Akun NyaiBack (@CintaNKRI08) mengunggah sebuah video Bimbim Slank mengucapkan selamat ulang tahun. Dalam narasi penyertanya akun tersebut mengaitkan video Bimbim dengan komunisme dan PKI.
Berikut kutipan narasinya:
“Selama Dirimu Mimpin Jow @jokowi. Semua Terang Benderang Ttg Komunisme , Salah Satu Pndukung setia mu Mantan pemakai Narkoba ,ternyata Saya Tahu siapa dia sekarang ? #RakyatKompakTumpasPKI”
(GFD-2020-3998) [SALAH] Video Bimbim Slank Komunisme/PKI
Sumber: twitter.comTanggal publish: 23/05/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut tidak benar. Pencarian dilakukan dengan melihat ada logo bertuliskan “Boedoet” di video tersebut. Dari hasil pencarian ditemukan video serupa dari akun Boedoet 40 (@Boedoetcus).
Pada twit akun tersebut tanggal 21 Mei 2020 jam 4.30 terdapat narasi Bimbim mengucapkan ulang tahun kepada sekolah Boedi Oetomo. “Masih suasana #Boedoet112tahun. Kali ini ucapan selamat ulang tahun dari Bimbim slank,” twit akun @Boedoetcus.
Selain itu, akun Slank Band (@slankdotcom) memberikan klarifikasi terkait isi video tersebut. Dalam twitnya, akun tersebut menyatakan bahwa video tersebut ucapan selamat ulang tahun dari Bimbim Slank kepada sekolah Boedi Oetomo yang ke 112.
“Kita lurusin ya guys, di video ini #Bim2x ngucapin selamat hari jadi Boedoet yang diakhiri kalimat ‘peace always.’ Coba dengerin pelan-pelan, pakai headphone biar jelas. Nggak baik nyebarin fitnah/hoax, apalagi di bulan suci,” cuit akun @slankdotcom.
Pada twit akun tersebut tanggal 21 Mei 2020 jam 4.30 terdapat narasi Bimbim mengucapkan ulang tahun kepada sekolah Boedi Oetomo. “Masih suasana #Boedoet112tahun. Kali ini ucapan selamat ulang tahun dari Bimbim slank,” twit akun @Boedoetcus.
Selain itu, akun Slank Band (@slankdotcom) memberikan klarifikasi terkait isi video tersebut. Dalam twitnya, akun tersebut menyatakan bahwa video tersebut ucapan selamat ulang tahun dari Bimbim Slank kepada sekolah Boedi Oetomo yang ke 112.
“Kita lurusin ya guys, di video ini #Bim2x ngucapin selamat hari jadi Boedoet yang diakhiri kalimat ‘peace always.’ Coba dengerin pelan-pelan, pakai headphone biar jelas. Nggak baik nyebarin fitnah/hoax, apalagi di bulan suci,” cuit akun @slankdotcom.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim narasi tidak benar dan menyesatkan. Oleh sebab itu, konten twit Twitter tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1191274014538465/
- https://turnbackhoax.id/2020/05/23/salah-video-bimbim-slank-komunisme-pki/
- https://twitter.com/BoedoetCus/status/1263213876675440641
- https://twitter.com/slankdotcom/status/1263688773373538304
- https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/5b2XwJ6K-video-bimbim-slank-dikaitkan-dengan-pki-ini-faktanya
(GFD-2020-3997) [SALAH] “WHO: Pria berpenis besar lebih rentan tertular Covid-19”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 22/05/2020
Berita
Beredar unggahan Facebook mengutip tautan berita dan diklaim berasal dari BBC. Berita tersebut berjudul “WHO: Pria berpenis besar lebih rentan tertular Covid-19.”
Berikut kutipan narasinya:
Akun Facebook: “Masaaa?”
Kutipan tautan: “WHO: Pria berpenis besar lebih rentan tertular covid-19 – BBC-NEWS.US”
Berikut kutipan narasinya:
Akun Facebook: “Masaaa?”
Kutipan tautan: “WHO: Pria berpenis besar lebih rentan tertular covid-19 – BBC-NEWS.US”
Hasil Cek Fakta
Melalui hasil penelusuran, tautan yang dikutip dari unggahan Facebook tersebut adalah hasil rekayasa menggunakan laman thefakenewsgenerator[dot]com.
