Video yang memperlihatkan seorang wanita bermasker sedang menunjukkan sebuah logam yang diklaim sebagai magnet yang menempel di lengannya beredar di media sosial. Menurut wanita itu, lengannya tersebut adalah lengan yang menerima suntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer. Sementara di lengannya yang tidak menerima suntikan vaksin, ia menunjukkan bahwa magnet tersebut tidak menempel. "We're chipped," kata wanita itu.
Di Instagram, video tersebut dibagikan oleh akun ini pada 10 Mei 2021. Akun itu menulis, "Pfizer jab and a magnet experiment! No words left to describe this," atau jika diterjemahkan berarti: "Suntikan Pfizer dan eksperimen magnet! Tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan hal ini." Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 26 ribu kali dan dikomentari lebih dari 280 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi video dengan klaim keliru terkait vaksin Covid-19 buatan Pfizer.
Nano chip dalam vaksin
(GFD-2021-8634) Keliru, Klaim Vaksin Pfizer Mengandung Chip sehingga Magnet Menempel di Lengan yang Disuntik
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 22/05/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menghubungi dokter spesialis patologi klinis Tonang Dwi Ardyanto dan ahli bioteknologi Bimo Ario Tejo serta menelusuri pemberitaan terkait klaim itu.
Menurut laporan Factcheck, ada banyak hal yang tidak diketahui tentang video tersebut, termasuk apakah wanita dalam video itu benar-benar divaksinasi, magnet apa yang mungkin digunakan, dan apakah ada zat lain yang dipakai untuk membuat logam tersebut menempel. Selain itu, tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vaksin mengandung chip atau bahan yang menghasilkan efek magnetis.
Tempo pernah memverifikasi klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip, dan menyatakannya keliru. Kebanyakan microchip RFID (radio frequency identification) terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam jarum berukuran normal yang digunakan untuk vaksinasi. Mungkin saja membuat chip dengan ukuran yang lebih kecil, tapi tidak berguna apabila tidak memiliki antena sebagai penerima sinyal.
Sebuah chip harus memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mengambil daya dari gelombang mikro, yang kemudian mengirim kembali sinyal yang cukup kuat sehingga bisa ditangkap oleh penerima. Chip RFID terkecil yang tersedia secara komersial, lengkap dengan antenanya, hanya dapat terbaca dari jarak milimeter. Sementara chip RFID terkecil yang tidak tersedia secara komersial hanya dapat terbaca dari jarak mikron.
Menurut Tonang, klaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan efek magnetis, sehingga magnet menempel di lokasi suntikan, tidak benar. “Komponen dalam produk vaksin Covid-19 tidak mengandung logam yang menimbulkan sifat magnetik. Tidak ada juga semacam 'pin pelacak' semacam itu,” katanya.
Pendapat serupa disampaikan oleh Bimo. Menurut dia, tidak mungkin vaksin Covid-19 dapat menimbulkan efek magnetis. “Tidak mungkin. Sulit untuk tahu alasan mereka mengklaim hal tersebut (dalam video itu). Bagi saya, itu hanya joke tanpa argumen ilmiah apa pun,” ujarnya.
Dilansir dari Factcheck, Lisa Morici, profesor di Tulane University School of Medicine yang mempelajari vaksin, mengatakan bahwa bahan dalam vaksin berbasis mRNA (vaksin Pfizer dan vaksin Moderna) dan adenovirus (vaksin J&J) hanyalah RNA/DNA, lipid, protein, garam, dan gula. "Semua komponen ini ditemukan di berbagai makanan, vaksin, dan obat-obatan," katanya.
Menurut Morici, klaim mengenai microchip yang terkandung di dalam vaksin ini hanyalah mitos. "Mikro mengacu pada ukuran chip, yang berarti ukuran mikron. Sementara vaksin berbasis mRNA dan adenovirus adalah nanopartikel, yang berarti ukuran nanometer. Karena itu, vaksin tersebut seribu kali lebih kecil dari microchip dan microchip tidak bisa dimasukkan ke dalam vaksin," tuturnya.
