(GFD-2020-8129) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Anies Dapat Penghargaan Gubernur Terbaik Penanganan Covid-19 di KTT CAC?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 11/06/2020
Berita
Narasi bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat penghargaan internasional sebagai salah satu gubernur terbaik dalam menangani Covid-19 beredar di Facebook. Narasi ini dilengkapi dengan sebuah video yang memperlihatkan salah satu acara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global Cities Against Covid-19 (CAC) pada 2 Juni 2020.
Akun yang membagikan narasi serta video tersebut adalah akun Yuli Mustikaningsih, yakni pada 8 Juni 2020. Akun ini menulis, "Masya Allah Tabarokalloh...Bpk Anies Baswedan dapat penghargaan internasional, menjadi salah satu gubernur terbaik dalam menangani COVID 19." Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 5 ribu kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Yuli Mustikaningsih.
Apa benar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat penghargaan sebagai gubernur terbaik penanganan Covid-19 di KTT CAC?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video dengan durasi yang lebih panjang pernah diunggah oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di akun Instagram-nya, @aniesbaswedan, pada 6 Juni 2020. Dalam KTT CAC ini, Anies memang didaulat sebagai pembicara utama dalam Mayoral Meeting.
Selain Anies, terdapat pula pembicara utama lain, yakni Gubernur Maryland (Amerika Serikat), Wali Kota London (Inggris), dan Wali Kota Moskow (Rusia), serta pembicara kunci, yakni Wali Kota Seoul (Korea Selatan), Park Wonsoon. Namun, dalam KTT CAC itu, tidak disebutkan bahwa terdapat pemberian penghargaan gubernur terbaik, termasuk kepada Anies.
Berikut keterangan lengkap yang diunggah oleh Anies:
"Together We Stand. Itulah topik Mayoral Meeting, Cities Against Covid-19 Global Summit 2020-Virtual yang diselenggarakan Selasa, 2 Juni 2020. Pertemuan Tingkat Tinggi ini dihadiri oleh wali kota dan gubernur di 40 kota/provinsi/negara bagian dari berbagai benua. Sebagai pembicara kunci adalah Wali Kota Seoul, Mr. Park Wonsoon, dilanjutkan dengan empat pembicara utama yaitu 1) Wali Kota London, Mr. Sadiq Khan, 2) Gubernur Maryland, Mr. Larry Hogan, 3) Gubernur Jakarta, Mr. Anies Baswedan, 4) Wali Jota Moscow, Mr. Sergei Sobyanin. Gubernur DKI Jakarta mengajak semua untuk melihat ke depan. Mengantisipasi perubahan yang perlu dilakukan oleh para pemimpin di seluruh dunia dalam memandang tata ruang, menjadikan kota yang tangguh, dan membangun kolaborasi sosial. #TogetherWeStand eng.cac2020.or.kr"
Tempo pun menelusuri situs resmi KTT CAC yang tautannya terdapat dalam unggahan Anies tersebut. Hasilnya, diketahui bahwa dalam acara Mayoral Meeting KTT CAC memang tidak terdapat sesi pemberian penghargaan gubernur terbaik dalam penanganan Covid-19.
Dalam acara itu, hanya terdapat presentasi mengenai penanganan Covid-19 oleh beberapa gubernur dan wali kota, termasuk Anies. Terdapat pula sesi diskusi terbuka yang juga diikuti oleh gubernur dan wali kota dari wilayah-wilayah lainnya serta inisiasi kerja sama antar wilayah yang dinamai "Deklarasi Seoul".
Dikutip dari Prnewswire.com, KTT CAC berlangsung pada 1-5 Juni 2020 dan melibatkan gubernur serta wali kota dari 42 wilayah di seluruh dunia. Pada 2 Juni 2020, acara Mayoral Meeting dibuka dengan presentasi dari pembicara kunci Wali Kota Seoul. Lalu, acara dilanjutkan dengan presentasi dari pembicara utama, mulai dari Wali Kota London, Gubernur Maryland, Gubernur DKI Jakarta, hingga Wali Kota Moskow.
