• (GFD-2021-6538) [SALAH] Artikel berjudul “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode, Sebab Prabowo Sudah Melihat Dan Merasakan Kerjanya Yang OK”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 17/03/2021

    Berita

    Akun Facebook Ferry Ansyah (fb.com/ferry.ansyah.1238) pada 12 Maret 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar sebuah artikel berjudul “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode, Sebab Prabowo Sudah Melihat Dan Merasakan Kerjanya Yang OK”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim adanya artikel berjudul “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode, Sebab Prabowo Sudah Melihat Dan Merasakan Kerjanya Yang OK” merupakan konten yang dimanipulasi.

    Faktanya, gambar itu merupakan gambar editan dari artikel yang berjudul “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode” yang tayang di situs Medcom.id pada 12 Maret 2021 dengan menambahkan kalimat “Sebab Prabowo Sudah Melihat Dan Merasakan Kerjanya Yang OK”

    Dilansir dari Tempo, judul asli artikel Medcom.id itu adalah “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode”. Artikel tersebut dimuat pada 12 Maret 2021. Artikel ini juga berisi foto yang sama dengan yang tercantum dalam gambar tangkapan layar yang beredar.

    Dalam artikel ini pun, tidak ditemukan pernyataan Arief bahwa Prabowo ingin Jokowi mengemban masa jabatan presiden selama tiga periode karena melihat dan merasakan kerjanya yang oke. Berikut isi lengkap artikel Medcom.id tersebut:

    Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto disebut menghendaki masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama tiga periode. Prabowo dinilai sosok yang mengikuti arah Kepala Negara.

    “Ya saya pikir kalau melihat sekarang sih pasti Prabowo mau lah (Jokowi tiga periode),” kata mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono dalam webinar bertajuk ‘Jabatan Presiden Tiga Periode: Konstitusional atau Inkonsistusional’, Kamis, 11 Maret 2021. Menurut Arief, Prabowo punya komitmen kuat terhadap apa yang dikatakan pemimpinnya. Prabowo disebut punya kapasitas pemikiran terhadap pengaruh politik atau sebagai balas budi menyikapi wacana presiden tiga periode.

    “Prabowo bisa membedakan, antara politik dan mana balas budi. Dia tapi biasanya lebih ke balas budi,” ujar Arief. Keputusan jabatan presiden tiga periode pun, kata Arief, tetap menunggu sikap mau atau tidaknya Jokowi kembali maju. Arief pesimis Jokowi menang lagi di tengah gempuran dampak covid-19.

    “Apakah Jokowi akan mau pengantinnya tiga periode? Kalaupun dia mau, dia maju lagi, saya katakan belum tentu dia akan menang, kalau dia tidak lulus di periode kedua ini dari dampak covid-19,” ujar Arief. Arief menilai wacana tiga periode hal positif. Namun, sistem pemerintahan perlu dibangun secara bersih dan transparan serta penegakan hukum yang optimal.

    “Jadi enggak perlu baper (bawa perasaan) untuk tiga periode. Ini wacana bagus kalau kita melihat pengalaman dari (politik) ‘dagang sapi dan dagang kebo’ setiap presiden terpilih,” ucap Arief.

    Kesimpulan

    GAMBAR EDITAN dari artikel yang berjudul “Arief Poyuono: Prabowo Mau Jokowi Tiga Periode” yang tayang di situs Medcom.id pada 12 Maret 2021 dengan menambahkan kalimat “Sebab Prabowo Sudah Melihat Dan Merasakan Kerjanya Yang OK”

    Rujukan

  • (GFD-2021-6537) [SALAH] Episode Sitkom Bajaj Bajuri Ramalkan Virus Corona Tahun 2021

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 17/03/2021

    Berita

    “Di tahun 2002, ada sebuah cuplikan dlm salah satu episode Bajay Bajuri.
    Mengisahkan tentang penyakit menular…
    18 Tahun kemudian, kisah itu Identik dgn apa yg kita rasakan sekarang…

    Tanpa sadar kita kadang sudah diperlihatkan tanda² nya…🙈🙈🙈”

    Hasil Cek Fakta

    Akun Twitter BacangSpecial (@BacangSpecial) mengunggah sebuah potongan video episode sitkom Bajaj Bajuri disertai dengan narasi menyebutkan bahwa video yang tayang pada tahun 2002 itu mengisahkan tentang penyakit menular yang saat ini sedang dihadapi, yaitu virus Covid-19. Video tersebut telah ditonton sebanyak 2,558 kali.

