Akun Mark Thompson (fb.com/100001063043206) mengedarkan informasi mengenai Covid-19 adalah khayalan dan fiktif yang seolah berdasarkan kesimpulan seseorang bernama Rob Oswald dari Cornell University.
Dalam narasi itu, Oswald yang bergelar PhD di bidang virologi dan imunologi menceritakan hasil penelitiannya terhadap 1.500 sampel yang diduga positif Covid-19 di California Selatan. Dari hasil ujinya, sebagian besar sampel terkena Influenza A, sisanya Influenza B. Tidak ada satu pun kasus Covid-19. Tim penelitian lantas meminta sampel Covid-19 yang layak dari CDC, tetapi CDC tidak dapat memberikan sampel karena tidak memiliki sampel yang dimaksud.
Berikut kutipan isi informasi itu dalam bahasa Indonesia:
“Kami sekarang telah sampai pada kesimpulan tegas melalui semua penelitian dan pekerjaan lab kami, bahwa COVID 19 adalah khayalan dan fiktif. Kami di 7 universitas yang melakukan tes lab pada 1500 sampel ini sekarang menggugat CDC untuk penipuan Covid 19. CDC belum mengirimkan satu pun sampel Covid 19 yang layak, terisolasi, dan murni. Jika mereka tidak dapat atau tidak mau mengirimkan sampel yang layak, saya katakan tidak ada Covid 19, itu fiktif. Jadi yang kita hadapi hanyalah jenis flu lain seperti setiap tahun, COVID 19 tidak ada dan hanya bersifat fiktif. Saya percaya China dan globalis mengatur tipuan COVID ini (flu yang disamarkan sebagai virus baru) untuk membawa tirani global dan negara pengawasan totaliter polisi di seluruh dunia, dan plot ini termasuk penipuan pemilu besar-besaran.”
(GFD-2021-5968) [SALAH] “kesimpulan Rob Oswald: COVID 19 adalah khayalan dan fiktif”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 01/01/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Kompas, klaim bahwa Profesor Robert Oswald dari Cornell University menyimpulkan bahwa Covid-19 adalah khayalan dan fiktif merupakan klaim yang keliru.
Faktanya, klaim tersebut merupakan informasi palsu atau hoaks. Robert Oswald menegaskan, narasi Covid-19 tidak nyata yang mencatut namanya tidak ada hubungannya dengan dirinya dan Cornell University. Ia mengatakan, isi pesan bahwa Covid-19 tidak nyata adalah salah. Dari penelitian ilmiah terbukti bahwa Covid-19 benar ada. Ia juga menyangkal adanya tuntutan hukum Cornell University terhadap Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.
Dilansir dari Kompas, dari situs web College of Veterinary Medicine Cornell University, tercatat bahwa Robert Oswald adalah profesor di Department of Molecular Medicine. Pada kolom minat penelitian di laman itu, Oswald membantah kebenaran narasi bahwa Covid-19 tidak nyata. Narasi itu disebutnya hoaks.
Berikut pernyataannya setelah dialihkan ke bahasa Indonesia: “Covid-19 nyata. Setiap posting Facebook yang menyarankan sebaliknya adalah hoaks dan tidak benar. Mengenakan masker, mempraktikkan jarak sosial, dan dapatkan vaksin jika sudah tersedia.”
Dilansir dari situs web cek fakta Snopes, Oswald mengatakan bahwa dia merasa ngeri dengan isi pesan yang beredar di media sosial tersebut. Dia menegaskan bahwa pesan itu tidak ada hubungannya dengan dirinya atau Cornell University.
“Saya jelas tidak menulis (informasi) itu dan agak ngeri dengan isinya,” kata Oswald.
Ia menerangkan, informasi tersebut yang mencantumkan bahwa penulis pesan adalah ahli virologi dan ahli imunologi yang tinggal di California Selatan tidak sesuai dengan dirinya. Ia juga membantah isi pesan yang menyebut bahwa Cornell University melakukan tuntutan hukum terhadap CDC.
“Cornell telah berada di garis depan dalam penelitian dan pengujian Covid, melakukan sumber daya yang sangat besar untuk mencegah penyebaran virus. Upaya untuk menghubungkan Cornell dengan isi pesan itu sangat mengecewakan,” tutur Oswald.
Selain itu, Oswald mengatakan bahwa narasi Covid-19 tidak nyata adalah salah.