Setelah presentasi dari empat wilayah tersebut, wali kota dari 14 kota, termasuk Toronto (Kanada), New Delhi (India), Budapest (Hungaria), dan Hanoi (Vietnam), berbagi mengenai upaya yang dilakukannya dalam menangani pandemi Covid-19. Ada pula wali kota dari Istanbul (Turki), Teheran (Iran), Tel Aviv (Israel), Buenos Aires (Argentina), Vancouver (Kanada), serta Chongqing (Cina).
Kehadiran Anies dalam KTT CAC pun diberitakan oleh beberapa media dalam negeri. Dalam situsnya, tvOne menayangkan video yang diunggah oleh Anies di Instagram pada 7 Juni 2020. Video berita itu diberi judul "Anies Jadi Pembicara Utama di Forum 'Cities Against Covid-19 Global Summit 2020'". Namun, dalam video berita ini, juga tidak disinggung bahwa Anies mendapat penghargaan dalam KTT CAC tersebut.
Adapun dilansir dari situs Viva.co.id, dalam presentasinya, Anies mengajak semua pihak untuk melihat ke depan. "Selama lebih dari enam bulan, banyak dari kita berjuang untuk menyelamatkan warga kita, untuk memastikan kita bisa kembali ke kehidupan normal lagi," kata Anies.
Menurut Anies, akhir pekan pertama Juni 2020, Jakarta mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, selama tiga bulan terakhir, Jakarta tidak hanya mengalami masalah, tapi juga kesempatan. Jakarta menghadapi dua masalah, yaitu kesehatan dan ekonomi. Di sisi lain, Jakarta juga mengalami terobosan di bidang digital dan lingkungan yang lebih asri.
"Krisis kesehatan dan ekonomi ini menjadi tantangan yang harus kami hadapi, tapi penduduk kami juga mengalami transformasi. Pada masa pendemi ini, yang diperlukan tidak hanya pelayanan yang baik tapi juga layanan perkotaan yang tangguh," kata Anies.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat penghargaan sebagai gubernur terbaik penanganan Covid-19 di KTT CAC merupakan klaim yang keliru. Dalam KTT itu, Anies memang didaulat sebagai salah satu pembicara utama dalam acara Mayoral Meeting pada 2 Juni 2020. Namun, dalam KTT tersebut, tidak terdapat sesi pemberian penghargaan gubernur terbaik dalam penanganan Covid-19, termasuk kepada Anies.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/4gbWV
- https://www.instagram.com/tv/CBGMIBCg_7t/
- http://eng.cac2020.or.kr/niabbs5/inc.php?inc=daypro
- https://www.prnewswire.co.uk/news-releases/seoul-suggests-creating-an-international-organization-among-world-cities-to-combat-the-pandemic-892131054.html
- https://www.tvonenews.com/channel/tvonenews/13037-anies-jadi-pembicara-utama-di-forum-cities-against-covid-19-global-summit-2020-tvone
- https://www.viva.co.id/berita/metro/1220792-anies-jadi-pembicara-utama-dalam-forum-internasional-covid-19
(GFD-2020-8128) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Fenomena Terdamparnya Ribuan Ikan di Video Ini Terjadi di Bali?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 10/06/2020
Berita
Video yang memperlihatkan fenomena terdamparnya ribuan ikan di sebuah pantai beredar di Twitter. Video ini diunggah pertama kalo oleh akun @Canda_Bisnis2 pada 9 Juni 2020. Menurut narasi yang ditulis oleh akun tersebut, peristiwa dalam video itu terjadi di Bali.
Dalam video berdurasi 1 menit 14 detik ini, terlihat sejumlah warga yang tengah mengambil ikan-ikan yang terdampar itu. Beberapa di antaranya bahkan memakai mobil pick-up untuk membawa ikan-ikan tersebut. Dalam video itu, juga tercantum tulisan "ikan ini terjadinya di pantai bali".