Ahli kelistrikan pun telah menyatakan bahwa tidak ada bahan dalam vaksin yang akan menyebabkan hasil semacam itu, seperti menempelnya magnet di lokasi suntikan. "Agar magnet biasa menempel pada benda lain secara magnetis, benda itu harus memiliki remanensi magnet yang signifikan (seperti magnet lain), atau permeabilitas magnet relatif yang secara signifikan melebihi satu kesatuan (seperti pintu lemari es)," kata Mark Allen, profesor teknik kelistrikan dan sistem University of Pennsylvania.
“Menurut lembar fakta FDA tentang tiga vaksin resmi yang digunakan di Amerika Serikat (Pfizer, Moderna, dan J&J), tidak ada bahan dalam ketiga vaksin tersebut yang mengandung bahan dengan sifat ini (permeabilitas secara signifikan melebihi kesatuan)," ujar Allen. Intinya, kata dia, "Magnet tidak akan menempel pada Anda hanya karena Anda telah menerima vaksin."
Randall Victora, kepala departemen teknik kelistrikan dan komputer di University of Minnesota, juga berkata, "Meskipun hampir semua material bersifat magnetis dalam arti paramagnetisme, diamagnetisme, dan feromagnetisme, hanya feromagnet yang berpotensi membuat magnet tetap di lenganmu. Tidak ada bahan yang terdaftar dalam vaksin Pfizer, Moderna, atau J&J yang merupakan feromagnet, dan karenanya tidak dapat menyebabkan magnet menempel di lengan Anda. Sebagian besar microchip pun tidak memiliki komponen feromagnet."
Menurut laporan Factcheck, ada banyak hal yang tidak diketahui tentang video tersebut, termasuk apakah wanita dalam video itu benar-benar divaksinasi, magnet apa yang mungkin digunakan, dan apakah ada zat lain yang dipakai untuk membuat logam tersebut menempel. Selain itu, tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vaksin mengandung chip atau bahan yang menghasilkan efek magnetis.
Tempo pernah memverifikasi klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip, dan menyatakannya keliru. Kebanyakan microchip RFID (radio frequency identification) terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam jarum berukuran normal yang digunakan untuk vaksinasi. Mungkin saja membuat chip dengan ukuran yang lebih kecil, tapi tidak berguna apabila tidak memiliki antena sebagai penerima sinyal.
Sebuah chip harus memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mengambil daya dari gelombang mikro, yang kemudian mengirim kembali sinyal yang cukup kuat sehingga bisa ditangkap oleh penerima. Chip RFID terkecil yang tersedia secara komersial, lengkap dengan antenanya, hanya dapat terbaca dari jarak milimeter. Sementara chip RFID terkecil yang tidak tersedia secara komersial hanya dapat terbaca dari jarak mikron.
Menurut Tonang, klaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan efek magnetis, sehingga magnet menempel di lokasi suntikan, tidak benar. “Komponen dalam produk vaksin Covid-19 tidak mengandung logam yang menimbulkan sifat magnetik. Tidak ada juga semacam 'pin pelacak' semacam itu,” katanya.
Pendapat serupa disampaikan oleh Bimo. Menurut dia, tidak mungkin vaksin Covid-19 dapat menimbulkan efek magnetis. “Tidak mungkin. Sulit untuk tahu alasan mereka mengklaim hal tersebut (dalam video itu). Bagi saya, itu hanya joke tanpa argumen ilmiah apa pun,” ujarnya.
Dilansir dari Factcheck, Lisa Morici, profesor di Tulane University School of Medicine yang mempelajari vaksin, mengatakan bahwa bahan dalam vaksin berbasis mRNA (vaksin Pfizer dan vaksin Moderna) dan adenovirus (vaksin J&J) hanyalah RNA/DNA, lipid, protein, garam, dan gula. "Semua komponen ini ditemukan di berbagai makanan, vaksin, dan obat-obatan," katanya.
Menurut Morici, klaim mengenai microchip yang terkandung di dalam vaksin ini hanyalah mitos. "Mikro mengacu pada ukuran chip, yang berarti ukuran mikron. Sementara vaksin berbasis mRNA dan adenovirus adalah nanopartikel, yang berarti ukuran nanometer. Karena itu, vaksin tersebut seribu kali lebih kecil dari microchip dan microchip tidak bisa dimasukkan ke dalam vaksin," tuturnya.
