Beredar postingan yang menyebutkan bahwa merokok dapat menghadang virus Corona atau COVID-19 menjangkiti seseorang. Disebutkan dalam postingan tersebut hal itu dikarenakan virus tersebut terhalang oleh nikotin yang ada di dalam rokok. Berikut kutipan narasinya:
“*BERUNTUNGLAH PARA PEROKOK BERAT DI DUNIA.*
Pentingnya merokok untuk melawan corona.
Dibaca sampai selesai ????????????
Mengunngkap fakta penelitian yang bilang merokok membunuhmu.Dan mengungkap fakta baru tentang pencegahan Virus Corona dengan asap rokok.
Dilansir dari halaman peneliti paru-paru Dr. Prof. Ali bolgana dari Mesir.
Bahwa kandungan nikotin rokok menempel di paru-paru yang dimana,virus yang masuk ke paru-paru lewat udara dapat terhalang karena adanya nikotin rokok tersebut,Makanya saat ini wabah virus corona yang menyerang ke negara-negara besar kebanyakan orang yang terdampak virus tersebut dan meninggal dunia di karenakan tidak ada nikotin yang menyelimuti paru-paru mereka,Walau pun kita tahu nikotin tersebut juga merusak paru-paru tetapi dalam jangka waktu lama dan panjang,sedangkan virus corona ini merusak paru-paru kita dalam hanya beberapa hari saja,jadi pernyataan merokok ini sudah di angkat di mesir dan sekarang penduduk mesir sudah melakukan prakteknya dan virus corona di mesir sudah bisa di tanggulangi karena mereka merokok sesuai anjuran Dr. Prof. Ali Bolgana seorang Dr. yang ahli dalam mencegah kerusakan paru-paru.
Pada saat ini yang kita tahu bahwa orang yang terkena virus corona adalah orang yang tidak merokok, mengapa karena di dalam paru-paru mereka tidak ada getah nikotin yang mengikat virus atau kuman yang masuk ke dalam paru-paru mereka,yang menyebabkan virus tersebut bisa menggerogoti paru-paru mereka seperti virus corona ini.
Mari saling berbagi,saling mengingatkan karena 1x kamu share kamu sudah menyelamatkan Masyarakat Indonesia sebanyak 10 orang.
Di terbitkan dari perusahaan buku ternama di mesir dan Halaman artikel google linknya ada di bawah ini
https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/قرناء/
والله اعلم”
BERUNTUNGLAH PARA PEROKOK DI DUNIA.
Pentingnya merokok untuk melawan corona.
Dibaca sampai selesai 👇👇👇
Mengunngkap fakta penelitian yang bilang merokok membunuhmu. Dan mengungkap fakta baru tentang pencegahan Virus Corona dengan asap rokok.
Dilansir dari halaman peneliti paru-paru Dr. Prof. Ali bolgana dari Mesir.
Bahwa kandungan Nikotin rokok menempel di paru-paru yang dimana, virus yang masuk ke paru-paru lewat udara dapat terhalang karena adanya nikotin rokok tersebut. Makanya saat ini wabah virus corona yang menyerang ke negara-negara besar kebanyakan orang yang terdampak virus tersebut dan meninggal dunia di karenakan tidak ada nikotin yang menyelimuti paru-paru mereka, walau pun kita tahu nikotin tersebut juga merusak paru-paru tetapi dalam jangka waktu lama dan panjang, sedangkan virus corona ini merusak paru-paru kita dalam hanya beberapa hari saja, jadi pernyataan merokok ini sudah di angkat di mesir dan sekarang penduduk mesir sudah melakukan prakteknya dan virus corona di mesir sudah bisa di tanggulangi karena mereka merokok sesuai anjuran Dr. Prof. Ali Bolgana seorang Dr. yang ahli dalam mencegah kerusakan paru-paru.
Pada saat ini yang kita tahu bahwa orang yang terkena virus corona adalah orang yang tidak merokok, mengapa karena di dalam paru-paru mereka tidak ada getah nikotin yang mengikat virus atau kuman yang masuk ke dalam paru-paru mereka,yang menyebabkan virus tersebut bisa menggerogoti paru-paru mereka seperti virus corona ini.
Mari saling berbagi, saling mengingatkan karena 1x kamu share kamu sudah menyelamatkan Masyarakat Indonesia sebanyak 10 orang.
