• (GFD-2020-4760) [SALAH] “Tak Tahan Sering DI Ejek Jaga Gereja Dan Bubarkan Pengajian Oleh Tentangganya,Seorang Anggota Banser Stress Dan Meninggal”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 31/08/2020

    Berita

    Akun Alang Saputra (fb.com/dadang.akhmadsadly) mengunggah sebuah gambar yang seolah merupakah artikel dari situs Kompas.com dengan judul “Tak Tahan Sering DI Ejek Jaga Gereja Dan Bubarkan Pengajian Oleh Tentangganya,Seorang Anggota Banser Stress Dan Meninggal”. Artikel ini seolah dimuat pada Jumat 7 September 2018 pukul 16.23 WIB.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya artikel di situs Kompas.com yang berujudul “Tak Tahan Sering DI Ejek Jaga Gereja Dan Bubarkan Pengajian Oleh Tentangganya,Seorang Anggota Banser Stress Dan Meninggal” adalah klaim yang salah.

    Faktanya, judul hasil suntingan dan merupakan hoaks lama yang beredar kembali. Foto yang digunakan terkait dengan anggota Banser yang mengalami kecelakaan di Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 2018.

    Di artikel berujudul “(SALAH) Seorang Anggota Banser Stress dan Meninggal Karena Tidak Tahan Sering Diejek Jaga Gereja dan Bubarkan Pengajian”, dijelaskan bahwa pada Jumat 7 September 2018 pukul 16.23 WIB, tidak ditemukan artikel berita yang sama dengan artikel di gambar klaim.

    Dilansir dari Medcom.id, pada Jumat 7 September 2018 pukul 16.23 WIB, artikel yang dimuat Kompas.com tidak ada kaitannya dengan Banser. Artikel itu sebenarnya berjudul “Ditolak DPRD, Pemprov DKI Ngotot Usulkan Uang Transpor Pendamping RW”.

    Sementara itu, foto yang digunakan dalam artikel suntingan, adalah foto yang terkait dengan anggota Banser yang mengalami kecelakaan di Ponorogo, Jawa Timur. Hal itu seperti dimuat Solopos.com pada Jumat 17 Agustus 2018.

    Kesimpulan

    Judul suntingan dan merupakan hoaks lama yang beredar kembali. Foto yang digunakan terkait dengan anggota Banser yang mengalami kecelakaan di Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 2018.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4759) [SALAH] Foto “Yoshitha Rajapaksa membangun hotel di Deniyaya”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 31/08/2020

    Berita

    Akun Tharindu Bimsara (fb.com/tharindu.bimsara) mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:

    “කාල්ටන් දෙනියාය
    වැඩ කරන අපේ විරුවා දෙනියායේ හොටෙල් හැදුවා” atau yang jika diterjemahkan: “Carlton Deniyaya
    Pahlawan kerja kami membangun hotel di Deniyaya”

    Di gambar tersebut, terdapat narasi dalam bahasa Sinhala yang jika diterjemahkan : “Hotel terbaru yang dibangun oleh Yoshitha di Deniyaya. Sekarang apakah Anda mengerti mengapa mereka menebang Sinharaja untuk membangun jalan itu? “

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim putra Perdana Menteri Sri Langka, Yoshitha Rajapaksa membangun sebuah hotel di situs warisan dunia UNESCO di Deniyaya, Sri Langka adalah klaim yang salah.

    Faktanya, Bukan di Deniyaya, Sri Langka. Foto asli adalah Nandini Jungle Resort and Spa yang berlokasi di Bali, Indonesia. Yoshitha Rajapaksa, putra Perdana Menteri Sri Langka juga membantah memiliki hotel di situs warisan dunia UNESCO itu dalam sebuah pernyataan di akun Twitternya.

    Dikutip dari AFP, dalam pernyataan yang dirilis di Twitter pada 24 Agustus 2020, Yoshitha membantah tuduhan tersebut, menambahkan bahwa dia sedang menempuh tindakan hukum terhadap individu yang membuat klaim tersebut.

    Pencarian kata kunci di Google juga tidak menemukan laporan yang dapat dipercaya bahwa Yoshitha telah membangun hotel di situs UNESCO. Pencarian gambar terbalik di Google menemukan gambar di posting menyesatkan yang diterbitkan di situs Nandini Jungle Resort and Spa di Bali, Indonesia.

    Deniyaya adalah kota kecil yang terletak di selatan Sri Lanka. Terletak di Distrik Matara di Provinsi Selatan. Dikelilingi oleh hutan hujan Sinharaja, dan iklimnya relatif sejuk. Sumber pendapatan utama adalah bertanam teh, namun orang juga bertanam sayur. Desa ini juga memiliki banyak candi bersejarah seperti Gatabaruwa Devalaya.