Namun, tidak terdengar secara jelas dialog serta bahasa yang dipakai oleh orang-orang dalam video tersebut. Adapun akun @Canda_Bisnis2 menulis narasi sebagai berikut: "Lo kenapa tuh ikannya di Bali pada mati ke pinggir pantai?"
Dalam cuitannya, akun ini pun me-mentionakun milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @BNPB_Indonesia. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 165 ribu kali, di-retweetlebih dari 500 kali, dan disukai lebih dari 2.200 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @Canda_Bisnis2.
Apa benar fenomena terdamparnya ribuan ikan dalam video di atas terjadi di Bali?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle. Lewat cara ini, ditemukan beberapa situs dan kanal YouTube yang menyebut peristiwa dalam video itu terjadi di pantai Acapulco, Meksiko. Ada pula yang menyebut video itu direkam di Venezuela pada awal April 2020.
Lewat petunjuk-petunjuk tersebut, Tempo melakukan pencarian lebih lanjut di YouTube dan Google memakai berbagai kata kunci dalam bahasa Spanyol. Hasilnya, di YouTube, video tersebut telah lebih dulu diunggah oleh beberapa kanal dengan konten berbahasa Spanyol yang memberi keterangan bahwa peristiwa itu terjadi di Venezuela.
Situs media Ululeo misalnya, mengunggah video tersebut di situs serta kanal YouTube -nya pada 6 April 2020. Situs ini memberikan judul pada video itu yang terjemahannya berbunyi "Ajaib: Ribuan ikan membanjiri pantai Venezuela (video)". Adapun dalam keterangannya, situs ini menulis bahwa terjadi fenomena yang mengesankan di pantai-pantai Venezuela di mana ribuan ikan terdampar sehingga dapat dikumpulkan secara massal.
Ululeo pun mengunggah sejumlah video nelayan dan warga yang berlomba-lomba mengumpulkan ikan yang terdampar di pantai-pantai Venezuela itu. Dari unggahan-unggahan ini, diketahui bahwa video yang dibagikan oleh akun @Canda_Bisnis2 diambil di Choroni, Aragua. Selain di Choroni, peristiwa terdamparnya ikan tersebut juga terjadi di Juan Griego, Coro, serta La Guaira.
Keterangan yang sama juga ditulis oleh kanal YouTube Tetova News pada 25 April 2020. Kanal ini mengunggah video yang merupakan gabungan dari dua video di mana video pertamanya adalah video yang dibagikan oleh akun @Canda_Bisnis2. Tetova News menjelaskan bahwa peristiwa dalam video pertama terjadi di Choroni.
Berikut keterangan yang ditulis oleh Tetova News, memberikan keterangan: "Ikan-ikan itu berlipat ganda di pantai Aragua serta memberikan 12 ton cataco dan sarden kepada para nelayan Choroni. 'Ini adalah berkah dari laut, pada saat-saat kritis seperti ini,' kata Normalia Davila de Torrence, Presiden Kamar Dagang Ocumare de la Costa."
Sementara video kedua diambil di pantai Acapulco, Meksiko. Dalam video ini, terlihat bahwa jumlah ikan yang terdampar di pantai tidak sebanyak yang ada di Venezuela. "Di tengah krisis epidemi yang telah menyebabkan ribuan orang menganggur, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di Pantai Acapulco, Guerrero. Ratusan ikan keluar dari laut dan hanyut ke pantai," demikian keterangan Tetova News.
Dalam keterangannya, Tetova News juga menulis, "Menurut Direktur Promotor dan Administrator Pantai di Acapulco, Sabas Arturo de la Rosa Camacho, peristiwa itu tampaknya bukan terjadi karena kurangnya oksigen dalam air laut, melainkan bagian dari siklus hidup. Ikan kembung mendekati pantai untuk mencoba memakan ikan sarden kecil."
Tempo membandingkan kembali video terdamparnya ikan tersebut yang diambil di Venezuela dan Meksiko. Di situs Noticieros Televisa, dimuat sebuah potongan video kejadian di Meksiko yang sama dengan yang diunggah oleh kanal Tetova News. Situs itu menulis bahwa peristiwa terdamparnya ikan di pantai Acapulco itu terjadi pada 20 April 2020.