Di terbitkan dari perusahaan buku ternama di mesir dan Halaman artikel google linknya ada di bawah ini
https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/قرناء/
paru-paru
(GFD-2020-3815) [SALAH] Merokok Menghadang Virus Corona Masuk Ke Paru-Paru
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/04/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut keliru. Sebab, menurut sejumlah pakar merokok justru dapat membuat seseorang rentan terpapar COVID-19.
Praktisi kesehatan dan dosen Warwick Medical School, Dr. James Gill, menyatakan merokok adalah faktor risiko yang signifikan terkait risiko terinfeksi COVID-19.
“Ada banyak faktor yang saling terkait mengapa merokok mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dari kemampuan untuk mendapatkan oksigen dari darah ke jaringan, hingga peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah,” jelasnya.
Salah satu alasan terbesar yang memungkinkan risiko infeksi pernapasan pada perokok terus meningkat adalah kerusakan dan kematian yang terjadi pada silia (bulu-bulu halus) di saluran udara dan paru-paru. Silia bertugas melapisi saluran udara, sehingga memiliki peran yang sangat vital dalam membersihkan lendir dan kotoran serta menyaring partikel-partikel yang dihirup.
Dengan begitu, silia berperan dalam mencegah virus dan bakteri masuk ke paru-paru. Gill menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup. Pertama adalah mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru.
Seiring waktu, asap yang dihirup dari rokok lama-kelamaan juga dapat membunuh silia, hingga akhirnya meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, dia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.
Lalu, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Feni Fitriani, membantah bahwa merokok dapat menangkal COVID-19. "Itu tidak benar kalau mengatakan bahwa merokok malah melindungi," kata Feni yag dikutip dari liputan6.com.
Bahkan, menjadi perokok sesungguhnya membuat seseorang lebih mudah menjadi sakit. Bukan hanya virus corona namun juga penyakit lainnya seperti kanker paru. Feni mengatakan, tanpa COVID-19 saja, seorang perokok sesungguhnya sudah memiliki kerusakan pada saluran napasnya.
"Tapi karena efeknya merokok jangka panjang setelah 20 tahun, 30 tahun, tidak secepat COVID-19, jadi abai," kata Feni.
Prof. Dr. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti mengatakan bahwa merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang oleh para peneliti, ditemukan menjadi reseptor bagi virus corona penyebab COVID-19.
Dia mengibaratkan, reseptor tersebut seperti sebuah pelabuhan yang jika menjadi lebih banyak tempat berlabuhnya, maka kapal yang akan datang akan semakin banyak pula.
"Karena ACE 2 ekspresinya meningkat, otomatis dalam data menyebutkan sel paru perokok itu menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas. Jadi memfasilitasi masuknya virus," kata Amin dalam kesempatan yang sama.
Lalu, dalam postingan menyertakan sebuah tautan. Bila tautan itu dibuka maka akan mengarahkan kepada laman kamus bahasa Arab beralamatkan di almaany.com. Sehingga, bila diklaim bahwa penelitian merokok dapat menangkal atau menghadang COVID-19 tidak ada dalam laman tersebut.
Praktisi kesehatan dan dosen Warwick Medical School, Dr. James Gill, menyatakan merokok adalah faktor risiko yang signifikan terkait risiko terinfeksi COVID-19.
“Ada banyak faktor yang saling terkait mengapa merokok mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dari kemampuan untuk mendapatkan oksigen dari darah ke jaringan, hingga peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah,” jelasnya.
Salah satu alasan terbesar yang memungkinkan risiko infeksi pernapasan pada perokok terus meningkat adalah kerusakan dan kematian yang terjadi pada silia (bulu-bulu halus) di saluran udara dan paru-paru. Silia bertugas melapisi saluran udara, sehingga memiliki peran yang sangat vital dalam membersihkan lendir dan kotoran serta menyaring partikel-partikel yang dihirup.
Dengan begitu, silia berperan dalam mencegah virus dan bakteri masuk ke paru-paru. Gill menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup. Pertama adalah mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru.
Seiring waktu, asap yang dihirup dari rokok lama-kelamaan juga dapat membunuh silia, hingga akhirnya meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, dia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.
Lalu, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Feni Fitriani, membantah bahwa merokok dapat menangkal COVID-19. "Itu tidak benar kalau mengatakan bahwa merokok malah melindungi," kata Feni yag dikutip dari liputan6.com.
