• (GFD-2021-8711) Keliru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sengaja Menyebarkan Varian Baru Virus Corona

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/07/2021

    Berita


    Narasi yang mengklaim varian baru virus Corona sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University diunggah di Facebook, 26 Juli 2021. Unggahan itu memuat tabel dalam bahasa Spanyol berisi nama strain, daftar peluncuran serta logo tiga organisasi tersebut. 
    Unggahan itu kemudian diikuti dengan narasi: “Jadwal virus varian baru yang bakal disebar. Mereka sengaja sebar virus di tambah menggunakan propaganda ketakutan media. Sampe (sampai, red) kita semua mau suntik pakcin (vaksin, red) yang sebenarnya bukan pakcin. Tapi senjata bio kimia.”Unggahan tersebut telah bagikan 119 kali dan mendapatkan komentar 89 kali.

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan, tidak ada bukti yang mengaitkan kemunculan varian baru Corona virus dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University. Munculnya varian baru adalah hasil mutasi secara alami virus. Tabel dalam unggahan tersebut mengambil seluruh alfabet dalam Yunani kuno, dengan beberapa abjad digunakan sebagai nama varian baru SARS-Cov-2.
    Dikutip dari BBC, penggunaan alfabet Yunani secara resmi digunakan pada 31 Mei 2021. Hal itu bertujuan untuk menghilangkan stigma dari nama-nama varian baru yang sebelumnya diidentikkan dengan negara tertentu. Selain itu, penamaan dengan alfabet Yunani lebih mudah digunakan dibandingkan dengan nama asli sainsnya.Dalam laman resminya, John Hopkin University justru menjelaskan bahwa munculnya varian virus terjadi ketika ada perubahan atau mutasi pada gen virus. Hal ini merupakan sifat virus RNA seperti virus corona yang dapat berevolusi dan berubah secara bertahap. Perbedaan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik. Akan tetapi mutasi pada virus, termasuk virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19, bukanlah hal baru atau tidak terduga. Semua virus RNA bermutasi dari waktu ke waktu, beberapa bahkan lebih dari yang lain. Misalnya, virus flu yang sering berubah. 
    WHO dalam laporannya pada 25 Januari 2021, menjelaskan, evolusi pada virus merupakan sesuatu yang wajar terjadi sehingga memunculkan varian baru dari virus aslinya.  Mutasi tersebut dapat mengakibatkan virus menjadi lebih cepat menular, meningkatkan keparahan penyakit atau mempengaruhi kemanjuran diagnostik, terapeutik atau vaksin. 
    Selain itu, Tempo menemukan tanggal ditemukannya varian baru virus Corona dalam tabel tidak akurat. Varian Delta misalnya, yang tertulis diluncurkan pada Juni 2021. Padahal varian ini ditemukan pertama kali di India pada Oktober 2020, menurut laporan Deutsche Welle (DW), Jerman.Kemudian varian Kappa, menurut Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, virus ini pertama kali teridentifikasi di India pada Desember 2020. Sementara dalam unggahan, tertulis Desember 2021. 
    Varian Eta, diidentifikasi pertama di Inggris dan Nigeria pada Desember 2020. Bukan pada September 2021, seperti dalam tabel.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan narasi yang mengklaim varian baru virus Corona sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University, adalah keliru. Tempo menemukan ketidakakuratan antara pertama kali varian baru diidentifikasi dengan tanggal yang tertulis di tabel. Selain itu, mutasi virus Corona yang memunculkan varian baru adalah hal alami seperti pada virus RNA lainnya. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8710) Sesat, Klaim Video Aksi Turunkan Jokowi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/07/2021