“Sebuah video yang tidak biasa yang telah banyak dibicarakan di jejaring sosial menunjukkan bagaimana pantai Acapulco dipenuhi ikan hidup. Tanpa diduga, Senin lalu, 20 April, ratusan ikan terdampar di Pantai Pie de la Cuesta di Acapulco, Guerrero,” demikian keterangan yang ditulis oleh situs Noticieros Televisa.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa fenomena terdamparnya ribuan ikan dalam video di atas terjadi di Bali adalah klaim yang keliru. Fenomena ini pun tidak terjadi di Meksiko. Video tersebut memperlihatkan peristiwa terdamparnya ikan di Choroni, Aragua, Venezuela, pada awal April 2020. Fenomena yang mirip memang terjadi di Meksiko, namun pada 20 April 2020. Video yang merekam reaksi warga terhadap kejadian itu pun sangat berbeda.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://web.archive.org/web/20200610055856/
- https://twitter.com/Canda_Bisnis2/status/1270144028613337088
- https://ululeo.com/milagroso-miles-de-peces-inundan-la-orilla-de-las-playas-de-venezuela-videos/
- https://www.youtube.com/watch?v=WjXlHU3vOHo
- https://noticieros.televisa.com/historia/video-peces-vivos-salen-del-mar-en-acapulco/
(GFD-2020-8127) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Uang yang Dibuang Pasien Kanker Karena Frustasi Tak Bisa Sembuh?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 10/06/2020
Berita
Foto-foto yang memperlihatkan uang yang berserakan di lantai koridor sebuah gedung beredar di media sosial. Uang dalam foto-foto itu diklaim sebagai uang milik pasien kanker yang dibuang karena frustasi dokter tidak bisa menyelamatkan hidupnya.
Dalam salah satu foto, terlihat seorang pria yang mengenakan jubah dokter berwarna putih. Ada pula pria lainnya yang mengenakan pakaian perawat. Salah satu akun di Facebook yang membagikan foto-foto tersebut adalah akun Rumah Idaman Kita, yakni pada 9 Juni 2020.
Adapun narasi lengkap yang ditulis oleh akun itu adalah sebagai berikut:
" KETIKA HARTA BUKANLAH SEGALANYA "
Foto ini diambil di rumah sakit Harbin (Tiongkok), seorang pasien kanker membawa tas penuh uang meminta dokter menyelamatkan hidupnya dan dia punya banyak uang untuk membayarnya ...
Tapi dokter bilang dia tak bisa melakukan apapun karena kankernya sudah stadium akhir ..
Dia begitu marah dan frustasi sehingga ia melemparkan uang di seluruh koridor rumah sakit.
Sambil berteriak : " Apa gunanya memiliki uang ....!!! " apa gunanya memiliki uang !!!!.
Uang tidak dapat memiliki kesehatan , uang tidak dapat membeli waktu , uang tidak dapat membeli kehidupan..
Sungguh pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan, beramal kebaikan demi bekal menuju akhirat dan berdoa, supaya umur kita bermanfaat meskipun pendek ataupun panjang ....
Yang berkata aamiin semoga dijauhkan dari sgala jenis sakit penyakit.. aamiin
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Rumah Idaman Kita.
Apa benar foto di atas adalah foto uang yang dibuang pasien kanker karena frustasi dokter tidak bisa menyelamatkan hidupnya?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri foto-foto itu denganreverse image toolSource, Google, Yandex, dan TinEye. Hasilnya, ditemukan bahwa peristiwa dalam foto-foto di atas memang terjadi di sebuah rumah sakit di Harbin, Cina. Namun, pemilik uang tersebut bukanlah pasien kanker. Foto-foto ini juga telah beredar di internet sejak 2014.