Bahkan, menjadi perokok sesungguhnya membuat seseorang lebih mudah menjadi sakit. Bukan hanya virus corona namun juga penyakit lainnya seperti kanker paru. Feni mengatakan, tanpa COVID-19 saja, seorang perokok sesungguhnya sudah memiliki kerusakan pada saluran napasnya.
"Tapi karena efeknya merokok jangka panjang setelah 20 tahun, 30 tahun, tidak secepat COVID-19, jadi abai," kata Feni.
Prof. Dr. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti mengatakan bahwa merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang oleh para peneliti, ditemukan menjadi reseptor bagi virus corona penyebab COVID-19.
Dia mengibaratkan, reseptor tersebut seperti sebuah pelabuhan yang jika menjadi lebih banyak tempat berlabuhnya, maka kapal yang akan datang akan semakin banyak pula.
"Karena ACE 2 ekspresinya meningkat, otomatis dalam data menyebutkan sel paru perokok itu menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas. Jadi memfasilitasi masuknya virus," kata Amin dalam kesempatan yang sama.
Lalu, dalam postingan menyertakan sebuah tautan. Bila tautan itu dibuka maka akan mengarahkan kepada laman kamus bahasa Arab beralamatkan di almaany.com. Sehingga, bila diklaim bahwa penelitian merokok dapat menangkal atau menghadang COVID-19 tidak ada dalam laman tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa klaim pada postingan tidak benar. Konten dalam postingan tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1154519641547236/
- https://turnbackhoax.id/2020/04/07/salah-merokok-menghadang-virus-corona-masuk-ke-paru-paru/
- https://turnbackhoax.id/2020/03/08/salah-who-merokok-salah-satu-solusi-pencegahan-covid-19/
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4220778/cek-fakta-hoaks-merokok-bisa-menghadang-covid-19-masuk-paru-paru
- https://www.merdeka.com/cek-fakta/cek-fakta-hoaks-merokok-bisa-mencegahan-virus-corona.html
- https://nasional.kompas.com/read/2020/03/14/12093461/lebih-mudah-terjangkit-covid-19-perokok-diminta-waspada-dan-berhenti-merokok?page=all#page3
- https://gaya.tempo.co/read/1328832/pakar-sebut-merokok-tingkatkan-risiko-infeksi-covid-19/full&view=ok
- https://www.inews.id/lifestyle/health/perokok-rentan-terinfeksi-covid-19-ini-alasannya
(GFD-2020-3814) [SALAH] “Rezim togog Bedebah pasilitasi karantina khusus untuk TKA SILUMAN CHINA”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
Bukan fasilitas karantina khusus untuk TKA Cina. Bangunan itu adalah Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) yang didirikan oleh Yayasan Artha Graha Peduli yang difungsikan sebagai sarana melakukan Rapid Test Covid-19.
Akun Cindy Maheswary (fb.com/cindy.maheswary) mengunggah beberapa gambar tangkapan layar dengan narasi sebagai berikut:
“Yg dekat ke pantai puntih Ancol boleh di cek ini ???
Rezim togog Bedebah pasilitasi karantina khusus untuk TKA SILUMAN CHINA
REZIM BOTOL”
Gambar itu adalah gambar tangkapan layar dari tweet akun Twitter MpuAnon yang berisi narasi “Apa ada yang kalian kenal terpapar COVID-19 kemudian dirawat di sini? Lokasi di jalan Pasir Putih Ancol” dan disertai foto bangunan berwarna putih.
Akun Cindy Maheswary (fb.com/cindy.maheswary) mengunggah beberapa gambar tangkapan layar dengan narasi sebagai berikut:
“Yg dekat ke pantai puntih Ancol boleh di cek ini ???
Rezim togog Bedebah pasilitasi karantina khusus untuk TKA SILUMAN CHINA
REZIM BOTOL”
Gambar itu adalah gambar tangkapan layar dari tweet akun Twitter MpuAnon yang berisi narasi “Apa ada yang kalian kenal terpapar COVID-19 kemudian dirawat di sini? Lokasi di jalan Pasir Putih Ancol” dan disertai foto bangunan berwarna putih.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), klaim bahwa foto bangunan berwarna putih itu adalah fasilitas karantina khusus untuk TKA Cina adalah klaim yang salah.
Bangunan itu adalah Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) yang didirikan oleh Yayasan Artha Graha Peduli yang difungsikan sebagai sarana melakukan Rapid Test Covid-19.