“Virus ini dipelajari dengan sangat baik dengan banyak urutan genom lengkap dari pasien, bertentangan dengan anggapan bahwa hanya 40 atau lebih nukleotida yang telah diurutkan,” katanya.
Oswald menyebut pekerjaan penelitian soal Covid-19 dikumpulkan oleh National Library of Medicine.
Faktanya, klaim tersebut merupakan informasi palsu atau hoaks. Robert Oswald menegaskan, narasi Covid-19 tidak nyata yang mencatut namanya tidak ada hubungannya dengan dirinya dan Cornell University. Ia mengatakan, isi pesan bahwa Covid-19 tidak nyata adalah salah. Dari penelitian ilmiah terbukti bahwa Covid-19 benar ada. Ia juga menyangkal adanya tuntutan hukum Cornell University terhadap Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.
Dilansir dari Kompas, dari situs web College of Veterinary Medicine Cornell University, tercatat bahwa Robert Oswald adalah profesor di Department of Molecular Medicine. Pada kolom minat penelitian di laman itu, Oswald membantah kebenaran narasi bahwa Covid-19 tidak nyata. Narasi itu disebutnya hoaks.
Berikut pernyataannya setelah dialihkan ke bahasa Indonesia: “Covid-19 nyata. Setiap posting Facebook yang menyarankan sebaliknya adalah hoaks dan tidak benar. Mengenakan masker, mempraktikkan jarak sosial, dan dapatkan vaksin jika sudah tersedia.”
Dilansir dari situs web cek fakta Snopes, Oswald mengatakan bahwa dia merasa ngeri dengan isi pesan yang beredar di media sosial tersebut. Dia menegaskan bahwa pesan itu tidak ada hubungannya dengan dirinya atau Cornell University.
“Saya jelas tidak menulis (informasi) itu dan agak ngeri dengan isinya,” kata Oswald.
Ia menerangkan, informasi tersebut yang mencantumkan bahwa penulis pesan adalah ahli virologi dan ahli imunologi yang tinggal di California Selatan tidak sesuai dengan dirinya. Ia juga membantah isi pesan yang menyebut bahwa Cornell University melakukan tuntutan hukum terhadap CDC.
“Cornell telah berada di garis depan dalam penelitian dan pengujian Covid, melakukan sumber daya yang sangat besar untuk mencegah penyebaran virus. Upaya untuk menghubungkan Cornell dengan isi pesan itu sangat mengecewakan,” tutur Oswald.
Selain itu, Oswald mengatakan bahwa narasi Covid-19 tidak nyata adalah salah.
“Virus ini dipelajari dengan sangat baik dengan banyak urutan genom lengkap dari pasien, bertentangan dengan anggapan bahwa hanya 40 atau lebih nukleotida yang telah diurutkan,” katanya.
Oswald menyebut pekerjaan penelitian soal Covid-19 dikumpulkan oleh National Library of Medicine.
Rujukan
(GFD-2021-5967) [SALAH] “WHO menyatakan bahwa vaksin Sinovac adalah vaksin yang paling lemah”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 01/01/2021
Berita
Akun Instagram wow sehat (instagram.com/wawsehat)membagikan informasi yang berisi klaim bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa vaksin Sinovac adalah vaksin yang paling lemah.
“Hal tersebut diungkapkan WHO setelah melakukan perbandingan 10 jenis vaksin COVID-19 yang siap diedarkan.” tulis akun tersebut.
Efektivitas vaksin sinovac paling rendah
Vaksin sinovac tidak bisa dipercaya
vaksin sinovac tidak effektif
“Hal tersebut diungkapkan WHO setelah melakukan perbandingan 10 jenis vaksin COVID-19 yang siap diedarkan.” tulis akun tersebut.
Efektivitas vaksin sinovac paling rendah
Vaksin sinovac tidak bisa dipercaya
vaksin sinovac tidak effektif
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa vaksin Sinovac adalah vaksin yang paling lemah adalah klaim yang keliru.
Faktanya, tidak ada satu pun informasi yang WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah dibanding sembilan kandidat vaksin Covid-19 lainnya. Aljazeera juga tidak pernah mempublikasikan berita yang mengutip perbandingan efektifitas 10 vaksin Covid-19 oleh WHO.
