• (GFD-2020-4443) [SALAH] Petani dipukuli Polisi yang dibayar oleh PT Sadoka di Sulawesi Selatan

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 25/07/2020

    Berita

    Beredar informasi dari akun Facebook Bucin Area dengan melampirkan foto dari sebuah postingan Facebook berisikan foto dan narasi yang diklaim penyiksaan petani oleh polisi yang dibayar oleh PT Sadoka. Postingan ini sudah disebarkan sekitar 22000 kali.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Pak Presiden Bisa jelaskan Kenapa Para Petani Ini Di Pukul Sama Polisi?
    Jangan Cuman Di Kasih Gaji Buta
    #Jangan Cuman Diliat Doang, Harus di Sebarkan Pesan Ini Jangan Sampai Berhenti Di Beranda Anda, sebar Supaya Masyarkat Yg Lain Juga Tau☹️
    #Terima Kasih”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelurusan foto yang digunakan oleh postingan tersebut ternyata adalah foto bentrok antara warga adat Pamona dan polisi yang terjadi pada tanggal 29 Juni 2014. Kejadian ini diawali dari munculnya konflik warga dengan PT Sindoka (Sinar Indonesia Merdeka) yang merupakan anak perusahaan Sintesa Grup.

    Secara kronologis, PT Sindoka medapatkan HGU di Luwu Timur pada tahun 1997 yang sudah berakhir tahun 2017 sehingga warga sekitar mulai menggarap lahan tersebut mulai tahun 1998 karena warga menilai PT Sindoka menelantarkan lahan itu, kemudian perusahaan berusaha untuk mengambil alih lahan tersebut dan menutup akses lahan tersebut. Hal ini memicu kemarahan warga dan akhirnya membakar pos keamanan perusahaan itu dan berbuntut terjadinya kekerasan polisi terhadap warga.

    Kasus ini ditindaklanjuti oleh DPRD Luwu Timur dan memanggil PT Sindoka terkait keluhan warga perihal kegiatan PT Sindoka untuk mengosongkan lahan serta mencabut tanaman diatas lahan HGU tersebut. Pihak PT Sindoka melakukan mengosongan lahan sebagai tindakan pencegahan dikarenakan diduga adanya oknum warga luar masuk ke wilayah HGU dan menggunakan lahan itu.

    Dapat disimpulkan bahwa kejadian ini terjadi pada tahun 2014 yang diakibatkan oleh pembakaran pos keamanan PT Sindoka oleh warga sehingga terjadinya kekerasan oleh polisi terhadap warga.

    Kesimpulan

    Melihat dari penjelasan tersebut, informasi tersebut tidak benar dan termasuk dalam Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4442) [SALAH] “zodiak baru dari NASA_ Ophiuchus: 30 November – 17 Desember”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 25/07/2020

    Berita

    Akun Poetrawansjah Sjabirin (fb.com/poetrawansjah.sjabirin) mengunggah sebuah gambar dengan narasi “zodiak baru dari NASA_”. Di gambar yang terdapat daftar zodiak itu, terdapat zodiak dengan nama “Ophiuchus”, yang ada di antara tanggal 30 November – 17 Desember.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Periksa Fakta AFP Indonesia, klaim bahwa NASA merilis zodiak baru yaitu “Ophiuchus”, yang ada di antara tanggal 30 November – 17 Desember adalah klaim yang salah.

    Melalui akun Twitternya, NASA membantah klaim itu. NASA menyatakan mereka belum merilis rasi bintang baru. NASA mempelajari astronomi, bukan astrologi. NASA tidak mengubah tanda zodiak. Klaim itu adalah hoaks yang telah dibagikan ribuan kali di media daring setidaknya sejak tahun 2011.

    “We see your comments about a zodiac story that re-emerges every few years. No, we did not change the zodiac.” atau yang jika diterjemahkan: “Kami melihat komentar Anda tentang kisah zodiak yang muncul kembali setiap beberapa tahun. Tidak, kami tidak mengubah zodiak.” tulis NASA.