“AGP Bersama-sama dengan Yayasan Budha Tzu Chi, Sinarmas, Indofood, dan Central Omega Resources berharap dengan mendirikan Rumkitlap ini dapat mengajak dan menggugah hati dari para stakeholder dan pengusaha lain agar dapat memberikan kontribusi dan keprihatinan terhadap negara kita yang sedang menghadapi bencana wabah Covid-19 dengan membuat Rumkitlap di wilayah lain,” ujar Juru bicara Artha Graha Peduli, Hanna Lilies Puspawati dalam keterangan resmi, Selasa (31/3/2020).
“Tentunya dengan keterbatasan alat yang ada, kami membuat beberapa kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan siapa yang tepat untuk diprioritaskan,” kata Wadirut PT Bank Artha Graha International Tbk Christina, Sabtu (28/3).
Hanna Lilies Puspawati menyampaikan bahwa saat ini Rumkitlap masih diprioritaskan bagi para pekerja Artha Graha Group, Yayasan Artha Graha Peduli (AGP), dan mitra Artha Graha, serta masyarakat umum yang tinggal sekitar radius 500 meter dari rumkitlap.
Jika ada warga di luar radius 500 meter, yang ingin melakukan tes tersebut, dia menyatakan bisa mendaftarkan diri secara daring ke Sekretariat Rumkitlap AGP dengan persyaratan kesehatan sesuai yang ditentukan.
Adapun kriteria yang disarankan adalah orang yang menunjukkan gejala seperti demam, batuk, pilek, radang tenggorokan, sesak kurang lebih 14 hari terakhir.
Selain itu, mereka yang komorbid atau memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, darah tinggi, asma, gagal ginjal, jantung atau stroke.
Kriteria terakhir adalah orang yang mungkin secara fisik sehat, tapi ada kontak atau di sekitarnya (keluarga, teman kerja, tetangga dekat) sudah terduga atau positif terpapar Covid-19 dalam 14 hari terakhir.
AGP mengajak para pengusaha, khususnya yang bergabung di Kadin, untuk bersama-sama berkontribusi dalam penanganan Covid-19 dengan membuat Rumkitlap di wilayah-wilayah lain sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan Rapid Test Covid-19 tanpa harus ke RS rujukan.
Berdasarkan hasil penelusuran anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), klaim bahwa foto bangunan berwarna putih itu adalah fasilitas karantina khusus untuk TKA Cina adalah klaim yang salah.
Bangunan itu adalah Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) yang didirikan oleh Yayasan Artha Graha Peduli yang difungsikan sebagai sarana melakukan Rapid Test Covid-19.
“AGP Bersama-sama dengan Yayasan Budha Tzu Chi, Sinarmas, Indofood, dan Central Omega Resources berharap dengan mendirikan Rumkitlap ini dapat mengajak dan menggugah hati dari para stakeholder dan pengusaha lain agar dapat memberikan kontribusi dan keprihatinan terhadap negara kita yang sedang menghadapi bencana wabah Covid-19 dengan membuat Rumkitlap di wilayah lain,” ujar Juru bicara Artha Graha Peduli, Hanna Lilies Puspawati dalam keterangan resmi, Selasa (31/3/2020).
“Tentunya dengan keterbatasan alat yang ada, kami membuat beberapa kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan siapa yang tepat untuk diprioritaskan,” kata Wadirut PT Bank Artha Graha International Tbk Christina, Sabtu (28/3).
Hanna Lilies Puspawati menyampaikan bahwa saat ini Rumkitlap masih diprioritaskan bagi para pekerja Artha Graha Group, Yayasan Artha Graha Peduli (AGP), dan mitra Artha Graha, serta masyarakat umum yang tinggal sekitar radius 500 meter dari rumkitlap.
Jika ada warga di luar radius 500 meter, yang ingin melakukan tes tersebut, dia menyatakan bisa mendaftarkan diri secara daring ke Sekretariat Rumkitlap AGP dengan persyaratan kesehatan sesuai yang ditentukan.
Adapun kriteria yang disarankan adalah orang yang menunjukkan gejala seperti demam, batuk, pilek, radang tenggorokan, sesak kurang lebih 14 hari terakhir.
Selain itu, mereka yang komorbid atau memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, darah tinggi, asma, gagal ginjal, jantung atau stroke.
Kriteria terakhir adalah orang yang mungkin secara fisik sehat, tapi ada kontak atau di sekitarnya (keluarga, teman kerja, tetangga dekat) sudah terduga atau positif terpapar Covid-19 dalam 14 hari terakhir.