    Berita


    Sesat, Klaim Video Aksi Turunkan JokowiSejumlah video di Youtube yang diklaim demo turunkan Jokowi, diunggah sejumlah akun sejak Sabtu 24 Juli 2021. Video tersebut beredar di tengah ajakan di berbagai media sosial untuk aksi nasional Jokowi Endgame pada Sabtu lalu.
    Video pertama yangditemukan Tempo adalah video berjudul 'Demo Turunkan Jokowi! Ribuan Personel Berhasil Pukul Mundur Para Perusuh'. Video berdurasi 8 menit itu berisi kolase beberapa video pendek aksi demonstrasi, pernyataan Dosen Universitas Indonesia Ade Armando dan Ridwan Kamil.
    Dalam pernyataannya, Ade Armando menyinggung soal politisi busuk yang berada di belakang seruan aksi Jokowi Endgame. 
    Video kedua berjudul Gabungan Ormas HIT-FPI Mainkan Demo di Depan Gedung Istana Turunkan Jokowi. Video berdurasi sekitar 5 menit ini berisi aksi longmarch peserta aksi. 

    Hasil Cek Fakta


    Dari penelusuran Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan bahwa dua video tersebut bukan aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Presiden Jokowi di depan gedung Istana pada Sabtu 24 Juli 2021. Gabungan video tersebut adalah aksi demonstrasi menolak PPKM di Bandung, Jawa Barat.
    Pada video Youtube pertama, Tempo mendapatkan petunjuk pada menit 1:35 yang menunjukkan gerbang bertuliskan Pemerintah Kota Bandung. Selain itu pada poster-poster yang dipegang peserta aksi, tertulis protes terhadap pemberlakuan PPKM. Dengan petunjuk itu, Tempo mengecek sejumlah video pemberitaan media massa tentang aksi penolakan PPKM di Bandung.
    Pada video Youtube pertama, Tempo menemukan beberapa bagian sama dengan video dari Kompas TV Demo Tolak Perpanjangan PPKM Darurat Berakhir Ricuh, 173 Orang Ditangkap Polisi yang tayang 22 Juli 2021. Bagian yang sama itu terdapat pada menit 1:08 dan 1:24.
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai Aksi Turunkan Jokowi di Youtube (kiri), Video yang pernah diunggah Kompas TV (kanan)Kemudian pada video Youtube kedua, Tempo mendapatkan petunjuk nama toko IndoJaya Bangunan yang terlihat saat para peserta aksi mengendarai motornya. Melalui google maps, IndoJaya Bangunan tersebut beralamat di Kelurahan Braga, Kota Bandung.
    Dengan pencarian yang sama pada video pemberitaan media, Tempo menemukan bahwa video tersebut identik dengan video menit 1:24 yang dimuat oleh kanal Youtube Viva.co.id, berjudul Mahasiswa, Ojol dan Pedagang Demo di Kantor Balai Kota Bandung Tolak PPKM Diperpanjang pada 21 Juli 2021.
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai Aksi Turunkan Jokowi di Youtube
    Dilansir dari Liputan6.com, aksi meminta penghentian PPKM Darurat di depan kantor Balai Kota Bandung tersebut berlangsung pada Rabu 21 Juli 2021. Aksi itu untuk mengkritik pelaksanaan PPKM yang merugikan masyarakat seperti pedagang. Sementara jumlah bantuan dari Pemkot Bandung dianggap tidak cukup untuk keluarga pedagang.Selain mahasiswa, aksi itu juga diikuti oleh driver ojek online.
    Aksi Jokowi Endgame
    Sementara, rencana aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Jokowi pada Sabtu 24 Juli 2021 di sekitar Istana Merdeka, Jakarta Pusat, batal. Dikutip dari arsip pemberitaan Tempo, Hanya ada enam orang yang datang di lokasi dan mereka kemudian ditangkap oleh polisi.Sebelumnya dalam poster ajakan demonstrasi yang tersebar, para pengemudi ojek online beserta masyarakat diharapkan turun ke jalan untuk menolak penerapan PPKM. Massa rencananya akan melakukan long march dari Glodok menuju Istana Negara.
    "Mengundang seluruh elemen masyarakat! Untuk turun ke jalan menolak PPKM dan menghancurkan oligarki istana beserta jajarannya." Begitu imbauan di poster aksi Jokowi End Game itu. Poster itu menyertakan logo beberapa aplikator ojek online serta aliansi mahasiswa dan persatuan pedagang sebagai peserta aksi.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, dua video yang diklaim demo turunkan Jokowi pada Sabtu 24 Juli 2021 adalah menyesatkan. Video tersebut tidak terkait dengan aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Jokowi seperti seruan sejumlah poster digital di media massa. Video yang ditampilkan adalah terkait dengan demo penolakan PPKM di Bandung pada Rabu 21 Juli 2021.
    Tim CekFakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8709) Keliru, Klaim Tempat Tidur Atlet Olimpiade Tokyo Dibuat dari Kardus untuk Mencegah Seks Bebas

