuhkan waktu tiga menit, termasuk pengambilan napas. Kuwat juga menyatakan, apabila dari GeNose hasilnya positif tetap harus melakukan PCR.

    Pemakaian alat pendeteksi COVID-19 GeNose di stasiun-stasiun kereta api memang akan diterapkan pada 5 Februari 2021. Hanya saja, alat penapisan dan diagnostik itu, seperti terdapat dalam halaman infografik, dapat mendeteksi Covid-19 dalam waktu 80 detik.

    Dilansir dari Kompas, Kuwat menjabarkan setiap prosesnya sebagai berikut:

    “Kalau sampel napas sudah dicolokkan ke mesin GeNose, kita butuh 2 detik untuk proses baseline, lanjut 40 detik proses sensing dan 3 detik decision, sehingga totalnya 45 detik. Kalau ditambah dengan ambil napas ya kira-kira butuh 3 menit termasuk flushing untuk membersihkan ruang sensor,” ujarnya.

    Durasi tiga menit termasuk pengambilan napas itu disampaikan Kuwat setelah GeNose mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.

    Kuwat menambahkan, biaya tes Covid-19 dengan GeNose tersebut antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Namun demikian, lanjut Kuwat, apabila ada yang mematok lebih dari Rp 25.000, hal itu mungkin karena ada layanan ekstra yang diberikan.

    “Kalau ada yang lebih dari Rp 25.000, mungkin ada tambahan layanan,” terang Kuwat.

    Sementara itu, disebutkan dalam narasi bahwa akurasi GeNose mencapai 99,9 persen. Kuwat menyebutnya itu bagian dari cita-cita yang diharapkan. Akan tetapi, saat ini akurasi GeNose tak setinggi seperti yang dinarasikan.

    “Akurasi 99,9 itu cita-citanya, tapi saat ini sekitar 95 persen,” kata Kuwat.

    Dia menambahkan, saat ini GeNose telah mulai digunakan di delapan rumah sakit, klinik kesehatan, beberapa perusahaan, dan banyak perkantoran milik pemerintah.

    Kesimpulan

    BUKAN 10 detik. Ketua Tim Pengembang GeNose dari UGM Kuwat Triyana, mengatakan setiap tes membutuhkan waktu TIGA MENIT, termasuk pengambilan napas. Kuwat juga menyatakan, apabila dari GeNose hasilnya positif tetap harus melakukan PCR.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6240) SALAH] Anies Raih Piala Lomba Mewarnai

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 02/02/2021

    Berita

    Juara lomba mewarnai anak anak Tingkat Kecamatan seluruh DKI Tahun 2021. – Selalu saja Anies yg juara nya, kasihan anak-anak jatah nya diserobot..

    Hasil Cek Fakta

    Beredar di media sosial Twitter @Thalomoan1 pada (24/01/21) , mengunggah sebuah foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memegang piala juara mewarnai disamping dua anak kecil yang masing-masing memegang lukisannya, dengan narasi “Juara lomba mewarnai anak anak Tingkat Kecamatan seluruh DKI Tahun 2021. – Selalu saja Anies yg juara nya, kasihan anak-anak jatah nya diserobot.”. Unggahan tersebut mendapat 26 retweets, 173 likes, dan 26 komentar.

    Dari penelusuran diketahui foto tersebut merupakan hasil suntingan dari dua sumber foto yang berbeda. Cuplikan foto Anies terdapat pada unggahan akun Instagram resminya “@aniesbaswedan”, yang memposting foto sedang menerima penghargaan atas terpilihnya kembali DKI Jakarta meraih penghargaan Top Digital Award 2020 Selasa(22/12/20). Sedangkan cuplikan foto dua anak kecil memegang lukisannya merupakan potongan dari sebuah foto yang berasal dari www.lenterapendidikan.com, dengan judul artikel “TKIT Dan SDIT Rabbani Juara Lomba Mewarnai” terbit pada Kamis(22/08/19).

    Pada foto aslinya, Anies Baswedan memegang piala “Top Digital Award” di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang penghargaan “Top Leader On Digital Implementation 2020”.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten tersebut masuk ke dalam kategori Manipulated Content atau Konten yang Dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Rahmah An Nisaa (Uin Sunan Ampel Surabaya).

    Foto Anies raih piala mewarnai merupakan hasil suntingan dari dua foto dari akun Instagram “@aniesbaswedan”, yakni foto Anies memegang dua penghargaan dari Top Digital Award 2020 pada Selasa(22/12/20) dan foto dua anak kecil dalam lenterapendidikan.com, dengan judul “TKIT Dan SDIT Rabbani Juara Lomba Mewarnai”, terbit pada Kamis(22/0819).