Salah satu situs yang pernah memuat foto-foto tersebut adalah situs News.qq.com, yakni pada 5 Juli 2014. Foto-foto itu terdapat dalam sebuah artikel yang ditulis dalam bahasa Tionghoa yang jika diterjemahkan berbunyi "Pria dengan jutaan uang tunai menghancurkan kekasihnya".
Ada empat foto yang dimuat dalam artikel tersebut. Menurut artikel ini, yang mengutip keterangan dari seorang dokter di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Harbin II, peristiwa itu terjadi pada 3 Juli 2014 di koridor ruang gawat darurat Rumah Sakit Universitas Kedokteran Harbin I.
Menurut pihak rumah sakit yang diwawancarai wartawan, peristiwa tersebut melibatkan seorang perawat wanita yang bertengkar dengan seorang pria karena masalah pribadi. Walaupun banyak uang yang berserakan di lantai, tidak ada insiden perebutan uang.
Peristiwa tersebut juga diberitakan oleh situs Shanghaiist.com dengan judul "Seorang pria melemparkan 1 juta RMB kepada mantan pacarnya dalam sebuah pertengkaran di rumah sakit". RMB merupakan singkatan dari Renminbi atau Yuan, mata uang Cina.
Menurut artikel itu, pria yang sudah menikah tersebut melemparkan 1 juta RMB kepada mantan pacarnya, seorang perawat di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Harbin, karena ia menerima sebuah mobil BMW baru dari pacarnya yang sekarang.
Seorang petugas rumah sakit mengatakan kepada wartawan bahwa keduanya bertengkar di luar ruang gawat darurat sebelum insiden pelemparan uang tersebut. Untungnya, penjaga keamanan dapat meredakan situasi itu, meskipun tidak diketahui apa yang terjadi pada uang tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto uang yang dibuang pasien kanker karena frustasi dokter tidak bisa menyelamatkan hidupnya, menyesatkan. Foto itu merupakan foto sebuah peristiwa yang terjadi di rumah sakit di Harbin, Cina, pada 3 Juli 2014. Uang dalam foto itu dilemparkan oleh seorang pria yang bertengkar dengan mantan pacarnya, seorang perawat di rumah sakit itu, karena ia menerima sebuah mobil BMW baru dari pacarnya yang sekarang.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8126) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Jenazah di Video Ini adalah Pasien Covid-19 yang Organ Dalamnya Telah Diambil?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 09/06/2020
Berita
Video yang memperlihatkan jenazah seorang pria dengan jahitan di bagian perut hingga dadanya beredar di YouTube dan Facebook. Jenazah dalam video itu diklaim sebagai pasien Covid-19 yang seluruh organ dalamnya telah diambil hingga tak bersisa.
Di YouTube, video itu diunggah oleh kanal SEMUA ADA DI SINI pada 7 Juni 2020. Video tersebut diberi judul "Di Balik Covid-19/Corona Ternyata Isi Nya Sudah Habis". Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 34 ribu kali.
Video itu pun dibagikan ke Facebook. Salah satu akun yang mengunggahnya adalah akun Baco Puraga, yakni pada 8 Juni 2020. Di Facebook, terlihatthumbnailvideo ini yang diberi narasi "Setelah Di Buka Peti Yang Katanya Terkenak Covid-19/Corona Ternyata Dalam Nya Ludes".
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Baco Puraga.
Apa benar jenazah dalam video di atas adalah pasien Covid-19 yang organ dalamnya telah diambil?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar video itu, kemudian menelusurinya denganreverse image toolYandex. Lewat penelusuran ini, ditemukan bahwa video itu pernah diunggah oleh kanal YouTube GG Langkat Chanell pada 27 November 2018.
Video tersebut diberi keterangan, "Sebuah rumah sakit melakukan kejahatan dengan mengambil organ tubuh dari mayat yg di otopsi, keluarga mengamuk dan tidak terima. Seramm!!!! yang gak nonton rugi. Hati hati buat keluarga Anda kalau di otopsi jangan di kasi."