Ahli kelistrikan pun telah menyatakan bahwa tidak ada bahan dalam vaksin yang akan menyebabkan hasil semacam itu, seperti menempelnya magnet di lokasi suntikan. "Agar magnet biasa menempel pada benda lain secara magnetis, benda itu harus memiliki remanensi magnet yang signifikan (seperti magnet lain), atau permeabilitas magnet relatif yang secara signifikan melebihi satu kesatuan (seperti pintu lemari es)," kata Mark Allen, profesor teknik kelistrikan dan sistem University of Pennsylvania.
“Menurut lembar fakta FDA tentang tiga vaksin resmi yang digunakan di Amerika Serikat (Pfizer, Moderna, dan J&J), tidak ada bahan dalam ketiga vaksin tersebut yang mengandung bahan dengan sifat ini (permeabilitas secara signifikan melebihi kesatuan)," ujar Allen. Intinya, kata dia, "Magnet tidak akan menempel pada Anda hanya karena Anda telah menerima vaksin."
Randall Victora, kepala departemen teknik kelistrikan dan komputer di University of Minnesota, juga berkata, "Meskipun hampir semua material bersifat magnetis dalam arti paramagnetisme, diamagnetisme, dan feromagnetisme, hanya feromagnet yang berpotensi membuat magnet tetap di lenganmu. Tidak ada bahan yang terdaftar dalam vaksin Pfizer, Moderna, atau J&J yang merupakan feromagnet, dan karenanya tidak dapat menyebabkan magnet menempel di lengan Anda. Sebagian besar microchip pun tidak memiliki komponen feromagnet."
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer mengandung chip sehingga magnet menempel di lengan yang disuntik, keliru. Tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vaksin mengandung chip atau bahan yang menghasilkan efek magnetis. Vaksin jauh lebih kecil daripada microchip, sehingga microchip tidak bisa dimasukkan ke dalam vaksin. Selain itu, tidak ada bahan yang terdaftar dalam vaksin Pfizer yang merupakan feromagnet, dan karenanya tidak dapat menyebabkan magnet menempel di lengan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pfizer
- https://www.instagram.com/p/COrXJ1iFfh6/?igshid=1lm672qz90jdf
- https://www.factcheck.org/2021/05/scicheck-magnet-videos-refuel-bogus-claim-of-vaccine-microchips/
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1016/fakta-atau-hoaks-benarkah-vaksin-covid-19-tanamkan-microchip-yang-diprogram-untuk-bantai-75-miliar-nyawa
- https://www.tempo.co/tag/chip
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-pfizer
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
(GFD-2021-8633) Keliru, Klaim Ini Foto Anies Baswedan saat Donasikan Gajinya untuk Palestina
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 21/05/2021
Berita
Foto yang memperlihatkan momen ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertemu dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair al-Shun, beredar di Twitter. Foto itu diklaim sebagai foto Anies ketika mendonasikan gajinya untuk Palestina.
Klaim tersebut beredar di tengah memanasnya konflik antara Palestina dan Israel sejak awal Mei 2021 lalu. Ketegangan bermula dari rencana penggusuran warga di Sheikh Jarrah, yang memicu protes di kompleks Masjid Al Aqsa. Namun, aparat Israel justru menyerang demonstran. Merespons hal ini, Hamas meluncurkan roketnya. Israel pun membalas lewat serangan udara ke perbatasan Gaza.
Akun ini membagikan foto beserta klaim itu pada 18 Mei 2021. Akun itu menulis, "Sunyi senyap dari media. Goodbener anies langsung donasikan dana untuk palestine dari gaji pribadi uang pribadi dan patungan karyawan pemda dki. Donasi langsung serahkan ke tangan Dubes Palestine Zuhair Shurn."
Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya. Foto yang menunjukkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair al-Shun, ini adalah foto lama, diambil pada 2019.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut dengan reverse image tool Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu adalah foto lama, ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertemu dengan Dubes Palestina Zuhair al-Shun pada 3 Juli 2019 di Balai Kota Jakarta untuk membahas sejumlah potensi kerja sama.
Foto tersebut dimuat oleh situs resmi Ensiklopedia Jakarta dalam artikelnya pada 19 Mei 2019 yang berjudul "Gubernur Anies Menerima Kunjungan Duta Besar Palestina Untuk Indonesia, Peristiwa". Dalam foto ini, terlihat Zuhair membawagoodie bagyang sama dengan yang terlihat dalam foto yang beredar di Twitter. Jas dan dasi yang dikenakan oleh Zuhair pun identik.