AGP mengajak para pengusaha, khususnya yang bergabung di Kadin, untuk bersama-sama berkontribusi dalam penanganan Covid-19 dengan membuat Rumkitlap di wilayah-wilayah lain sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan Rapid Test Covid-19 tanpa harus ke RS rujukan.
Rujukan
(GFD-2020-3813) [SALAH] Video “Donald Trump di ruqyah sebab sudah stress menghadapi Covid 19”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
Video suntingan / editan dan tidak terkait virus corona COVID-19. Video itu adalah hasil manipulasi dari video tahun 2017 ketika Presiden Donald Trump berdoa bersama sekelompok pemimpin agama pada 1 September 2017, setelah mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Doa Nasional untuk para korban Topan Harvey. Pada video asli, Trump didoakan dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Arab.
Akun Ida Maslachah (fb.com/ida.maslachah.3) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:
“Donald Trump di ruqyah sebab sudah stress menghadapi Covid 19 n semoga dapat hidayah Allah SWT. Aamiin YRA.”
Di video, tampak Presiden Donald Trump seolah sedang didoakan oleh seorang pria dengan bahasa Arab sambil memegang bahu Trump. Selain pria itu, tampak ada beberapa orang lainnya yang memegang lengan pria yang berdoa dan bahu Trump.
Akun Ida Maslachah (fb.com/ida.maslachah.3) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:
“Donald Trump di ruqyah sebab sudah stress menghadapi Covid 19 n semoga dapat hidayah Allah SWT. Aamiin YRA.”
Di video, tampak Presiden Donald Trump seolah sedang didoakan oleh seorang pria dengan bahasa Arab sambil memegang bahu Trump. Selain pria itu, tampak ada beberapa orang lainnya yang memegang lengan pria yang berdoa dan bahu Trump.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa Donald Trump diruqyah karena sudah stress menghadapi wabah virus Corona COVID-19 adalah klaim yang salah.
Video itu adalah hasil manipulasi dari video tahun 2017 ketika Presiden Donald Trump berdoa bersama sekelompok pemimpin agama pada 1 September 2017, setelah mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Doa Nasional untuk para korban Topan Harvey. Pada video asli, Trump didoakan dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Arab.
Salah satu video yang identik dengan video yang diunggah oleh sumber klaim dalah video berjudul “Faith leaders put hands on Trump and pray” yang diunggah oleh kanal Youtube Washington Post pada 1 September 2017.
Di bagian deskripsi, Washington Post menulis keterangan sebagai berikut:
“President Trump prayed with a group of faith leaders on Sept. 1, after declaring Sept. 3 a National Day of Prayer.”
Atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia:
“Presiden Trump berdoa bersama sekelompok pemimpin agama pada 1 September, setelah mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Doa Nasional.”
Pria yang berdoa di sebelah Trump dengan menggunakan bahasa Inggris itu adalah Robert James Jeffress, seorang pendeta, pengarang, dan pembawa acara radio dan televisi Southern American Baptist (Evangelical).
Presiden Donald Trump menyatakan Hari Doa Nasional pada hari Minggu untuk para korban Topan Harvey, mengikuti pimpinan Texas, di mana pada hari Kamis, Gubernur Greg Abbott menyatakan hari Minggu sebagai hari doa.
“Kami mengundang semua orang Amerika untuk bergabung dengan kami saat kami terus berdoa bagi mereka yang telah kehilangan anggota keluarga dan teman-teman, dan bagi mereka yang menderita krisis hebat ini,” kata presiden di Kantor Oval, di mana ia bertemu dan berdoa dengan para pendeta dari seluruh negeri.
Robert Jeffress, pendeta senior di First Baptist Church di Dallas, termasuk di antara para pendeta yang berdoa bersama Trump di Oval Office pada hari Jumat.
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa Donald Trump diruqyah karena sudah stress menghadapi wabah virus Corona COVID-19 adalah klaim yang salah.
Video itu adalah hasil manipulasi dari video tahun 2017 ketika Presiden Donald Trump berdoa bersama sekelompok pemimpin agama pada 1 September 2017, setelah mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Doa Nasional untuk para korban Topan Harvey. Pada video asli, Trump didoakan dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Arab.
Salah satu video yang identik dengan video yang diunggah oleh sumber klaim dalah video berjudul “Faith leaders put hands on Trump and pray” yang diunggah oleh kanal Youtube Washington Post pada 1 September 2017.