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/07/2021

    Berita


    Sebuah unggahan foto tempat tidur atlet olimpiade di Tokyo, Jepang, yang terbuat dari kardus diklaim sengaja diterapkan panitia untuk mencegah seks bebas antar atlet. Unggahan ini beredar di tengah pelaksanaan olimpiade Tokyo dengan menyertakan  dua gambar ini beredar di Instagram. Gambar pertama adalah tempat tidur single yang lengkap dengan kasur dan bantal terbungkus seprei rapi. Gambar kedua, menampilkan rangka tempat tidur yang terbuat dari karton/kardus.
    Foto tersebut diunggah akun ini pada 22 Juli 2021 dengan menambahkan deskripsi berikut, “Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengingatkan para atlet agar tidak melakukan hubungan seks antar-atlet selama gelaran olahraga terbesar tersebut."
    Bahkan, akun ini menyantumkan narasi yang dilansir New York Post yang menyebutkan, tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Untuk memastikan para atlet tidak berhubungan intim di wisma, panitia menyiapkan 18.000 tempat tidur berbahan kardus di Tokyo Olympic Village. “Tempat tidur yang akan dipasang di Tokyo Olympic Village terbuat dari kardus, ini bertujuan untuk menghindari hubungan intim di antara para atlet,” ujar pelari jarak jauh Amerika Serikat, Paul Chelimo di akun Twitternya.  
    "Melihat tempat tidur yang terbuat dari kardus tersebut, tak ayal membuat netizen mempertanyakan ketahanannya. Untuk membuktikan, atlet senam dari Irlandia, Rhys Mcclenaghan, melompat-lompat di atas tempat tidurnya. Ternyata, tempat tidur tersebut sangat kokoh meskipun terbuat dari kardus. Tempat tidur "antisex" tersebut tidak hancur sekalipun ditimpa benda berat berkali-kali. Seperti biasa, panitia juga membagikan kondom kepada atlet. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak Olimpiade 1988. Tahun, ini jumlah kondom yang dibagikan sekitar 160 ribu. Angka ini turun drastis dibandingkan Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil, dimana panitia membagikan 450 ribu kondom kepada para atlet. Olimpiade Tokyo akan dimulai dari Jumat (23/07/2021) dan berakhir pada Minggu (08/08/2021),” seperti dikutip dari deskripsi yang ditulis skun ini.
    Hingga artikel ini dimuat, unggahanya telah disukai 1,3 ribu kali.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri unggahan foto tersebut dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex. Hasilnya diketahui foto tersebut identik dengan foto yang diunggah salah satu atlet pelari Olimpiade asal Amerika Serikat, Paul Chelimo di twitter pada 17 Juli 2021. 
    Pada unggahannya Paul menuliskan narasi “Wisma Atlet Olimpiade Tokyo menggunakan kasur dari bahan kardus. Bahab dari kardus dipilih untuk menghindari intimacy di antara para atlet saat di dalam kamar. Kasur tersebut diklaim dapat menahan beban satu orang. Hal ini diharapkan dapat menghindari adanya situasi di luar aktivitas olahraga. Saya melihat tak ada masalah bagi pelari jarak jauh, bahkan 4 orang bisa (berada di atasnya).