    Rujukan

  • (GFD-2021-6239) [SALAH] Video “Anda Harus Tahu Kebenaran ada Jarum Suntik/Spuit Palsu Dipersiapkan untuk Para Pemimpin Dunia”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/02/2021

    Berita

    Akun Jend Widodo Purbalingga (fb.com/jendwidodo.purbalingga) pada 15 Januari 2021 mengunggah sebuah video ke grup PASUKAN ELITE INDONESIA dengan narasi sebagai berikut:
    “Anda Harus Tahu Kebenaran ada Jarum Suntik/Spuit Palsu Dipersiapkan untuk Para Pemimpin Dunia”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa ada video bukti adanya jarum suntik atau spuit palsu yang disiapkan untuk para pemimpin dunia adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, alat suntik yang terlihat dalam video itu hanyalah alat peraga untuk film yang merupakan potongan dari video milik Scott Reeder, ahli alat peraga untuk film dan serial televisi. Dua video lainnya yang digunakan di unggahan menyesatkan sebenarnya memperlihatkan tokoh masyarakat disuntik vaksin influenza di tahun 2019 bukan vaksin Covid-19.

    Dilansir dari AFP, video pertama sebenarnya menunjukkan ahli pembuat prop Scott Reeder yang memperlihatkan bagaimana jarum suntik yang bisa ditarik masuk dan prop pentas lainnya di video ini, yang diunggah pada tanggal 2 September 2020 di akun TikToknya. Dia juga mengunggah video yang sama di akun Instagramnya pada tanggal 15 September 2020.

    Dilansir dari Tempo, Scott Reeder adalah ahli prop atau alat peraga untuk film dan serial televisi. Dalam video ini, Reeder memperlihatkan sejumlah alat peraga, yakni alat suntik, pisau, dan alat pemecah es. Reeder telah bergelut dengan alat peraga sejak 1989, ketika ia berusia 19 tahun. Pada 2001, dia menjadi master alat peraga bersertifikat, yang berarti dia mengawasi akuisisi dan penggunaan alat peraga untuk film dan acara televisi besar.

    Video Reeder lalu dipotong dan digantikan video kedua dengan teks yang berbunyi: “Suntikan palsu ini telah dilaku(k)an kepada beberapa pemimpin dunia untuk meyakinkan masy(a)rakat agar mau disuntik vaksin covid-19.”

    Berdasarkan penelusuran Tempo, video ini merupakan potongan dari video berita yang ditayangkan oleh CP24, stasiun televisi Kanada yang berbasis di Toronto, Ontario, pada 15 Desember 2020. Video tersebut memperlihatkan dimulainya program vaksinasi Covid-19 di Kanada. Terdapat sejumlah orang yang menerima suntikan vaksin Covid-19, salah satunya seorang wanita berbaju merah muda. Namun, dalam video ini, terlihat dengan jelas bahwa jarum suntik menembus lengan wanita berbaju merah muda itu.

    Wanita berseragam merah muda dalam video tersebut diidentifikasi sebagai Cecile Lasco, pekerja pendukung dari The Rekai Centre, fasilitas perawatan jangka panjang.

    Video kedua itu juga dipotong dan lalu menampilkan video ketiga yang memperlihatkan Christine Elliott, menteri kesehatan provinsi Ontario di Kanada.

    Teks dalam bahasa Inggris yang ditempelkan ke video jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berbunyi: “Menteri Kesehatan Ontario Mempromosikan Vaksin Flu… Tetapi kenapa dia cekikikan … lol soalnya JARUMNYA PALSU.” Video sebenarnya direkam di tahun 2019 dan memperlihatkan Elliot menerima suntikan flu rutin, bukan vaksin Covid-19.

    Video ini pernah dimuat oleh CTV News dalam beritanya yang berjudul “Ontarians urged to get their flu shots this year”. Elliott pun pernah mengunggah foto ketika ia menerima suntikan vaksin flu pada 30 Oktober 2019 tersebut di akun Twitter pribadinya. Ia menerima vaksinasi itu di Apotek Rexall, Women’s College Hospital.

    Setahun sebelumnya, Elliott juga menerima suntikan vaksin flu. Video ketika Elliott menjalani vaksinasi flu ini pernah diunggah oleh Ontario News Now pada 30 Oktober 2018. Dalam video tersebut, terlihat dengan jelas jarum dari alat suntik yang digunakan untuk Elliott.

    Video ketiga itu kemudian terpotong dan digantikan oleh adegan para pembawa acara dari Fox & Friends, acara berita pagi di jaringan Fox News yang berbasis di AS, mendapatkan vaksinasi.

    Teks dalam bahasa Inggris di adegan di video itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai: “Jangan merasa bersalah Canucks. Pembawa acara Fox news Brian Kilmeade terjebak dalam penipuan yang sama.”

    Foto pembawa acara Fox News Brian Kilmeade saat divaksinasi tersebut merupakan gambar tangkapan layar dari video berita yang ditayangkan oleh Fox News pada 16 September 2019. Video ini juga memperlihatkan ketika Kilmeade menerima suntikan vaksin flu, bukan vaksin Covid-19. Dalam video itu, terlihat dengan jelas jarum dari alat suntik yang digunakan untuk Klimeade.

    Kesimpulan

    Alat suntik yang terlihat dalam video itu hanyalah alat peraga untuk film yang merupakan potongan dari video milik Scott Reeder, ahli alat peraga untuk film dan serial televisi. Dua video lainnya yang digunakan di unggahan menyesatkan sebenarnya memperlihatkan tokoh masyarakat disuntik vaksin influenza di tahun 2019 bukan vaksin Covid-19.

    Rujukan