(GFD-2021-6039) [SALAH] Kota Prabumulih, Kota Tanpa Corona
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/01/2021
Berita
Beredar postingan viral di Facebook oleh akun Mailis Kanti. Postingan yang mendapat likes sebanyak 7,4 ribu dan dibagikan sebanyak 31 ribu kali tersebut menyatakan bahwa Kota Prabumulih adalah kota tanpa Corona. Mailis menyertakan postingannya dengan caption “wali kota mantul” dan videonya disertai dengan tulisan “kota tanpa corona”.
Hasil Cek Fakta
Setelah dilakukan penelusuran fakta, ditemukan bahwa Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, sama sekali tidak bebas Corona.
Menurut laman website resmi Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, diketahui bahwa total kasus yang terkonfirmasi positif ada 261 orang, baik tanpa gejala (Asimptomatik) maupun dengan gejala (Simptomatik), pengumuman tersebut terakhir diupdate pada 19 Oktober 2020, pukul 19.00 WIB.
Dilansir dari sumsel.inews.id, total kasus positif Covid-19 di Kota Prabumulih sejak 23 Maret hingga 23 Desember mencapai 442 kasus. 349 kasus di antaranya sudah sembuh dan 21 kasus meninggal serta total 72 kasus yang masih dalam perawatan.
Kota Prabumulih bahkan menjadi satu-satunya kota zona merah di Sumatera Selatan, per 20 Desember 2020. Lonjakan ini salah satunya disebabkan momen libur akhir tahun.
“Zona merah Prabumulih karena penambahan kasus lebih banyak dari pekan sebelumnya,” ungkap Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri di Palembang, Kamis (24/12/2020).
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa, Kota Prabumulih sejak awal pandemi di Indonesia hingga Akhir tahun 2020, tidak bebas Corona. Sehingga klaim bahwa Kota Prabumulih tanpa Corona adalah HOAX dan termasuk kategori KONTEN PALSU.
Menurut laman website resmi Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, diketahui bahwa total kasus yang terkonfirmasi positif ada 261 orang, baik tanpa gejala (Asimptomatik) maupun dengan gejala (Simptomatik), pengumuman tersebut terakhir diupdate pada 19 Oktober 2020, pukul 19.00 WIB.
Dilansir dari sumsel.inews.id, total kasus positif Covid-19 di Kota Prabumulih sejak 23 Maret hingga 23 Desember mencapai 442 kasus. 349 kasus di antaranya sudah sembuh dan 21 kasus meninggal serta total 72 kasus yang masih dalam perawatan.
Kota Prabumulih bahkan menjadi satu-satunya kota zona merah di Sumatera Selatan, per 20 Desember 2020. Lonjakan ini salah satunya disebabkan momen libur akhir tahun.
“Zona merah Prabumulih karena penambahan kasus lebih banyak dari pekan sebelumnya,” ungkap Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri di Palembang, Kamis (24/12/2020).
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa, Kota Prabumulih sejak awal pandemi di Indonesia hingga Akhir tahun 2020, tidak bebas Corona. Sehingga klaim bahwa Kota Prabumulih tanpa Corona adalah HOAX dan termasuk kategori KONTEN PALSU.
Rujukan
(GFD-2021-6038) [SALAH] Penerima Vaksin Perdana Meninggal Dunia Usai Disuntik Vaksin Pfizer
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/01/2021
Berita
Beredar postingan di Facebook dengan menyertakan link menuju artikel yang berjudul “Innalilahi, Penerima Vaksin Perdana Meninggal Dunia Usai Disuntik Pfizer”. Postingan yang diunggah oleh akun bernama Tra mendapat likes sebanyak 295 dan telah dibagikan sebanyak 820 kali.
Hasil Cek Fakta
Setelah dilakukan penelusuran terhadap fakta yang terjadi, pernyataan bahwa penerima vaksin perdana meninggal dunia setelah disuntik vaksin Pfizer adalah tidak benar.
Penelusuran menggunakan mesin pencarian Google, ditemukan bahwa penerima vaksin Pfizer pertama kali adalah Margaret Keenan. Dilansir dari bbc.com, wanita lansia yang berasal dari Inggris tersebut menerima vaksin Pfizer di usianya yang seminggu lagi menginjak 91 tahun, bertempat di University Hospital, Coventry, Inggris, pada 08 Desember 2020 lalu.
Meski begitu, Margaret Keenan sebagai penerima vaksin Pfizer pertama di dunia, tidak meninggal dunia. Justru ia pun mendapatkan suntikan vaksin Pfizer untuk kedua kalinya, pada 29 Desember 2020.