    Kesimpulan

    Bukan di Deniyaya, Sri Langka. Foto asli adalah Nandini Jungle Resort and Spa yang berlokasi di Bali, Indonesia. Yoshitha Rajapaksa, putra Perdana Menteri Sri Langka juga membantah memiliki hotel di situs warisan dunia UNESCO itu dalam sebuah pernyataan pada di akun Twitternya.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4758) [SALAH] Vaksin Covid Sebabkan Mandul

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 30/08/2020

    Berita

    Sebuah akun Twitter @99freemind membagikan cuitan yang mengklaim bahwa perusahaan multinasional produsen farmasi GlaxoSmithKline, melaporkan bahwa vaksin Covid dapat menyebabkan kemandulan.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Alleged GSK insider reports that there are sterilization agents in the COVID vax which can cause sterility not only in the patient but also in the sexual partners of people who have taken the shot. It took me longer than it should have to find this evidence of the WHO putting HcG in Tetanus vaccines but here it is. Save it. #VaccineTruth #WHO #PopulationReduction #EUGENICS”

    “Dugaan orang dalam GSK melaporkan bahwa terdapat agen sterilisasi dalam virus COVID yang dapat menyebabkan kemandulan tidak hanya pada pasien tetapi juga pada pasangan seksual orang yang disuntik. Butuh waktu lebih lama bagi saya untuk menemukan bukti bahwa WHO memasukkan HcG dalam vaksin Tetanus tetapi ini dia. Simpan itu. #VaccineTruth #WHO #PopulationReduction #EUGENICS”
    Apakah vaksin covid membuat mandul

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, GSK tidak mengembangkan vaksin untuk Covid-19 melainkan menawarkan teknologi kepada para peneliti mitra yang sedang dalam proses mengembangkan vaksin.

    Asisten Profesor dan Ketua Penelitian Kanada dari Departemen Mikrobiologi Medis & Penyakit Menular di Universitas Manitoba, Jason Kindrachuk, mengatakan belum ada identifikasi masalah kesehatan terkait hormon yang dilaporkan dari uji klinis vaksin Covid-19 yang sedang berlangsung.

    Melansir dari Kompas, Indonesia membeli vaksin dari Sinovac Biotech, bukan dari Novack. Indonesia akan mengimpor vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech Ltd sebanyak 50 juta dosis pada November 2020 sampai Maret 2021.

    Sebelumnya, sebanyak 2.400 calon vaksin Covid-19 dari Sinovac tiba di Indonesia pada 19 Juli 2020. Bakal vaksin itu sedang diuji klinis di laboratorium milik Bio Farma dan Unpad, Bandung. Bakal vaksin Sinovac masuk dalam daftar calon vaksin yang dipantau WHO.

    Kesimpulan

    Belum ada identifikasi masalah kesehatan terkait hormon yang dilaporkan dari uji klinis vaksin COVID yang sedang berlangsung.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4757) [SALAH] Dokumen WHO Tidak Menganjurkan untuk Memakai Masker Selama Pandemi COVID-19

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 30/08/2020

    Berita

    Beredar status dari akun Facebook Dan McGraw dengan sebuah foto berisikan dokumen yang diklaim sebagai dokumen WHO yang menyatakan bahwa WHO tidak menganjurkan untuk memakai masker selama pandemi COVID-19. Postingan ini telah dikomentari sebanyak 14 kali dan disebarkan kembali sebanyak 16 kali.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Does the WHO recommend wearing masks in public settings? Simple answer. No.
    Thx Janice Hicks”
    Jika diterjemahkan akan berbunyi seperti ini :
    "Apakah WHO merekomendasikan untuk memakai masker di tempat umum? Jawabannya sangat sederhana, tidak."

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan dari artikel periksa fakta afp.com, Margaret Harris sebagai juru bicara WHO menjelaskan bahwa dokumen yang tersebar di media sosial adalah dokumen palsu. Ternyata klaim tersebut muncul dari penelitian dari Dr. Roger Chou yang dipermainkan konteksnya, penelitian ini dilakukan pada musim influenza tahun 2007 hingga 2008. Pada penelitian ini ia menemukan bahwa siswa yang memakai masker wajah dan mempraktikan kebersihan tangan bisa mengurangi tingkat penyakit yang mirip influenza bukan tentang pandemi COVID-19.

    Dikutip dari artikel liputan6.com, klaim lain yang ditemukan pada dokumen tersebut adalah adanya kalimat “Petugas kesehatan yang menggunakan masker kain memiliki risiko lebih tinggi terkena covid-19 ketimbang yang memakai masker medis”. Klaim ini sebenarnya adalah kutipan studi yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Erin Silverman sebagai Koordinator Riset Klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Florida. Hasil studi tersebut adalah pekerja yang menggunakan masker kain memiliki tingkat infeksi virus influenza yang lebih tinggi bukan virus COVID-19.

    Kesimpulan

    Dokumen tersebut adalah palsu dan bukan dokumen WHO, juru bicara WHO Margaret Harris telah mengklarifikasikan bahwa dokumen yang beredar di media sosial adalah palsu.

    Rujukan