     Dilansir dari ESPN, tempat tidur yang dimaksud tersebut merupakan tempat tidur buatan perusahaan Jepang, Airweave. Pada Olimpiade tahun ini,  Airweave menyediakan 18 ribu tempat tidur berbahan "kardus ringan dengan ketahanan tinggi" untuk atlet Olimpiade dan 8 ribu tempat tidur untuk Paralimpiade dengan desain yang sedikit berbeda. 
    Seperti dilansir, Inside the Games, tempat tidur ini akan didaur ulang menjadi produk kertas setelah Olimpiade menjadi produk baru. Hal ini akan menjadi yang pertama dalam sejarah Olimpiade dimana kebutuhan atlet dibuat hampir seluruhnya dari bahan terbarukan.
    Menurut Takashi Kitajima, penyelenggara Olimpiade Tokyo yang bertanggung jawab atas Wisma Atlet menjelaskan, tujuan dari tempat tidur kardus adalah untuk memberikan kenyamanan bagi para atlet sekaligus menjalankan misi sustainability yang merupakan salah satu tema utama Olimpiade. 
    "Tempat tidur akan didaur ulang menjadi produk kertas setelah Olimpiade, sementara matras akan didaur ulang menjadi produk plastik baru. Ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade dan Paralimpiade bahwa semua tempat tidur dan matrasnya hampir seluruhnya terbuat dari bahan terbarukan." kata Takashi, seperti dilansir dari USA Today.
    Dilansir dari TEMPO,  Komite Olimpiade Internasional (IOC) sengaja membuat ranjang dari bahan kardus dan sudah mengaturnya agar hanya kuat menahan berat satu orang saja. Gerakan mendadak atau berat berlebih disebutkan akan membuat ranjang itu runtuh. Pengaturan seperti itu dibuat tak lepas dari kepentingan pencegahan penyebaran virus pandemi. Untuk mencegah agar tak ada dua insan yang berdekatan dan melanggar prinsip "jaga jarak" di atas tempat tidur. 
    Dikutip dari cekfakta Newsweek, Pada hari Minggu, pesenam Irlandia Rhys McClenaghan bahkan mendokumentasikan dirinya berulang kali melompat di tempat tidur di dalam Wisma Atlet Olimpiade Tokyo untuk membantah klaim Paul Chelimo.
    "Dalam episode berita palsu hari ini di Olimpiade, tempat tidur dibuat 'anti-seks'," kata McClenaghan sambil melangkah di atas tempat tidur. "Ini benra terbuat dari karton, tetapi tampaknya desainnya tidak mudah rusak meski ada pergerakan yang tidak terduga saat (atlet) beristirahat," ujar pesenam itu sambil melompat-lompat dengan penuh tenaga.
    "Itu palsu. Berita palsu." Video McClenaghan yang berdurasi 14 detik ini telah dilihat lebih dari 820.000 kali sejak diposting ke Twitter pada hari Minggu. Video debunk McClenaghan ini juga mendapat apresiasi akun resmi Olympics.
    Akun Twitter resmi Olimpiade Tokyo Jepang, juga membantah tempat tidur atlet Olimpiade tak kuat menahan beban dan berterima kasih kepada McClenaghan karena telah menghentikan perdebatan. "Terima kasih telah menyanggah mitos tersebut. Anda mendengarnya langsung dari pesenam Tim Irlandia Rhys McClenaghan - tempat tidur kardus yang berkelanjutan kokoh!" seperti dikutip dari akun resmi twitter Olympics.  