Tautan berita yang disebarkan tidak berisi sebuah berita, tetapi diarahkan ke laman thefakenewsgenerator[dot]com yang merupakan situs untuk membuat berita-berita palsu.
Berdasarkan pencarian melalui google reverse image search, berita palsu itu menggunakan gambar bendera WHO berasal dari berbagai laman salah satunya dari wikimedia.org.
Melalui situs resmi WHO, orang yang lebih berisiko terkena Covid-19 adalah orang dengan usia 60 tahun ke atas, tidak ada kaitannya dengan ukuran penis terhadap risiko tertular Covid-19.
Tautan berita yang disebarkan tidak berisi sebuah berita, tetapi diarahkan ke laman thefakenewsgenerator[dot]com yang merupakan situs untuk membuat berita-berita palsu.
Berdasarkan pencarian melalui google reverse image search, berita palsu itu menggunakan gambar bendera WHO berasal dari berbagai laman salah satunya dari wikimedia.org.
Melalui situs resmi WHO, orang yang lebih berisiko terkena Covid-19 adalah orang dengan usia 60 tahun ke atas, tidak ada kaitannya dengan ukuran penis terhadap risiko tertular Covid-19.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, unggahan Facebook tersebut mencantumkan tautan berita palsu dan masuk dalam Fabricated Content atau Konten Palsu.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2020/05/22/salah-who-pria-berpenis-besar-lebih-rentan-tertular-covid-19/
- https://www.suara.com/news/2020/05/19/144752/cek-fakta-benarkah-who-umumkan-pria-berpenis-besar-rentan-kena-covid-19
- https://www.who.int/westernpacific/emergencies/covid-19/information/high-risk-groups
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:World_Health_Organization_Flag.jpg
- https://bit.ly/36h4QAB
(GFD-2020-3996) [SALAH] Imbauan Walikota Solo, Kita Beli Tiket Kebun Binatang Jurug Karena Pengelola Sudah Tidak Sanggup Memberi Makan Binatang
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 22/05/2020
Berita
Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan bahwa Walikota Solo menghimbau untuk masyarakat agar membeli tiket Kebun Binatang Jurug dengan harga tiket masuk sebesar Rp20 ribu dapat digunakan kapan saja hingga akhir bulan September 2021. Sebab, pengelola Kebun Binatang Jurug tidak mampu memberi makan binatang yang ada di sana seperti Harimau, Singa, Buaya, dan lain sebagainya.
Berikut kutipan narasinya:
“Walikota Solo menghimbau, bukan paksaan, kita2 ikut beli ticket bonbin Jurug. Hrg nya per lembar 20rb. Bisa digunakan kapan aja, sp akhir 2021.Pengelola tdk sanggup memberi makan binatang2 bonbin, spt harimau, singa, buaya, dll, karena tdk ada pengunjung dimasa covid19 ini. Monggo daftar disini. Siapa menabur, besok akan menuai.”
Berikut kutipan narasinya:
“Walikota Solo menghimbau, bukan paksaan, kita2 ikut beli ticket bonbin Jurug. Hrg nya per lembar 20rb. Bisa digunakan kapan aja, sp akhir 2021.Pengelola tdk sanggup memberi makan binatang2 bonbin, spt harimau, singa, buaya, dll, karena tdk ada pengunjung dimasa covid19 ini. Monggo daftar disini. Siapa menabur, besok akan menuai.”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim tersebut tidak tepat. Dikutip dari laman Tribunnews.com Direktur Utama TSTJ, Bimo Wahyu Widodo membenarkan adanya program ajakan pembelian tiket kebun binatang untuk memenuhi biaya pakan satwa di obyek wisata yang ditutup pada masa pandemi virus corona ini.
Namun, Bimo tidak membenarkan pengelola tak sanggup memberi makan satwa. "Tidak benar kami tidak sanggup memberi pakan," ungkap Bimo kepada Tribunnews.com melalui WhatsApp, Jumat (15/5/2020). Bimo menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Solo telah membantu biaya makanan satwa.