    Berdasarkan hasil penelusuran, potongan video tersebut bersumber dari video sitkom Bajaj Bajuri episode “Katakan Saja Ogah Berpuasa” yang tayang pada tahun 2002. Video versi lengkap yang diunggah oleh akun YouTube Bang Rose pada 28 April 2020 itu menceritakan tokoh Emak dan Ucup yang memiliki gejala panas dingin dan batuk serupa seperti pasien pengidap virus SARS dari China. Adapun potongan video yang berdurasi 0:59 diunggah oleh akun YouTube Wahyu KaYe pada 11 Mei 2020.

    “Itu penyakit menular dari China Mpok. Gejalanye panas dingin sama batuk. Bahaya Mpok. Penyakit itu bisa nular, yang udah kena bisa meninggal,” ungkap Said dalam episode itu.

    Informasi serupa terkait episode Bajaj Bajuri ramalkan virus Corona sebelumnya pernah dibahas pada artikel Turn Back Hoax berjudul “[SALAH] Sitkom Bajaj Bajuri Prediksi Corona 17 Tahun Lalu” yang terbit pada 13 Mei 2020.

    Dari berbagai fakta yang telah dipaparkan, unggahan akun Twitter BacangSpecial (@BacangSpecial) dapat dikategorikan sebagai Konten yang Salah.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia)

    Faktanya, unggahan tersebut adalah hoaks lama yang kembali beredar. Video yang digunakan dalam unggahan tersebut merupakan potongan adegan sitcom Bajaj Bajuri episode “Katakan Saja Ogah Berpuasa” yang membahas soal wabah virus SARS tahun 2002.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6536) [SALAH] “YANG SUDAH DIVACCINE TANYA KE PEMERINTAH APAKAH ADA JAWABAN LAIN”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 16/03/2021

    Berita

    gimana nih👇

    YANG SUDAH DIVACCINE SILAHKAN TANYA KE PEMERINTAH,APAKAH ADA JAWABAN LAIN,SELAIN DIBAWAH INI?👇👇👇👇👇

    Ini ada pertanyaan dan jawaban sebelum memutuskan memvaksin diri

    Herd immunity

    Hasil Cek Fakta

    dijelaskan oleh Josh Hopkins Medicine: “Apakah saya masih harus memakai masker dan melanjutkan tindakan pencegahan keamanan COVID-19 jika saya mendapatkan vaksin?

    Ya, setiap orang masih perlu mempertahankan tindakan pencegahan keamanan ini di masa mendatang. Jika Anda termasuk di antara sekitar 5% hingga 10% orang yang vaksinnya tidak efektif, Anda masih dapat tertular dan menyebarkan virus corona. Penelitian sedang melihat apakah vaksin, bahkan ketika efektif untuk mencegah penyakit, membuat seseorang tidak menyimpan virus dan menularkannya kepada orang lain.”

    berkaitan dengan “Kekebalan Kelompok” (Herd Immunity), begitu jumlah minimal populasi sudah divaksin dan kekebalan kelompok dicapai pengetatan seperti larangan berkerumun baru bisa diberlakukan. Penjelasan dari PublicHealth: “The Herd Immunity Imperative

    Vaksin tidak hanya bekerja pada tingkat individu, tetapi juga melindungi seluruh populasi. Begitu cukup banyak orang yang diimunisasi, peluang untuk berjangkitnya penyakit menjadi sangat rendah bahkan orang yang tidak diimunisasi mendapat manfaat. Pada dasarnya, bakteri atau virus tidak akan memiliki cukup inang yang memenuhi syarat untuk membangun pijakan dan pada akhirnya akan mati seluruhnya. Fenomena ini disebut ” imunitas kawanan ” atau “imunitas komunitas”, dan hal itu memungkinkan penyakit yang pernah menghancurkan bisa dibasmi seluruhnya, tanpa perlu memvaksinasi setiap individu.”

    SALAH, vaksin COVID-19 melindungi terhadap COVID-19. Penjelasan dari CDC: “Akankah vaksinasi COVID-19 melindungi saya dari penyakit COVID-19?