    NASA sebelumnya telah mengklarifikasi kesimpangsiuran mengenai “Ophiuchus” di artikel blog bulan September 2016. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, klarifikasi itu berbunyi: “Di sini di NASA, kami mempelajari astronomi, bukan astrologi. Kami tidak mengubah tanda zodiak. Astronomi adalah studi ilmiah tentang segala sesuatu di luar angkasa. Astrologi, sementara itu, adalah sesuatu yang lain. Itu adalah keyakinan bahwa posisi bintang dan planet dapat memengaruhi hal ihwal manusia. Astrologi tidak dianggap sebagai sains.”

    NASA mengatakan orang-orang Babilonia memilih 12 rasi bintang di zodiak dan menetapkan setiap zodiak pada bulan tertentu dalam kalender 12 bulan mereka. “Menurut cerita kuno bangsa Babilonia sendiri, ada 13 rasi bintang di zodiak. Jadi mereka memilih satu, Ophiuchus, untuk keluar,” tambah NASA.

    Badan antariksa itu menjelaskan meskipun Ophiuchus dihilangkan oleh orang Babilonia demi “pencocokan yang rapi dengan kalender 12 bulan mereka”, bagaimanapun juga Ophiuchus selaras dengan matahari selama sekitar 18 hari setiap tahun.

    Misinformasi tentang zodiak ke-13 telah beredar online setidaknya sejak tahun 2011, seperti dilansir oleh BBC.

    Kesimpulan

    Hoaks Lama Bersemi Kembali. NASA menyatakan mereka belum merilis rasi bintang baru. NASA mempelajari astronomi, bukan astrologi. NASA tidak mengubah tanda zodiak. Klaim itu adalah hoaks yang telah dibagikan ribuan kali di media daring setidaknya sejak tahun 2011.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4441) [SALAH] Kutipan Kim Bok Dong Sebelum Dibunuh oleh Aktifis China

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 25/07/2020

    Berita

    “BILA NEGERI MU TAK INGIN HANCUR, JANGAN PERNAH KAU BERIKAN KEPERCAYAAN KEPADA SIAPAPUN BERMATA SIPIT YANG SUARA YANG SUARA BICARANYA KERAS, KARENA SETIAP UCAPANNYA ADALAH KEBOHONGAN DAN ISI FIKIRANNYA PENUH PENGKHIANATAN”, KIM BOK-DONG PAHLAWAN KOREA SEBELUM DIBUNUH AKTIFIS CHINA,” kutipan yang terdapat dalam foto seorang perempuan, diunggah oleh akun Facebook Tony Andhika atau @tony.andhika.1, Rabu (1/7).

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Tony Andhika atau @tony.andhika.1 mengunggah sebuah foto perempuan yang di dalamnya terdapat kutipan bernada rasis dengan inti narasi bahwa jangan memberikan kepercayaan kepada mereka yang bermata sipit dan suaranya keras. Alasannya, setiap ucapan mereka adalah kebohongan dan isi pikirannya penuh pengkhianatan.

    Kutipan tersebut dikabarkan berasal dari pahlawan Korea, Kim Bok-dong sebelum dibunuh oleh aktifis China.

    Setelah melakukan penelusuran melalui mesin pencari, diketahui unggahan akun Facebook Tony Andhika yang terdiri dari gambar dan kutipan adalah salah atau keliru.

    Sebelumnya, unggahan yang termasuk ke dalam hoaks yang dibagikan oleh akun Facebook Tony Andhika sudah diperiksa faktanya oleh situs turnbackhoax.id pada tahun 2017.

    Diketahui foto perempuan dalam unggahan akun Facebook Tony Andhika ialah Kim Bok-dong. “Kim Bok Dong adalah seorang wanita korea yang semasa perang dunia kedua dipaksa menjadi wanita penghibur bagi militer Jepang. Jadi, konflik yg dia alami adalah dengan Jepang, bukan dengan China, dan konflik yg dihadapi adalah kekerasan seksual, bukan masalah kekuasaan/kepemimpinan seperti yang ingin dikesankan oleh meme tersebut. Apalagi bangsa korea sendiri juga tergolong bergenetika mata sipit,” tulis turnbackhoax.id.

    Selain itu, Kim Bok-dong meninggal bukan karena dibunuh aktifis China atau sebelum hoaksnya muncul pada tahun 2017, tetapi Ia meninggal pada 28 Januari 2019 di Severance Hospital, Seoul, Korea Selatan.