Dalam artikel ini, disebutkan bahwa Anies menerima kunjungan kehormatan Zuhair pada 3 Juli 2019 di Balai Kota Jakarta. Menurut Anies, Jakarta dan Palestina sudah menjalin hubungan kerja sama Sister City sejak Oktober 2007. Kunjungan ini dimaksudkan untuk menghangatkan kembali hubungan keduanya sekaligus membahas sejumlah potensi kerja sama.
Beberapa kerja sama yang berpotensi diimplementasikan bersama adalah dalam hal peningkatan kapasitas penyelamatan, pemadam kebakaran, bantuan kemanusiaan, dan seni-budaya. Anies pun menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan selalu konsisten mendukung komitmen Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Foto yang sama juga diunggah oleh Anies di akun Instagram pribadinya pada 3 Juli 2019. Selain foto itu, terdapat foto-foto lain yang diambil dari peristiwa yang sama. Keterangan yang ditulis oleh Anies pun sama dengan yang dimuat dalam artikel di situs Ensiklopedia Jakarta di atas.
Donasi untuk Palestina
Dilansir dari Voice of Indonesia, dalam wawancaranya dengan politikus Diaz Hendropriyono di YouTube pada 18 Mei 2021 lalu, Dubes Palestina Zuhair al-Shun mengatakan bahwa, di Indonesia, Palestina hanya memiliki satu kantor resmi, yakni kantor kedutaan. Menurut dia, bila ingin memberikan donasi untuk Palestina, masyarakat bisa datang ke Kedutaan Besar Palestina di Indonesia dan menyerahkan bantuan tersebut di sana.
"Palestina memiliki satu misi, satu kedutaan, satu kantor resmi. Jika Anda datang kepada saya untuk mengirimkan (bantuan) ke Menteri Kesehatan (Palestina), Menteri Pendidikan, atau masyarakat Palestina, hal tersebut pasti akan disampaikan, dan tertulis. Bukan hal seperti diambil uangnya kemudian pergi, tidak. Segala sesuatu akan didaftarkan, bukti akan diberikan, pemberitahuan akan dikirimkan kepada otoritas kami, uang akan didepositokan ke bank sehingga semuanya jelas dikirimkan melalui jalur yang benar," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendonasikan gajinya untuk Palestina lewat Dubes Palestina Zuhair al-Shun, keliru. Foto itu merupakan foto lama, ketika Anies bertemu dengan Zuhair pada 3 Juli 2019 di Balai Kota Jakarta untuk membahas sejumlah potensi kerja sama.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/anies-baswedan
- https://www.tempo.co/tag/israel
- https://twitter.com/yashudha_naka/status/1394517750530207746
- https://www.tempo.co/tag/anies
- http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/gubernur-anies-menerima-kunjungan-duta-besar-palestina-untuk-indonesia--peristiwa-?lang=id
- https://www.tempo.co/tag/palestina
- https://www.instagram.com/p/BzcoEXsgeZI/
- https://voi.id/berita/52296/yakin-donasi-anda-sampai-ke-palestina-nah-simak-jawaban-dubes-zuhair-al-shun-biar-i-enggak-i-penasaran
- https://www.tempo.co/tag/gubernur-dki-jakarta
(GFD-2021-8632) Keliru, Klaim Cristiano Ronaldo Tolak Bersalaman dengan Presiden Israel di Video Ini
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 20/05/2021
Berita
Video yang diklaim memperlihatkan momen ketika pesepak bola asal Portugal Cristiano Ronaldo menolak bersalaman dengan Presiden Israel Reuven Rivlin beredar di TikTok. Video tersebut beredar di tengah meningkatnya ketegangan antara Palestina dan Israel.
Dalam video itu, tercantum narasi “Cristiano Ronaldo doesn’t gave his hand to the President of Israel because he supports the muslims”. Akun ini membagikan video itu sepekan lalu dengan sejumlah tagar, seperti #muslim, #palestine, dan #israel.