Dilansir dari Tempo, lewat pencarian di situs resmi WHO dengan kata kunci “Covid-19 vaccine”, Tempo menemukan 39 artikel terkait dengan vaksin Covid-19. Namun, dari semua artikel tersebut, tidak satu pun berisi informasi bahwa WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah dibanding sembilan kandidat vaksin Covid-19 lainnya.
Dalam artikel berjudul “COVAX Announces additional deals to access promising COVID-19 vaccine candidates; plans global rollout starting Q1 2021” yang terbit pada 21 Desember 2020, WHO hanya menjelaskan tentang 10 kandidat vaksin yang melibatkan investasi Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Dari 10 kandidat vaksin itu, sembilan di antaranya masih dalam pengembangan, di mana tujuh di antaranya dalam tahap uji klinis.
Sepuluh kandidat vaksin tersebut adalah AstraZeneca/University of Oxford (Tahap 3); Clover Biopharmaceuticals, Cina (Tahap 1); CureVac, Jerman (Tahap 2B/3); Inovio, Amerika Serikat (Tahap 2); Institut Pasteur/Merck/Themis, Prancis/AS/Austria (Tahap 1); Moderna, AS (Tahap 3); Novavax, AS (Tahap 3); SK bioscience, Korea Selatan (Praklinis); University of Hong Kong, Hong Kong (Praklinis); University of Queensland/CSL, Australia (Tahap 1, program dihentikan).
CEPI sendiri merupakan kemitraan inovatif antara publik, swasta, filantropi, dan organisasi sipil, yang diluncurkan di Davos, Swiss, pada 2017 untuk mengembangkan vaksin guna menghentikan epidemi di masa depan. CEPI telah bergerak dengan sangat mendesak dan berkoordinasi dengan WHO dalam menanggapi munculnya Covid-19.
Adapun lewat penelusuran di Google dengan memasukkan kata kunci yang sama, “Covid-19 vaccine”, juga tidak menemukan berita bahwa WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah. Dalam sebuah berita di Aljazeera pada 18 November 2020 yang berjudul “Where are we in the Covid-19 vaccine race?”, pejabat WHO Swaminathan menyatakan belum bisa mengambil kesimpulan tentang perlindungan jangka panjang dan efek samping dari seluruh vaksin yang sedang diuji coba.
“Semua hasil yang kami lihat sejauh ini didasarkan pada tiga atau empat bulan analisis tindak lanjut, yang berarti bahwa kami belum bisa mengatakan apapun tentang perlindungan jangka panjang (dari vaksin), atau tentang efek sampingnya,” kata Swaminathan. “Dalam kondisi yang lain, Anda tidak akan pernah menggunakan vaksin dalam waktu terbatas. Tapi, karena berada di tengah pandemi, kita harus menyeimbangkan antara risiko dan kebutuhan.”
Menurut arsip berita Tempo, pada 21 Desember 2020, juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia juga telah membantah bahwa vaksin Sinovac memiliki kualitas paling lemah di antara kandidat vaksin lainnya.
“Hingga saat ini, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respons imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah,” ujarnya.
Dia menambahkan, sampai saat ini, belum ada pengumuman tingkat efikasi vaksin Sinovac, baik dari pihak produsen maupun badan pengawas obat di negara tempat dilakukannya uji klinis. Selain itu, kata Lucia, informasi bahwa hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac tidak tepat.
“Sejumlah negara telah melakukan pemesanan vaksin Covid-19 dari Sinovac, seperti Brasil, Turki, Chili, Singapura, dan Filipina. Bahkan, Mesir juga sedang bernegosiasi untuk bisa memproduksi vaksin Sinovac di negaranya,” ujar dia.
Faktanya, tidak ada satu pun informasi yang WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah dibanding sembilan kandidat vaksin Covid-19 lainnya. Aljazeera juga tidak pernah mempublikasikan berita yang mengutip perbandingan efektifitas 10 vaksin Covid-19 oleh WHO.
Dilansir dari Tempo, lewat pencarian di situs resmi WHO dengan kata kunci “Covid-19 vaccine”, Tempo menemukan 39 artikel terkait dengan vaksin Covid-19. Namun, dari semua artikel tersebut, tidak satu pun berisi informasi bahwa WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah dibanding sembilan kandidat vaksin Covid-19 lainnya.
Dalam artikel berjudul “COVAX Announces additional deals to access promising COVID-19 vaccine candidates; plans global rollout starting Q1 2021” yang terbit pada 21 Desember 2020, WHO hanya menjelaskan tentang 10 kandidat vaksin yang melibatkan investasi Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Dari 10 kandidat vaksin itu, sembilan di antaranya masih dalam pengembangan, di mana tujuh di antaranya dalam tahap uji klinis.
Sepuluh kandidat vaksin tersebut adalah AstraZeneca/University of Oxford (Tahap 3); Clover Biopharmaceuticals, Cina (Tahap 1); CureVac, Jerman (Tahap 2B/3); Inovio, Amerika Serikat (Tahap 2); Institut Pasteur/Merck/Themis, Prancis/AS/Austria (Tahap 1); Moderna, AS (Tahap 3); Novavax, AS (Tahap 3); SK bioscience, Korea Selatan (Praklinis); University of Hong Kong, Hong Kong (Praklinis); University of Queensland/CSL, Australia (Tahap 1, program dihentikan).
CEPI sendiri merupakan kemitraan inovatif antara publik, swasta, filantropi, dan organisasi sipil, yang diluncurkan di Davos, Swiss, pada 2017 untuk mengembangkan vaksin guna menghentikan epidemi di masa depan. CEPI telah bergerak dengan sangat mendesak dan berkoordinasi dengan WHO dalam menanggapi munculnya Covid-19.
Adapun lewat penelusuran di Google dengan memasukkan kata kunci yang sama, “Covid-19 vaccine”, juga tidak menemukan berita bahwa WHO menyebut vaksin Sinovac paling lemah. Dalam sebuah berita di Aljazeera pada 18 November 2020 yang berjudul “Where are we in the Covid-19 vaccine race?”, pejabat WHO Swaminathan menyatakan belum bisa mengambil kesimpulan tentang perlindungan jangka panjang dan efek samping dari seluruh vaksin yang sedang diuji coba.
“Semua hasil yang kami lihat sejauh ini didasarkan pada tiga atau empat bulan analisis tindak lanjut, yang berarti bahwa kami belum bisa mengatakan apapun tentang perlindungan jangka panjang (dari vaksin), atau tentang efek sampingnya,” kata Swaminathan. “Dalam kondisi yang lain, Anda tidak akan pernah menggunakan vaksin dalam waktu terbatas. Tapi, karena berada di tengah pandemi, kita harus menyeimbangkan antara risiko dan kebutuhan.”
Menurut arsip berita Tempo, pada 21 Desember 2020, juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia juga telah membantah bahwa vaksin Sinovac memiliki kualitas paling lemah di antara kandidat vaksin lainnya.
“Hingga saat ini, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respons imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah,” ujarnya.
Dia menambahkan, sampai saat ini, belum ada pengumuman tingkat efikasi vaksin Sinovac, baik dari pihak produsen maupun badan pengawas obat di negara tempat dilakukannya uji klinis. Selain itu, kata Lucia, informasi bahwa hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac tidak tepat.
“Sejumlah negara telah melakukan pemesanan vaksin Covid-19 dari Sinovac, seperti Brasil, Turki, Chili, Singapura, dan Filipina. Bahkan, Mesir juga sedang bernegosiasi untuk bisa memproduksi vaksin Sinovac di negaranya,” ujar dia.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1180/keliru-who-bandingkan-efektivitas-10-vaksin-covid-19-dan-sebut-sinovac-yang-terendah
- https://www.who.int/news/item/18-12-2020-covax-announces-additional-deals-to-access-promising-covid-19-vaccine-candidates-plans-global-rollout-starting-q1-2021
- https://www.aljazeera.com/news/2020/11/18/where-are-we-at-in-the-race-to-deliver-a-vaccine
- https://nasional.tempo.co/read/1416551/jubir-vaksin-covid-19-bantah-kualitas-sinovac-paling-rendah
(GFD-2021-5966) [SALAH] Istora Senayan Dijadikan Tempat Penampungan Pasien Covid-19
Sumber: facebook.comTanggal publish: 01/01/2021
Berita
Sebuah akun Facebook bernama Fian M mengunggah video suasana di Istora Senayan Jakarta. Dalam keterangannya, Fian M menambahkan bahwa Istora Senayan dijadikan tempat penampungan pasien Covid-19. Terlihat beberapa orang berbaring di atas alas dengan menjaga jarak.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri, video tersebut bukan terjadi di Indonesia. Melainkan di Stadion Sukpa di Kuantan Malaysia. Stadion dipakai, karena Rumah Sakit Sungai Buloh tidak dapat menampung pasien yang jumlahnya terus meningkat di sana. Mengutip dari East Coast China Press, rumah sakit penampungan Kuantan itu dibagi menjadi dua area dengan bidai. Adapun pasien yang beristirahat di sana menggunakan tikar jerami plastik dan selimut sebagai tempat tidur.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria buka suara terkait video viral Istora Senayan bakal dijadikan tempat isolasi mandiri. Riza menegaskan pihaknya tak pernah Pemprov DKI menyebut Istora Senayan akan dijadikan sebagai isolasi mandiri pasien Covid-19.