Dilansir dari Liputan6.com, Margaret telah mendapatkan vaksin keduanya setelah jeda 21 hari setelah suntikan vaksin perdana. Pihak rumah sakit yang menangani Margaret mengatakan bahwa ia pun dalam kondisi baik setelah menerima vaksin keduanya.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan, Margaret Keenan sebagai seorang yang menerima vaksin Pfizer pertama, masih hidup. Sehingga klaim penerima vaksin Pfizer perdana meninggal dunia adalah HOAX dan termasuk kategori KONTEN MENYESATKAN.
Penelusuran menggunakan mesin pencarian Google, ditemukan bahwa penerima vaksin Pfizer pertama kali adalah Margaret Keenan. Dilansir dari bbc.com, wanita lansia yang berasal dari Inggris tersebut menerima vaksin Pfizer di usianya yang seminggu lagi menginjak 91 tahun, bertempat di University Hospital, Coventry, Inggris, pada 08 Desember 2020 lalu.
Meski begitu, Margaret Keenan sebagai penerima vaksin Pfizer pertama di dunia, tidak meninggal dunia. Justru ia pun mendapatkan suntikan vaksin Pfizer untuk kedua kalinya, pada 29 Desember 2020.
Dilansir dari Liputan6.com, Margaret telah mendapatkan vaksin keduanya setelah jeda 21 hari setelah suntikan vaksin perdana. Pihak rumah sakit yang menangani Margaret mengatakan bahwa ia pun dalam kondisi baik setelah menerima vaksin keduanya.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan, Margaret Keenan sebagai seorang yang menerima vaksin Pfizer pertama, masih hidup. Sehingga klaim penerima vaksin Pfizer perdana meninggal dunia adalah HOAX dan termasuk kategori KONTEN MENYESATKAN.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4451402/cek-fakta-tidak-benar-penerima-vaksin-perdana-covid-19-dari-pfizer-meninggal-dunia
- https://www.liputan6.com/global/read/4445135/margaret-keenan-nenek-90-tahun-di-inggris-terima-suntikan-kedua-vaksin-covid-19
- https://www.suara.com/news/2020/12/08/183951/margaret-keenan-inilah-orang-pertama-yang-disuntik-vaksin-covid-19?page=all
- https://www.bbc.com/news/uk-55227325
(GFD-2021-6037) [SALAH] Jawa-Bali Lockdown pada Tanggal 11-25 Januari 2021
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/01/2021
Berita
Pengguna Facebook Nanank Soebecktie Pbg mengunggah sebuah narasi (7/1) yang menyatakan bahwa pemerintah akan menerapkan kebijakan lockdown di wilayah Jawa-Bali pada tanggal 11-25 Januari 2021.
PSBB JAWA
PSBB Jawa Bali
PSBB JAWA
PSBB Jawa Bali
Hasil Cek Fakta
Melalui Keterangan Pers pada 6 Januari 2021 yang lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Airlangga Hartanto, menegaskan bahwa kebijakan yang diterapkan bukan kebijakan lockdown, melainkan kebijakan PSBB guna meminimalisir penularan Covid-19 setelah liburan akhir tahun. Melansir dari CNN Indonesia, Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Benny Irwan, menyatakan bahwa kebijakan PSBB di wilayah Jawa-Bali diterapkan atas dasar Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19.
Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Nanank Soebecktie Pbg tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Nanank Soebecktie Pbg tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Rujukan
(GFD-2021-6036) [SALAH] “Ternyata VAKSIN Yg Akan Di Suntikan Ke Jokowi Berbeda”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/01/2021
Berita
Akun Hendra Tanjung (fb.com/hendra.maiyu) pada 6 Januari 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar ke grup INFO MASYARAKAT PEDULI SAWAHLUNTO DAN MINANGKABAU. dengan narasai sebagai berikut:
“KANG NGIBUL NGEFRANK LAGI GAES… Ternyata VAKSIN Yg Akan Di Suntikan Ke Jokowi Berbeda…”
Pada gambar yang ia unggah, terdapa narasi “Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?” dan tangkapan layar artikel berjudul “Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?”
“KANG NGIBUL NGEFRANK LAGI GAES… Ternyata VAKSIN Yg Akan Di Suntikan Ke Jokowi Berbeda…”
Pada gambar yang ia unggah, terdapa narasi “Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?” dan tangkapan layar artikel berjudul “Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa vaksin yang akan disuntikkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbeda dengan yang tersebar adalah klaim yang keliru.
Faktanya, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyatakan prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
Dilansir dari Tempo, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa secara menyeluruh artikel yang dimuat oleh situs Grid.2tiga[dot]com itu. Judul artikel yang dipublikasikan pada 5 Januari 2021 tersebut berupa kalimat pertanyaan. Artikel itu pun berisi jawaban Moeldoko soal pertanyaan tentang isu bahwa vaksin yang bakal diberikan kepada Presiden Jokowi berbeda dengan yang akan diterima masyarakat.
Berita itu dibuka dengan paragraf yang berbunyi: “Tak terima dengan tudingan perbedaan jenis vaksin untuk Presiden Jokowi dengan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia kini, Jenderal Moeldoko angkat bicara.” Setelah itu, tertulis bahwa Moeldoko menyatakan prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Presiden Jokowi tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
“Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit,” kata Moeldoko di kantornya pada 4 Januari 2021 seperti dilansir dari Grid.2tiga.com. Poin utama Moeldoko adalah prosedur vaksinasi Jokowi, bukan jenis vaksin yang akan diterima.
Tempo pun membandingkan isi artikel itu dengan pemberitaan media lainnya terkait pernyataan Moeldoko pada 4 Januari 2021 tersebut. Menurut arsip berita Tempo, yang mengutip kantor berita Antara, Moeldoko mengatakan prosedur vaksinasi Covid-19 terhadap Presiden Jokowi akan sama seperti yang dilakukan kepada masyarakat. “Presiden sama, tidak ada bedanya, karena prosedurnya sama,” ujar Moeldoko pada 4 Januari 2021.
Kompas juga pernah memuat berita tersebut pada tanggal yang sama. Kompas.com menulis bahwa Moeldoko menyebut tidak ada mekanisme khusus saat kelak Presiden Jokowi divaksinasi Covid-19. Prosedur vaksinasi terhadap Jokowi, kata dia, sama dengan masyarakat umum. “Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit.”
Faktanya, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyatakan prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
Dilansir dari Tempo, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa secara menyeluruh artikel yang dimuat oleh situs Grid.2tiga[dot]com itu. Judul artikel yang dipublikasikan pada 5 Januari 2021 tersebut berupa kalimat pertanyaan. Artikel itu pun berisi jawaban Moeldoko soal pertanyaan tentang isu bahwa vaksin yang bakal diberikan kepada Presiden Jokowi berbeda dengan yang akan diterima masyarakat.
Berita itu dibuka dengan paragraf yang berbunyi: “Tak terima dengan tudingan perbedaan jenis vaksin untuk Presiden Jokowi dengan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia kini, Jenderal Moeldoko angkat bicara.” Setelah itu, tertulis bahwa Moeldoko menyatakan prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Presiden Jokowi tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
“Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit,” kata Moeldoko di kantornya pada 4 Januari 2021 seperti dilansir dari Grid.2tiga.com. Poin utama Moeldoko adalah prosedur vaksinasi Jokowi, bukan jenis vaksin yang akan diterima.
Tempo pun membandingkan isi artikel itu dengan pemberitaan media lainnya terkait pernyataan Moeldoko pada 4 Januari 2021 tersebut. Menurut arsip berita Tempo, yang mengutip kantor berita Antara, Moeldoko mengatakan prosedur vaksinasi Covid-19 terhadap Presiden Jokowi akan sama seperti yang dilakukan kepada masyarakat. “Presiden sama, tidak ada bedanya, karena prosedurnya sama,” ujar Moeldoko pada 4 Januari 2021.
Kompas juga pernah memuat berita tersebut pada tanggal yang sama. Kompas.com menulis bahwa Moeldoko menyebut tidak ada mekanisme khusus saat kelak Presiden Jokowi divaksinasi Covid-19. Prosedur vaksinasi terhadap Jokowi, kata dia, sama dengan masyarakat umum. “Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit.”
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1187/keliru-klaim-moeldoko-sebut-vaksin-covid-19-untuk-jokowi-beda-dengan-yang-tersebar-di-masyarakat
- https://nasional.tempo.co/read/1420100/moeldoko-bilang-prosedur-vaksinasi-jokowi-sama-seperti-masyarakat
- https://nasional.kompas.com/read/2021/01/04/18292441/moeldoko-vaksinasi-covid-19-terhadap-jokowi-tak-beda-dari-masyarakat
- https://archive.vn/3dp5D (Arsip artikel berjudul “Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?”)
Halaman: 5487/6428