Berdasarkan petunjuk tersebut, Tempo melakukan pencarian dengan kata kunci "rumah sakit organ otopsi 2018". Lewat pencarian ini, ditemukan bahwa video tersebut juga pernah diunggah oleh kanal YouTube Tribunnews.com pada 22 April 2018 dengan judul "Keluarga Ngamuk dan Histeris di Ruang Jenazah RS Kandou Malalayang, Minta Organ Dalam Dikembalikan".
Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu diunggah secara langsung oleh akun Facebook Gerry Marchell Maramis Rey pada 22 April 2018 dini hari. Peristiwa dalam video tersebut terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kandou Malalayang, Manado.
Dilansir dari Akurat.com, jenazah dalam video itu adalah Jecky Geraldy Payow, 21 tahun, warga Desa Mariri Lama, Kecamatan Poigar, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Dalam video tersebut, terlihat keributan saat keluarga menyaksikan jahitan di perut hingga dada jenazah.
Keributan itu terjadi karena keluarga tidak terima dengan otopsi yang dilakukan rumah sakit terhadap Jecky yang merupakan korban penikaman. Menurut mereka, otopsi dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga. Bahkan, salah satu dari mereka meminta dokter mengembalikan organ dalam jenazah.
Dikutip dari iNews.id, Humas RSUP Kandou Malalayang, Meike Dondokambey, mengatakan bahwa rumah sakit telah melakukan tugas sesuai prosedur yang berlaku. Menurut dia, otopsi dilakukan oleh rumah sakit atas permintaan kepolisian setempat.
Meike mengatakan jenazah Jecky diotopsi karena merupakan korban pembunuhan. Hal ini merupakan kewajiban rumah sakit yang telah diatur dalam undang-undang. "Kami diminta pihak kepolisian, dan hasil otopsi juga bakal diserahkan ke polisi," ujar Meike seperti dilansir dari Tribunnews.com.
Terkait bekas jahitan di perut korban, kata Meike, adalah bekas otopsi. Dia pun menyatakan tidak ada pencurian organ seperti isu yang berkembang. "Hanya ada otopsi, dan otopsi yang kami lakukan sesuai prosedur, tak ada pengambilan organ," tuturnya.
Kepala Polresta Manado, Komisaris Besar FX Surya Kumara mengatakan otopsi jenazah korban pembunuhan di Malalayang, yakni Jecky, sudah dilakukan sesuai dengan prosedur. Mengenai persetujuan dari keluarga, menurut Surya, sudah ada. "Pastilah," ujar Surya pada 22 April 2018.
Adapun dokter forensik RSUP Kandou Malalayang, Jemmy Tomuka, menyatakan tidak pernah ada penjualan organ manusia jika yang diotopsi sudah tidak bernyawa. "Tidak ada orang yang telah meninggal diambil organnya untuk dipakaikan ke orang yang masih hidup," tuturnya seperti dikutip dari iNews.id.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa jenazah dalam video di atas adalah pasien Covid-19 yang organ dalamnya telah diambil menyesatkan. Video itu merupakan video yang direkam pada April 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 pada akhir Desember 2019. Jenazah dalam video itu merupakan korban pembunuhan. Jahitan di perut hingga dada jenazah merupakan bekas otopsi. Pihak rumah sakit yang mengotopsi jenazah tersebut membantah bahwa ada pencurian organ.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/ixwDL
- http://archive.ph/QoNb4
- https://www.youtube.com/watch?v=TVNE8Pq-4QQ
- https://www.youtube.com/watch?v=GMcBvSEISoM
- https://akurat.co/id-204557-read-tak-terima-autopsi-keluarga-korban-penikaman-minta-organ-dalam-dikembalikan-
- https://regional.inews.id/berita/viral-video-keluarga-korban-pembunuhan-marah-dan-rusak-ruang-jenazah
- https://jabar.tribunnews.com/2018/04/23/keluarga-korban-pembunuhan-mengamuk-di-ruang-jenazah-minta-organ-dalam-dikembalikan?page=all
- https://regional.inews.id/berita/viral-video-keluarga-korban-pembunuhan-marah-dan-rusak-ruang-jenazah
Halaman: 5155/6604