    Dengan begitu, unggahan akun Facebook Tony Andhika menurut kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft dapat disebut sebagai Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan dengan arti penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu.

    Kesimpulan

    Tidak ditemukan di pemberitaan media daring kutipan Kim Bok-dong yang bernada rasis, sebelum dirinya meninggal yang diunggah oleh akun Facebook Tony Andhika. Diketahui hoaks kutipan Kim Bok-dong tersebut pernah muncul di tahun 2017, sementara Ia meninggal pada Januari 2019.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4437) [SALAH] Video “BIADAB BANGET PERLAKUAN MEREKA SAMA JENAZAH MUSLIM ‼️‼️‼️”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 24/07/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp video yang diklaim sebagai tindakan petugas Gugus Tugas Covid-19 yang tidak memandikan dan mengkafani jenazah. Dalam narasi disebutkan bahwa jenazah meninggal karena serangan jantung dan kondisi saat akan dimakamkan masih memakai baju dan sarung.

    Berikut kutipan narasinya:

    “BIADAB BANGET PERLAKUAN MEREKA SAMA JENAZAH MUSLIM ‼️‼️‼️
    😡😡😡
    • • • • • •

    Gugus tugas Covid-19 menyatakan Jenazah sdh dimandikan dan dikafani dan segera dimakamkan sesuai prosedur Covid-19

    Keluarga tidak terima karena Almarhum meninggal akibat serangan jantung. Peti dibuka paksa oleh pihak keluarga ternyata keadaan jenazah belum dikafani, kondisi masih memakai Baju dan Sarung seperti saat diantar ke RS

    ( Kejadian di Madura )”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa kejadian dalam video bukan terjadi di Madura, melainkan di Kabupaten Pasuruan. Selain itu, penyebabnya bukan lantaran jenazah tidak dimandikan dan masih menggunakan pakaian saat dibawa ke rumah sakit.

    Peristiwa dalam video bermula saat tim medis memakamkan pasien laki-laki berinisial AR (29) di TPU Desa Rowogempol, pukul 11.30 WIB. Seratusan warga desa yang dimotori keluarga pasien mengepung dan merebut peti jenazah.

    "Warga sangat banyak, para petugas diancam," kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pasuruan Anang Saiful Wijaya.

    Anang menjelaskan, setelah direbut, peti jenazah dibawa ke rumah kemudian disalati di masjid. Saat itu, posisi peti masih tertutup sesuai protokol.

    "Setelah disalati peti jenazah dibawa ke TPU untuk dimakamkan diantar ratusan warga," terang Anang.

    Hal tidak terduga terjadi saat prosesi pemakaman. Warga membongkar peti dan memakamkan jenazah seperti pada umumnya. Pihak keluarga pasien yang menguburkan. Sedangkan peti di buang warga. Petugas tidak berkutik.

    "Saat dimakamkan pukul 11.00 tadi, hasil swab-nya belum keluar. Hasil swab-nya keluar pukul 13.00 WIB dan pasien tersebut terkonfirmasi positif Covid-19," sesal Anang.

    Anang kemudian membeberkan riwayat pasien. Pasien tersebut dibawa berobat ke RSUD Grati, dengan keluhan sakit sesak napas, Selasa (14/7). Sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tersebut sudah mengeluh sesak napas selama 14 hari.

    Setelah menjalani pengobatan sampai Rabu siang, kondisi pasien mulai membaik. Namun, hasil foto torax menunjukkan AR mengalami pneumonia dan hasil rapid test reaktif. "Sehingga tim dokter pun melakukan tes swab," jelas Anang.

    Malam hari, kondisi kesehatannya menurun dan sesak napasnya kambuh. Pasien tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 05.00 WIB tadi.

    Karena hasil swab-nya belum turun, keluarganya tidak berkenan dimakamkan dengan protokol COVID-19. Namun setelah berunding keluarganya mengizinkan asal pemulasaraannya di RSUD R Soedarsono Kota Pasuruan.

    "Namun saat akan dimakamkan, terjadilah insiden warga merebut jenazah siang tadi," pungkas Anang.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten yang tersebar melalui pesan berantai Whatsapp tersebut menyesatkan. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.

    Rujukan