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa  tempat tidur atlet Olimpiade Tokyo, Jepang, terbuat dari kardus untuk mencegah seks bebas adalah keliru. Takashi Kitajima, penyelenggara Olimpiade Tokyo yang bertanggung jawab atas Wisma Atlet mengatakan, tujuan penggunaan kardus untuk tempat tidur atlet merupakan bagian dari aplikasi  tema utama Olimpiade, yakni menggunakan bahan terbarukan. Komite Olimpiade Internasional ( IOC ) bahkan menegaskan sengaja membuat ranjang dari bahan kardus dan mengaturnya untuk satu orang untuk kepentingan pencegahan penyebaran virus pandemi. Bahan tempat tidur itu nantinya juga didaur ulang menjadi produk kertas setelah Olimpiade, sementara komponen matrasnya didaur ulang menjadi produk plastik baru.
    TIM CEKFAKTA TEMPO 

    Rujukan

  • (GFD-2021-8708) Keliru, Berita Gadis Arab Saudi Meninggal Dunia Setelah Berhasil Menghafal Al-Quran

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/07/2021

    Berita


    Sebuah tautan berita menulis seorang gadis asal Arab Saudi meninggal dunia setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Quran pada Rabu 9 Mei 2019. Berita ini ditulis dengan judul “Innalillahi, gadis ini meninggal tadi malam setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur'an, semoga Husnul Khotimah” dan dipublikasikan pada 15 Juli 2021. 
    Dalam berita tersebut, gadis asal Arab Saud i yang meninggal dunia itu disebutkan berusia 15 tahun dan meninggal sehari sebelum ia mendapatkan penghargaan dari sekolahnya karena berhasil menghafal seluruh isi Alquran. Sebelum wafat, gadis yang berasal dari Ibukota Riyadh itu mengatakan kepada orang tuanya, bila hafalan 30 juz Al-Quran adalah mahkota yang ingin diberikan di atas kepala kedua orang tuanya. 
    "Sejatinya, Rabu (9/5) kemarin, ia bakal mendapat penghargaan atas prestasinya tersebut. Tapi, Selasa sore ia dilarikan ke rumah sakit karena demam tinggi dan sekujur tubuhnya mati rasa, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia."
    Tangkapan layar artikel yang memuat berita berjudul gadis Arab Saudi meninggal dunia setelah berhasil menghafal Al-Quran

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri foto gadis yang menjadi berita pada tautan tersebut dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya ditemukan, foto tersebut identik dengan foto Aisyah Bahar, 23 tahun, gadis asal Makassar, Sulawesi Selatan yang meninggal pada Kamis, 04 Januari 2018. 
    Dilansir dari solopos.com, Aisyah Bahar merupakan alumni mahasiswa Peternakan Universitas Hasanudin Makasar. Ia meninggal dunia pada Kamis, 4 Januari 2018 di kediamannya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 
     Menurut pengakuan ayah Aisyah, Andi Bahar Jufri, sebelum meninggal, putrinya sempat salat malam dan makan sahur untuk berpuasa sunah Senin-Kamis. Bahkan saat waktu Subuh Aisyah menyempatkan diri pergi ke masjid. Sepulang dari masjid, Aisyah mengaji, saat itulah Aisyah meninggal dunia di hadapan ayahnya. 
    Dikutip dari Liputan6.com, Aisyah Bahar akrab disapa Ica itu tercatat sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin angkatan 2012. Ia telah dinyatakan lolos CPNS tahun 2017 dan diterima bekerja di Laboratorium Reproduksi Ternak Universitas Hasanudin Makasar. Sebelum meninggal, Aisyah sempat mengeluh sakit di bagian kepalanya. "Sudah kita bawa ke dokter tapi tidak ada diagnosa apa-apa,"kata Andi Bahar Jufri ayah dari Aisyah Bahar. 
    Aisyah sendiri kini telah dimakamkan di pekuburan keluarga Lembaga Dakwah Islam Indonesia ( LDII ) Moncongloe, Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 4 Januari 2017 sekitar pukul 16.30 Wita.
    "Sengaja dimakamkan di sana, Kita mengikuti tradisi LDII. Jika rumah kita dekat dari pemakaman keluarga LDII, maka kita harus dikuburkan di situ," ujar Rahma salah satu kerabat Ica. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, tautan berita yang menulis dan mengunggah foto seorang gadis asal Arab Saudi meninggal dunia setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Quran pada Rabu, 9 Mei 2019 adalah Keliru. Foto gadis itu diketahui merupakan Aisyah Bahar, 23 tahun, perempuan  asal Makassar, Sulawesi Selatan yang meninggal pada Kamis, 04 Januari 2018. Aisyah merupakan alumni mahasiswa Peternakan Universitas Hasanudin Makasar.
    Ia meninggal dunia saat membaca Al-Quran di hadapan ayahnya. Sebelum meninggal Ia sempat mengeluh sakit dibagian kepalanya. Kini telah dimakamkan di pekuburan keluarga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Moncongloe, Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 4 Januari 2017 sekitar pukul 16.30 Wita.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan