• (GFD-2020-4176) [SALAH] Foto “HABIS DEMO KUMPUL Yuuu, INI ADA BIANG KEROK DEMO “KADRUN” 212″

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita

    Akun Frengky R (fb.com/frengky.runtu.5) mengunggah beberapa foto dengan narasi sebagai berikut:

    “HABIS DEMO KUMPUL Yuuu,,,,,,,,
    INI ADA BIANG KEROK DEMO “KADRUN” 212
    ANDA KENAL YG PAKE KEMEJA KOTAK2,,,?????”

    Kadrun

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim bahwa Tommy Soeharto berkumpul dengan peserta aksi demonstari 212 adalah klaim keliru.

    Foto tersebut tidak ada kaitannya dengan aksi demonstrasi. Foto tahun 2017 itu saat Tommy Soeharto sedang mampir di warung nasi gudeg di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta.

    Saat ditemui di lesehan itu, diketahui ia bersama dengan tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma. Bahkan para pengunjung juga sempat kaget tahu ada anak mantan presiden Soeharto makan gudeg lesehan.

    Dilansir Jawapos.com, Tommy menghabiskan waktu sekitar dua jam, yakni sejak pukul 19.00 WIB hingga 21.00 WIB. Tommy menghabiskan uang untuk makanannya sendiri senilai Rp34 ribu.

    “Saya awalnya enggak percaya kalau itu Tommy Soeharto,” kata Rudi, salah satu pelayan, seperti dilansir Jawapos.com, Minggu 3 September 2017.

    Saat itu Hutomo Mandala Putra atau biasa disapa Tommy Soeharto menyatakan dirinya tidak ada akan maju di Pilpres 2019. Hal itu disampaikannya saat bertemu dengan tokoh Tionghoa Lieus Sungkarisma, Sabtu (2/9/2017) malam sambil menyantap sajian lesehan Gudeg Jogja Mbah Mangun Sajasmo di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat.

    “Ga ada kaitannya. Kita ingin membaur bersama masyarakat di daerah Gajah Mada ini untuk memikirkan bagaimana keadaan mereka. Mudah mudahan dengan gubernur dan wakil gubernur Baru bisa lebih baik,” ungkapnya.

    Kesimpulan

    Foto tersebut tidak ada kaitannya dengan aksi demonstrasi. Foto tahun 2017 itu saat Tommy Soeharto sedang mampir di warung nasi gudeg di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4175) [SALAH] Tak Perlu Ikut Rapid Test, Mencium Bau Cuka Bisa Deteksi Seseorang Terkena Covid-19 Atau Tidak

    Sumber: artikel
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita

    Sebuah situs berbasis blogspot (inivirals.xyz ), membuat artikel dengan judul bahwa tidak perlu mengkuti rapid tes, hanya dengan mencium bau cuka bisa dekteksi seseorang terkena covid-19 atau tidak.

    Artikel tersebut berisi kutipan dari unggahan akun Facebook US Army Garrison Daegu. Sejak 3 April, Tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) di pangkalan militer Daegu, Korea Selatan, menerapkan tes mencium cuka bagi para pendatang untuk mendeteksi apakah mereka terpapar Covid-19. Hal ini dilakukan karena adanya penelitian bahwa beberapa pasien Covid-19 kehilangan indra penciumannya.

    Rapit Test
    Indra penciuman hilang
    Indera penciuman

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, dilansir dari Tempo.co, berdasarkan pencarian pada unggahan akun facebook US Army Garrison Daegu, memang benar bahwa Tentara Angkatan Darat AS di Garnisun Daegu, Korea Selatan, menerapkan tes mencium cuka. Hal ini diumumkan pada 3 April 2020.

    Menurut unggahan akun US Army Garrison Daegu, mereka melakukan tes penciuman di gerbang masuk Kamp Walker, Carroll, dan Henry untuk membantu mendeteksi personil atau tamu yang mungkin terinfeksi Covid-19. Unggahan tersebut juga menyertakan sebuah foto saat seorang pengemudi dites penciuman di Gerbang 2 Kamp Henry.

    Situs media Newsweek pun pernah memuat informasi itu, yakni pada 5 April 2020. Tujuan tes penciuaman ini adalah untuk mengidentifikasi pendatang yang mungkin terpapar Covid-19 dengan gejala hilangnya indra penciuman.

    Namun benarkah mencium bau cuka dapat mendeteksi seseorang terkena covid-19 atau tidak?. Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, sejauh ini, tidak ada penelitian yang bisa membuktikan apakah metode tersebut efektif dalam mendeteksi infeksi virus Corona Covid-19. Menurut laporan Newsweek, tes mencium cuka itu adalah inisiatif Garnisun Daegu dan tidak diketahui apakah garnisun lain mengadopsi kebijakan serupa.

    British Association of Otorhinolaryngology (ENT UK) memang pernah menyebut hilangnya kemampuan indra penciuman atau anosmia sebagai salah satu gejala pasien Covid-19. Sekitar 30 persen orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Korea Selatan mengalami anosmia, terutama pada mereka yang mengalami gejala ringan.

    Soal hilangnya kemampuan indra penciuman pada pasien Covid-19 ini juga pernah disinggung dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Madicine pada 11 Mei 2020. Studi itu menyebut, dari 18.401 responden yang menjalani tes Covid-19, proporsi responden yang melaporkan hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa lebih tinggi mereka yang hasil tesnya positif (4.668 dari 7.178 responden atau 65,03 persen) ketimbang mereka yang hasil tesnya negatif (2.436 dari 11.223 responden atau 21,71 persen).