Gambar tangkapan layar unggahan di TikTok yang berisi klaim keliru terkait pesepak bola Cristiano Ronaldo dan video yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut menunjukkan momen saat klub sepak bola Spanyol, Real Madrid, menerima penghargaan setelah memenangi duel kontra San Lorenzo dalam ajang final Piala Dunia Antar Klub 2014 di Maroko. Namun, pria yang tidak disalami oleh Cristiano Ronaldo dalam video tersebut bukan Presiden Israel Reuven Rivlin.
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video yang identik yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Football HD pada 21 Desember 2014 dengan judul “Cristiano Ronaldo vs Michel Platini after the Club World Cup final 2014”.
Menurut Football HD, pria yang tidak disalami oleh Ronaldo dalam video itu adalah Presiden UEFA Michel Platini. Momen tersebut terekam saat acara penyambutan para pemain Real Madrid untuk mengambil trofi Piala Dunia Antar Klub 2014 dengan para tokoh sepak bola. Ronaldo memanfaatkan momen ketika Carlo Ancelotti, manajer Madrid ketika itu, bertukar dialog singkat dengan Platini untuk menghindarinya setelah memeluk Florentino Perez.
Ketegangan antara Ronaldo dan Platini, yang menurut beberapa sumber saling menyapa sebelum duel, muncul setelah Presiden UEFA itu menyatakan bahwa Ballon d'Or harus diberikan kepada pemain Jerman, karena negara tersebutn memenangi Piala Dunia pada tahun itu. Video ketika Ronaldo tidak menyalami Platini ini pun viral, dan Ronaldo dinilai menghina Platini.
Detik.com juga telah menelusuri video yang viral tersebut. Menurut laporan Detik.com, dalam video itu, bintang sepak bola asal Portugal tersebut memang tidak bersalaman dengan seorang pria dalam video ini, usai Real Madrid memenangi Piala Dunia Antar Klub 2014. Namun, sosok yang dilewati Ronaldo tersebut tidak asing di dunia sepak bola, yakni legenda Prancis sekaligus mantan Presiden UEFA, Michel Platini.
Dilansir dari Kompas.com, juru bicara UEFA, Pedro Pinto, mengatakan bahwa penyerang Real Madrid Cristiano Ronaldo tidak berjabat tangan dengan Presiden UEFA Michel Platini bukan karena ada masalah antara keduanya, tapi karena ketidaksengajaan.
Insiden itu terjadi dalam penyerahan medali usai Real Madrid mengalahkan San Lorenzo dengan skor 2-0 dalam final Piala Dunia Antar Klub di Marakesh pada 20 Desember 2014. Dalam seremoni jabat tangan itu, Ronaldo berada di belakang pelatih Carlo Ancelotti. Setelah berjabat tangan dengan Platini, Ancelotti tampak berbincang dengan Platini. Keduanya belum betul-betul selesai berbincang, ketika Ronaldo berjalan melewati Ancelotti.
"Tak ada masalah. Cristiano sudah bersalaman dengan Platini sebelum penyerahan Bola Perak. Ketika ia kembali untuk penyerahan medali juara bersama dengan anggota tim yang lain, Michel berbincang dengan Carlo Ancelotti dan Ronaldo berjalan melewati (mereka) tanpa bersalaman dengan mereka," ujar Pinto. "Dari sudut pandang kami, saya bisa menjamin bahwa tak ada masalah sama sekali. Saya bicara dengan Platini, yang hanya mengatakan bahwa ia sedih karena orang berpikir ia tidak akur dengan Ronaldo."
Insiden jabat tangan itu dinilai sejumlah kalangan sebagai isyarat adanya masalah antara Cristiano Ronaldo dan Michel Platini. Penilaian ini tak lepas dari komentar Platini pada November 2014, soal persaingan merebut FIFA Ballon d'Or 2014, yang melibatkan Ronaldo, penyerang Barcelona Lionel Messi, dan kiper Bayern Muenchen Manuel Neuer.