"Pemkot Solo membantu pengadaan makanan satwa Rp100 juta per bulan, mulai Mei, Juni, Juli. Kebutuhannya Rp120 juta, yang Rp20 juta kami bikin program tersebut," ujar Bimo. TSTJ juga membuka donasi jika masyarakat ingin membantu pakan satwa. Bimo menyebut program ini dikerjakan dengan menggandeng stasiun radio swasta di Solo, Metta FM.
"Kami membuka donasi untuk pakan satwa dan penjualan tiket bekerjasama dengan Metta FM," ungkapnya. Lebih lanjut Bimo mengungkapkan jumlah satwa yang berada di TSTJ saat ini berjumlah 400 ekor dan dalam keadaan sehat.
Pemkot Solo dan TSTJ memberikan ajakan kepada masyarakat untuk membeli tiket Bonbin Jurug tersebut. Harga satu tiketnya sebesar Rp20 ribu. Tiket TSTJ bisa dibeli di kantor Radio Metta FM Solo.
Namun, Bimo tidak membenarkan pengelola tak sanggup memberi makan satwa. "Tidak benar kami tidak sanggup memberi pakan," ungkap Bimo kepada Tribunnews.com melalui WhatsApp, Jumat (15/5/2020). Bimo menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Solo telah membantu biaya makanan satwa.
"Pemkot Solo membantu pengadaan makanan satwa Rp100 juta per bulan, mulai Mei, Juni, Juli. Kebutuhannya Rp120 juta, yang Rp20 juta kami bikin program tersebut," ujar Bimo. TSTJ juga membuka donasi jika masyarakat ingin membantu pakan satwa. Bimo menyebut program ini dikerjakan dengan menggandeng stasiun radio swasta di Solo, Metta FM.
"Kami membuka donasi untuk pakan satwa dan penjualan tiket bekerjasama dengan Metta FM," ungkapnya. Lebih lanjut Bimo mengungkapkan jumlah satwa yang berada di TSTJ saat ini berjumlah 400 ekor dan dalam keadaan sehat.
Pemkot Solo dan TSTJ memberikan ajakan kepada masyarakat untuk membeli tiket Bonbin Jurug tersebut. Harga satu tiketnya sebesar Rp20 ribu. Tiket TSTJ bisa dibeli di kantor Radio Metta FM Solo.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut maka konten yang beredar di Whatsapp dapat masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2020/05/22/salah-imbauan-walikota-solo-kita-beli-tiket-kebun-binatang-jurug-karena-pengelola-sudah-tidak-sanggup-memberi-makan-binatang/
- https://www.kominfo.go.id/content/detail/26535/disinformasi-pengelola-kebun-binatang-jurug-solo-tidak-sanggup-memberi-makan-satwa/0/laporan_isu_hoaks
- https://www.tribunnews.com/regional/2020/05/16/pengelola-kebun-binatang-jurug-solo-bantah-tak-sanggup-beri-makan-satwa?page=all
- https://www.instagram.com/p/CAKgLwUhLFG/
- https://tasikmalaya.pikiran-rakyat.com/cek-fakta/pr-06384220/cek-fakta-benarkah-bonbin-tstj-solo-tak-sanggup-biayai-satwa-hingga-jual-tiket-tanpa-kunjungan
- https://headtopics.com/id/pengelola-kebun-binatang-jurug-solo-bantah-tak-sanggup-beri-makan-satwa-tribunnews-com-13059482
(GFD-2020-3995) [SALAH] Video Dokter Bule
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/05/2020
Berita
Beredar unggahan video melalui Facebook dengan narasi yang mengatakan dokter bule memberikan informasi melalui video bahwa Covid-19 itu biasa saja dan tidak mematikan. Diketahui dokter bule yang disebutkan mengacu pada video dokter Dan Erickson dan Artin Massihi.
Berikut kutipan narasinya:
“Ahli virus & ahli kesehatan lokal udah sering ngasih tau kalau covid 19 itu biasa aja, nggak berbahaya, apalagi mematikan, pokoknya bisa sembuh dengan sendirinya, tapi sayang banyak yang nggak percaya dan malah dinyinyirin.
Ini nih dokter bule juga ngomong serupa bahkan ngasih data lebih lengkap & detail. Intinya covid 19 itu biasa aja, nggak mematikan, bisa sembuh sendiri. Mereka juga mengatakan kalau banyak yang meninggal karena penyakit lain tapi dimasukkan ke daftar covid 19 (kirain di sinih aja yang begitu). Lockdown / PSBB justru menimbulkan dampak yang sangat jauh lebih buruk dibanding covid 19.