    Meskipun begitu, tidak semua kasus hilangnya kemampuan indra penciuman ini berkorelasi dengan Covid-19. Dilansir dari National Geographic, Direktur Pusat Bau dan Rasa Universitas Florida di Gainesville, Steven Munger, menjelaskan bahwa hingga 40 persen orang dengan infeksi virus lain, seperti influenza atau flu biasa, juga kehilangan kemampuan indra penciuman untuk sementara waktu. Kondisi ini juga umum terjadi pada penderita alergi.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memang telah memasukkan hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa dalam daftar gejala yang bisa muncul pada penderita Covid-19, di antara gejala lain seperti demam, batuk, sulit bernapas, kelelahan, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung berair, mual atau muntah, dan diare. Namun, menurut CDC, gejala-gejala ini tidak selalu dimiliki oleh semua penderita Covid-19.

    Untuk benar-benar memastikan apakah seseorang yang memiliki gejala-gejala di atas, termasuk kehilangan penciuman, terinfeksi Covid-19, mereka harus menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) yang telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama pandemi Covid-19.

    Kesimpulan

    Informasi berupa artikel dari situs inivirals.xyz merupakan info menyesatkan. Tidak mampunya seseorang mencium cuka bukan berarti orang tersebut terinfeksi Covid-19. Ada sejumlah faktor lain yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan indra penciuman. Untuk memastikan positif atau tidaknya seseorang menderita Covid-19, harus dilakukan tes PCR.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4174) [SALAH] “MA’RUF AMIN NGAKU KALO GROMBOLAN MEREKA ADALAH KODOK”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita

    Akun Marlina Lina (fb.com/100046160834183) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar tweet yang berasal dari akun Twitter @Kiay_MarufAmin dengan narasi sebagai berikut:

    “MA’RUF AMIN NGAKU KALO GROMBOLAN MEREKA ADALAH KODOK”

    Di gambar tersebut, terdapat narasi “Hari ini saya mendampingi Presiden @jokowi memimpin Rapat Terbatas tentang Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 serta Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan yang dilaksanakan di Istana KODOK”

    Ma'ruf Amin

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim adanya tweet dari Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin yang mengaku ikut rapat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kodok adalah salah.

    Akun Twitter @Kiay_MarufAmin yang dilampirkan di gambar yang diunggah oleh sumber klaim adalah akun palsu / akun tiruan.

    Akun Twitter asli Wapres Ma’ruf Amin adalah @Kiyai_MarufAmin (twitter.com/Kiyai_MarufAmin) yang sudah mendapat tanda verifikasi.

    Di akun aslinya, Kyai Ma’ruf Amin mengunggah foto Rapat Terbatas tersebut dengan narasi:

    “Hari ini saya mendampingi Presiden @jokowi memimpin Rapat Terbatas tentang Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 serta Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan yang dilaksanakan di Istana Merdeka.” tulis akun @Kiyai_MarufAmin, Selasa 23 Juni 2020 pukul 20:00 WIB.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4173) [SALAH] Ruang Perawatan Covid di Riau Penuh, Warga Wajib di Rumah Selama Dua Minggu

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita

    Beredar sebuah narasi melalui pesan berantai Whatsapp terkait dengan imbauan masyarakat untuk tetap di rumah selama dua minggu ke depan karena ruang perawatan untuk terdampak virus corona atau Covid-19 penuh. Imbauan tersebut diklaim berasal dari dokter spesialis paru beserta Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

    Covid Riau

    Hasil Cek Fakta

    Namun pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, narasi yang beredar tersebut diketahui tidak benar adanya. Melansir dari tribunnews.com, melalui Direktur RSUD Arifin Achmad, Nuzelly Husnedi menjelaskan bahwa tidak benar jika kamar atau tempat tidur untuk pasien penuh.

    “PSBB mulai berakhir ini orang mulai banyak berobat dari daerah tidak mungkin kita tolak orang datang dari luar daerah. Jadi bukan untuk tempat tidur pasien melainkan untuk ruang tunggu. Kalau tempat tidur masih cukup,” pungkas Nuzelly.

    Pernyataan serupa juga dituturkan oleh Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau, Indra Yopi. Nama Indra Yopi diketahui turut dicatut dalam pesan viral yang beredar di masyarakat tersebut. Mengutip pemberitaan milik riauonline.co.id, Yopi menegaskan bahwa pesan tersebut tidak benar adanya. Menurutnya hingga saat ini jumlah positif tertinggi di Riau adalah 27 orang bukan 29. Sedangkan untuk ruang ICU di RS sendiri hingga saat ini masih tersedia. Lebih lanjut Yopi menuturkan bahwa perhimpunan dokter spesialis paru di seluruh Riau belum pernah mengeluarkan pernyataan resmi seperti yang terdapat pada klaim.

    Kesimpulan

    Informasi tersebut tidak benar. Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Covid-19 yang namanya turut dicatut menyatakan pihaknya tidak pernah membuat pesan imbauan seperti halnya yang beredar. Pihak rumah sakit di Riau turut menjelaskan bahwa sejauh ini ruang untuk perawatan pasien masih tersedia.

    Rujukan