Di bagian deskripsi, Washington Post menulis keterangan sebagai berikut:
“President Trump prayed with a group of faith leaders on Sept. 1, after declaring Sept. 3 a National Day of Prayer.”
Atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia:
“Presiden Trump berdoa bersama sekelompok pemimpin agama pada 1 September, setelah mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Doa Nasional.”
Pria yang berdoa di sebelah Trump dengan menggunakan bahasa Inggris itu adalah Robert James Jeffress, seorang pendeta, pengarang, dan pembawa acara radio dan televisi Southern American Baptist (Evangelical).
Presiden Donald Trump menyatakan Hari Doa Nasional pada hari Minggu untuk para korban Topan Harvey, mengikuti pimpinan Texas, di mana pada hari Kamis, Gubernur Greg Abbott menyatakan hari Minggu sebagai hari doa.
“Kami mengundang semua orang Amerika untuk bergabung dengan kami saat kami terus berdoa bagi mereka yang telah kehilangan anggota keluarga dan teman-teman, dan bagi mereka yang menderita krisis hebat ini,” kata presiden di Kantor Oval, di mana ia bertemu dan berdoa dengan para pendeta dari seluruh negeri.
Robert Jeffress, pendeta senior di First Baptist Church di Dallas, termasuk di antara para pendeta yang berdoa bersama Trump di Oval Office pada hari Jumat.
Rujukan
(GFD-2020-3812) [SALAH] “Modus Menghabisi Ustadz, disuntik covid-19 sampai mati”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
Benarkah pki akan menyuntikan virus ke ulama?
Beredar narasi yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama di Jawa Barat harus menjalani rapid test merupakan modus menghabisi ustadz dengan cara disuntikan virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia. Pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjelaskan bahwa usulan 5.000 ustadz menjalani rapid test sendiri berdasar dari hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir, yang menunjukkan 667 orang terindikasi Covid-19.
NARASI:
*WASPADALAH…!!!*
Perlu dicermati. Di runing teks sebuah TV-5000 ustadz di Jabar akan menjalani *rapid test*.
Lho kenapa hanya ustadz.?
Kenapa nggak semua tokoh agama.?
Waspadalah…!!!
Ustadz yng lurus bisa divonis positif Corona…!!!
*#Patut diduga gaya PKI*
???? *Modus Menghabisi Ustadz..!!??*
Ustadz yg sehat bisa saja divonis PDP, dimasukkan RS, disuntik covid-19 sampai mati, dikantongi plastik langsung dikubur oleh RS.
Tidak ada yang bisa protes.
*Kita harus mengambil sikap tegas…????????*
===
Benarkah ulama jawabarat mau di periksa chovid19?
Dan katanya ada mau di suntik , terus suntikannya ada virus
Beredar narasi yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama di Jawa Barat harus menjalani rapid test merupakan modus menghabisi ustadz dengan cara disuntikan virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia. Pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjelaskan bahwa usulan 5.000 ustadz menjalani rapid test sendiri berdasar dari hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir, yang menunjukkan 667 orang terindikasi Covid-19.
NARASI:
*WASPADALAH…!!!*
Perlu dicermati. Di runing teks sebuah TV-5000 ustadz di Jabar akan menjalani *rapid test*.
Lho kenapa hanya ustadz.?
Kenapa nggak semua tokoh agama.?
Waspadalah…!!!
Ustadz yng lurus bisa divonis positif Corona…!!!
*#Patut diduga gaya PKI*
???? *Modus Menghabisi Ustadz..!!??*
Ustadz yg sehat bisa saja divonis PDP, dimasukkan RS, disuntik covid-19 sampai mati, dikantongi plastik langsung dikubur oleh RS.
Tidak ada yang bisa protes.
*Kita harus mengambil sikap tegas…????????*
===
Benarkah ulama jawabarat mau di periksa chovid19?
Dan katanya ada mau di suntik , terus suntikannya ada virus
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN: Melalui pesan berantai Whatsapp dan juga media sosial Facebook, beredar sebuah narasi yang menyebut bahwa usulan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait dengan rencana akan menggelar rapid test bagi 5.000 ustadz di Jawa Barat merupakan bentuk dari modus menghabisi ustadz. Menurut pesan yang beredar, nantinya ustadz yang sehat bisa saja divonis PDP, lalu dimasukan ke RS dan kemudian disuntik virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia.
Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.
“Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.
Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.
“Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.
Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat.
===
Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.
“Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.
Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.
“Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.
Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat.
===
Rujukan
Halaman: 5659/6089