Pada November lalu, Platini mengatakan bahwa Neuer adalah orang yang paling layak meraih FIFA Ballon d'Or 2014, karena Neuer adalah satu-satunya kandidat yang menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil. Menurut Madrid, Platini seharusnya tidak menyampaikan opini pribadi soal peraih FIFA Ballon d'Or mengingat dia adalah Presiden UEFA.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Cristiano Ronaldo menolak bersalaman dengan Presiden Israel dalam video tersebut, keliru. Pria yang tidak disalami oleh Ronaldo dalam video itu bukan, Presiden Israel Reuven Rivlin, melainkan Michel Platini yang saat itu menjabat sebagai Presiden UEFA. Video tersebut terekam saat Real Madrid menerima penghargaan usai mengalahkan San Lorenzo alam ajang Piala Dunia Antar Klub 2014 di Maroko.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/cristiano-ronaldo
- https://archive.ph/mYC2P
- https://www.tempo.co/tag/israel
- https://www.youtube.com/watch?v=4MvWlbVwWmM&list=PLyAPWufk3gysAviv3EGi0dfNBvQv7F6-1&index=6
- https://www.tempo.co/tag/real-madrid
- https://sport.detik.com/sepakbola/gila-bola/d-5569743/apa-benar-ronaldo-pernah-tolak-salaman-dengan-presiden-israel
- https://bola.kompas.com/read/2014/12/24/05030028/UEFA.Tanggapi.Insiden.Jabat.Tangan.Ronaldo-Platini
- https://www.tempo.co/tag/michel-platini
- https://www.tempo.co/tag/presiden-israel
(GFD-2021-8631) Keliru, Klaim Covid-19 Hanya Tipuan Yahudi untuk Atur Ibadah Umat Islam
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 20/05/2021
Berita
Video berdurasi sekitar 2,5 menit mengenai Covid-19 viral di WhatsApp dalam sepekan terakhir. Di bagian awal, terdapat cuplikan yang menunjukkan belasan orang berpakaian hazmat sedang menari bersama. Di sekeliling mereka, terdapat puluhan pria yang mengenakan jas serta topi hitam yang identik dengan pakaian yang biasa dikenakan oleh kaum Yahudi.
Video ini memuat narasi bahwa Covid-19 hanya tipuan dari orang-orang yang berada di dalam video itu untuk mengatur ibadah umat Islam. “Tujuannya berhasil. Mereka bergembira, agenda terlaksana, membuat ummat kalang kabut. Mereka telah berjaya mengatur ibadah umat Islam dan lainnya melalui issue Corona," demikian teks pembuka yang tercantum di video ini.
Gambar tangkapan layar video yang beredar di WhatsApp yang berisi klaim keliru terkait Covid-19.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut berisi kompilasi dari video-video dengan konteks yang berbeda-beda. Tidak satu pun dari video-video itu yang menunjukkan bahwa Covid-19 hanya tipuan Yahudi. Berikut penjelasan atas video-video tersebut:
Video 1
Video ini tayang pertama kali di kanal YouTube Szymon S pada 13 Oktober 2020. Video itu diberi judul "Covid party in Jewish style - Coffin Dance form Israel". Akun ini menuliskan keterangan “We Jews have our own ways of having fun!”.
Video tersebut memperlihatkan sejumlah tenaga kesehatan yang melakukan tarian Coffin (Coffin Dance) setelah mereka selesai beraktivitas. Coffin Dance, atau dikenal pula dengan sebutan tarian pembawa keranda atau joget peti, adalah tarian yang dilakukan di Ghana oleh para pembawa keranda sebagai sebuah upacara kematian yang bernuansa sukacita. Tarian ini menjadi populer di tengah pandemi Covid-19, dan banyak memiliki beragam versi, seperti versi remix yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Israel.Video 2
Foto ini menunjukkan bagian dari aksi simbolik untuk memprotes pembukaan ekonomi tanpa bantuan di Torch of Friendship Park, Florida, Amerika Serikat, pada 27 Mei 2020. Aksi dilakukan dengan menunjukkan proses pemakaman oleh anggota komunitas dan aktivis sosial di seluruh Florida, termasuk kota-kota seperti Miami, Jacksonville, Orlando, dan Tampa, untuk menghormati nyawa yang hilang karena Covid-19 dan untuk meminta pertanggungjawaban Gubernur Florida Ron DeSantis dan Presiden AS ketika itu, Donald Trump, atas kecerobohan dan kelambanan mereka. Foto ini diambil oleh fotografer EPA-EFE, Cristobal Herrera.