Kalau masih percaya bahwa covid 19 itu mematikan, kebangetan banget deh, masih mau disanggah juga ini pendapat dokter bule?
Link video lengkap & panjang tonton di sinih ????
https://www/[dot]facebook[dot]com/357865098052374/posts/851592435346302/”
Berikut kutipan narasinya:
“Ahli virus & ahli kesehatan lokal udah sering ngasih tau kalau covid 19 itu biasa aja, nggak berbahaya, apalagi mematikan, pokoknya bisa sembuh dengan sendirinya, tapi sayang banyak yang nggak percaya dan malah dinyinyirin.
Ini nih dokter bule juga ngomong serupa bahkan ngasih data lebih lengkap & detail. Intinya covid 19 itu biasa aja, nggak mematikan, bisa sembuh sendiri. Mereka juga mengatakan kalau banyak yang meninggal karena penyakit lain tapi dimasukkan ke daftar covid 19 (kirain di sinih aja yang begitu). Lockdown / PSBB justru menimbulkan dampak yang sangat jauh lebih buruk dibanding covid 19.
Kalau masih percaya bahwa covid 19 itu mematikan, kebangetan banget deh, masih mau disanggah juga ini pendapat dokter bule?
Link video lengkap & panjang tonton di sinih ????
https://www/[dot]facebook[dot]com/357865098052374/posts/851592435346302/”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran, melansir dari mercurynews.com, informasi yang dinyatakan kedua dokter itu keliru dan penuh dengan kesalahan statistik. Klaim dari dokter itu berisi informasi yang menyesatkan.
Menurut dr. Carl Bergstrom, seorang ahli biologi spesialis pemodelan penyakit menular dari University of Washington menyatakan, dua dokter tersebut seharusnya tidak berasumsi bahwa pasien yang mereka uji, yang datang untuk menjalani tes COVID-19 atau yang mencari perawatan segera untuk gejala yang mereka alami di tengah pandemi merupakan representasi dari jumlah populasi umum.
“Mereka telah menggunakan metode yang menggelikan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar tidak masuk akal,” kata Bergstrom.
Bantahan lain terdapat di artikel politifact.com, American College of Emergency Physicians dan American Academy of Emergency Medicine mengeluarkan pernyataan bahwa data yang dikutip oleh dokter Erickson dan Massihi merupakan populasi kecil dari California yang kemudian menghasilkan kesimpulan data kematian Covid-19 yang menyesatkan.
Menurut dr. Carl Bergstrom, seorang ahli biologi spesialis pemodelan penyakit menular dari University of Washington menyatakan, dua dokter tersebut seharusnya tidak berasumsi bahwa pasien yang mereka uji, yang datang untuk menjalani tes COVID-19 atau yang mencari perawatan segera untuk gejala yang mereka alami di tengah pandemi merupakan representasi dari jumlah populasi umum.
“Mereka telah menggunakan metode yang menggelikan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar tidak masuk akal,” kata Bergstrom.
Bantahan lain terdapat di artikel politifact.com, American College of Emergency Physicians dan American Academy of Emergency Medicine mengeluarkan pernyataan bahwa data yang dikutip oleh dokter Erickson dan Massihi merupakan populasi kecil dari California yang kemudian menghasilkan kesimpulan data kematian Covid-19 yang menyesatkan.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, informasi dalam unggahan video Facebook tidak benar dan masuk dalam Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2020/05/20/salah-video-dokter-bule/
- https://www.mercurynews.com/2020/04/28/cue-the-debunking-two-bakersfield-doctors-go-viral-with-dubious-covid-test-conclusions/
- https://www.politifact.com/factchecks/2020/may/07/facebook-posts/facebook-post-cites-doctors-widely-disputed-calcul/
- https://edition.cnn.com/2020/04/29/health/california-doctors-coronavirus-claims/index.html
- https://www.acep.org/corona/covid-19-alert/covid-19-articles/acep-aaem-joint-statement-on-physician-misinformation/
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4247060/cek-fakta-2-dokter-amerika-klaim-tak-perlu-ada-karantina-di-tengah-pandemi-covid-19-faktanya
Halaman: 5139/5611