    Iya. Vaksinasi COVID-19 bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan Anda bagaimana mengenali dan melawan virus yang menyebabkan COVID-19, dan ini melindungi Anda dari penyakit COVID-19.

    Terlindung dari sakit itu penting karena meskipun banyak orang dengan COVID-19 hanya memiliki penyakit ringan, orang lain mungkin menderita penyakit parah , memiliki efek kesehatan jangka panjang , atau bahkan meninggal. Tidak ada cara untuk mengetahui bagaimana COVID-19 akan memengaruhi Anda, bahkan jika Anda tidak memiliki peningkatan risiko komplikasi yang parah . Pelajari lebih lanjut tentang cara kerja vaksin COVID-19 .”

    Menularkan dan ditulari berkaitan dengan “Kekebalan Kelompok” (Herd Immunity), cek penjelasan sebelumnya

    Kesimpulan

    Variasi dari pesan berantai “Paradox vaksin” yang sebelumnya sudah beredar. Fungsi vaksin adalah untuk melatih sistem kekebalan tubuh, untuk memicu respons imun, agar dapat mengenali dan memerangi patogen (virus maupun bakteri). Dengan cukup banyak orang yang diimunisasi maka peluang untuk berjangkitnya penyakit menjadi sangat rendah, karena tidak ada cukup inang yang digunakan oleh patogen untuk berkembang.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6535) [SALAH] Tidak Ada Kasus Covid-19 di Bhutan karena Penduduknya Vegetarian

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 16/03/2021

    Berita

    [diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia]

    “Negara yang tidak pernah memiliki kasus kanker
    Tidak ada penduduk yang terinfeksi virus Covid-19

    Raja dan Ratu Bhutan adalah vegetarian selama hidupnya.

    Bhutan dikenal sebagai negara paling bahagia. Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck lahir pada tahun 1980. Ia dikenal sebagai pemimpin di era komntemporer yang paling hebat. Di bawah pemerintahannya, Bhutan dikenal sebagai negara dengan iklim paling bersih serta negara paling bahagia di dunia.

    Bhutan adalah negara yang spesial. Penduduknya tidak membunuh. Mereka tidak membunuh sapi, babi, maupun unggas untuk dagingnya. Mereka tidak menangkap ikan maupun berburu unggas untuk makan. Tidak ada pencuri dan kerusuhan. Penduduknya keluar rumah tanpa mengunci pintu. Buah-buahan dan sayur-mayur ditanam secara organik.

    Penduduk Bhutan hidup dengan harmonis dan tidak ada konflik. Usia harapan hidup rata-rata di Bhutan mencapai 90 tahun. Tidak ada kasus kanker di negara ini.

    Hingga saat ini, tidak ada kasus Covid-19 di Bhutan.”

    Hasil Cek Fakta

    Pengguna Facebook dengan nama pengguna Van Tran mengunggah ulang sebuah narasi (1/2) yang menyatakan bahwa tidak ada kasus Covid-19 di Bhutan, sebab penduduknya adalah vegetarian. Narasi tersebut pertama kali diunggah oleh Vincent Nguyen AL pada 21 Maret 2020 yang lalu.

    Berdasarkan hasil penelusuran, per tanggal 14 Maret 2021, terdapat 868 kasus Covid-19 yang sudah terkonfirmasi di Bhutan. Adapun per tanggal 21 Maret 2020 ketika klaim tersebut pertama kali dibuat, terdapat dua kasus Covid-19 yang sudah terkonfirmasi. Lebih lanjut, WHO menegaskan bahwa belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa menjadi vegetarian dapat mencegah penularan Covid-19. Direktur All India Institute of Medical Science (AIIMS), Dr Randeep Guleria, juga menyatakan bahwa persebaran Covid-19 terjadi dari satu individu ke individu yang lain, bukan disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi.

    Narasi dengan topik serupa juga pernah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] WHO Menyebutkan Vegetarian Tidak Kena Covid-19” pada tanggal 16 Mei 2020 lalu.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook dengan nama pengguna Van Tran tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Per tanggal 14 Maret 2021, terdapat 868 kasus Covid-19 yang sudah terkonfirmasi di Bhutan. WHO menegaskan bahwa belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa menjadi vegetarian dapat mencegah penularan Covid-19.

    Rujukan