Video 3
Dilansir dari AFP, foto ini identik dengan foto yang diterbitkan oleh surat kabar Belanda, NRC, dalam artikelnya pada 4 Maret 2021. Artikel tersebut bercerita tentang kehidupan sehari-hari paramedis Amsterdam selama pandemi Covid-19. Jurnalis yang meliput hal tersebut juga menjelaskan bahwa, selama memproduksi laporan ini, seorang pria mendekati mereka dan meneriakkan "berita palsu".
Video 4
Video ini pernah beredar pada April 2021, dan telah diverifikasi oleh Tempo. Video tersebut bukan video tumpukan jenazah pasien Covid-19 palsu yang telah dipersiapkan. Kantong-kantong plastik hitam berisi manusia yang terlihat dalam video tersebut dipakai dalam syuting video klip lagu rapper asal Rusia, Dmitry Nikolayevich Kuznetsov alias Husky.
Video 5
Video ini menunjukkan bagian dari proses pembuatan video promosi rumah sakit di Shamir Assaf Harofeh, Be'er Ya'akov, Israel. Dikutip dari Francetvinfo.fr, juru bicara rumah sakit, Liad Aviel, mengatakan bahwa video tersebut direkam di lokasi mereka pada 3 dan 4 Maret 2021, beberapa minggu setelah layanan darurat baru di sana diresmikan."Apa yang Anda lihat di video adalah instalasi darurat baru kami di tempat parkir kami. Kami ingin menunjukkan dengan gambar bagaimana kami dapat mengubah tempat parkir menjadi struktur medis darurat. Sangat disayangkan bahwa seseorang mencoba membuat video ini menjadi alat anti-vaksin," ujar Aviel. "Kami tidak ada hubungannya dengan itu, dan kami menentang teori konspirasi ini." Video promosi tersebut juga diunggah di kanal YouTube rumah sakit ini.
Video 6
Video ini pernah beredar pada awal Mei 2021, dan telah diverifikasi oleh Tempo. Peristiwa dalam video itu merupakan aksi protes oleh mahasiswa kedokteran UCV di depan Hospital Universitario de Caracas (HUC), Venezuela. Mereka berunjuk rasa dengan membawa properti kantong jenazah berisi kertas. Para mahasiswa itu memprotes banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19 dan terbatasnya vaksin Covid-19 bagi mereka. Aksi mereka kemudian didatangi sekelompok orang yang merusak properti yang digunakan dalam demonstrasi.
Video 7
Dilansir dari Agencia Lupa dan Stop Fake, video ini memperlihatkan bagian dari produksi laporan khusus oleh TV Vitoria di Brasil tentang rutinitas kerja para penggali kubur. Tim ini tidak pernah mensimulasikan penguburan orang yang meninggal karena penyakit. Pada 30 Maret 2021, tim itu pergi ke pemakaman kota Barra do Jucu di Vila Velha untuk melakukan wawancara dengan pengelola. Idenya adalah memperlihatkan hal-hal yang diperlukan selama proses pemakaman.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Covid-19 hanya tipuan dari Yahudi untuk mengatur ibadah umat Islam, keliru. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim tersebut berisi kompilasi dari video-video dengan konteks yang berbeda-beda. Tidak satu pun dari video-video itu yang menunjukkan bahwa Covid-19 hanya tipuan Yahudi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.tempo.co/tag/islam
- https://www.youtube.com/watch?v=9TDbpCIU_zU
- https://www.tempo.co/tag/pandemi-covid-19
- https://webgate.epa.eu/?16634349628007773501&MEDIANUMBER=56113766
- https://factuel.afp.com/non-cette-video-ne-prouve-pas-que-les-medias-manipulent-les-images-de-la-pandemie
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1317/keliru-klaim-ini-video-tumpukan-jenazah-covid-19-yang-salah-satunya-merokok
- https://www.francetvinfo.fr/sante/maladie/coronavirus/non-cette-video-ne-prouve-pas-que-les-malades-du-covid-19-sont-des-acteurs_4323865.html
- https://www.youtube.com/watch?v=A5lzK8aTYQg
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1355/keliru-klaim-ini-video-ratusan-kantong-jenazah-covid-19-palsu-yang-berisi-kertas
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://piaui.folha.uol.com.br/lupa/2021/04/01/verificamos-cemiterio-prova-midia/
- https://stopfake.kz/kk/archives/5611
- https://www.tempo.co/tag/yahudi
Halaman: 5041/6616