“Kami tidak pernah menyebutkan bahwa Istora senayan akan dijadikan tempat isolasi mandiri,” ujar Riza kepada wartawan, Selasa (29/12/2020).
Riza menuturkan yang disiapkan oleh pemerintah pusat yakni di hotel-hotel yang sudah berjalan beberapa bulan sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Untuk Isolasi mandiri, pihak Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan wisma di daerah Ragunan dan TMII.
Sehingga, klaim mengenai Istora Senayan yang dijadikan tempat penampungan pasien Covid-19 merupakan hoaks dengan kategori konten yang salah.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria buka suara terkait video viral Istora Senayan bakal dijadikan tempat isolasi mandiri. Riza menegaskan pihaknya tak pernah Pemprov DKI menyebut Istora Senayan akan dijadikan sebagai isolasi mandiri pasien Covid-19.
“Kami tidak pernah menyebutkan bahwa Istora senayan akan dijadikan tempat isolasi mandiri,” ujar Riza kepada wartawan, Selasa (29/12/2020).
Riza menuturkan yang disiapkan oleh pemerintah pusat yakni di hotel-hotel yang sudah berjalan beberapa bulan sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Untuk Isolasi mandiri, pihak Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan wisma di daerah Ragunan dan TMII.
Sehingga, klaim mengenai Istora Senayan yang dijadikan tempat penampungan pasien Covid-19 merupakan hoaks dengan kategori konten yang salah.
Rujukan
(GFD-2021-5965) [SALAH] “mulai tanggal 31-12-2020 pukul 06.00 sore sampai dengan tanggal 01-01-2021 akan dilakukan mati lampu total”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 01/01/2021
Berita
Akun سلامت (fbcom/amek.betung) mengunggah sebuah gambar yang berisi klaim sebagai berikut pada Kamis, 31 Desember 2020;
“Di informasikan kepada seluruh masyarakat sekitarnya,demi kebaikan, keamanan, kesehatan, keselamatan kita bersama.Bahwa mulai tanggal 31-12-2020.pukul 06/00 sore/menjelang malam.Sampai dengan tanggal 01-01-2021.Akan di lakukan mati lampu total. Di karenakan Bupati tidak mempersetujui adanya hiburan atau kegiatan rame-rame yang tidak jelas, tahun baru ini, tidak seperti tahun baru yang sebelumnya. Di masa pandemi atau covid 19 ini ya. Harus mengikuti protokol yang sudah ada di berikan oleh pemerintah MOHON PENGERTIAN”
Mati lampu di tahun baru
“Di informasikan kepada seluruh masyarakat sekitarnya,demi kebaikan, keamanan, kesehatan, keselamatan kita bersama.Bahwa mulai tanggal 31-12-2020.pukul 06/00 sore/menjelang malam.Sampai dengan tanggal 01-01-2021.Akan di lakukan mati lampu total. Di karenakan Bupati tidak mempersetujui adanya hiburan atau kegiatan rame-rame yang tidak jelas, tahun baru ini, tidak seperti tahun baru yang sebelumnya. Di masa pandemi atau covid 19 ini ya. Harus mengikuti protokol yang sudah ada di berikan oleh pemerintah MOHON PENGERTIAN”
Mati lampu di tahun baru
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa adanya pemadaman total listrik pada malam Tahun Baru 2021 adalah klaim yang keliru.
Faktanya, klaim tersebut adalah informasi palsu atau hoaks. Sejumlah pihak seperti Pemkab Bojonegoro, Pemkab Jepara, PLN UP 3 Kediri, PLN ULP Jombang, PT PLN UP3 Lembayung Lahat, membantah klaim pemadaman total pada malam tahun baru tersebut.
Dikutip dari situs resmi Kabupaten Bojonegoro, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Bojonegoro, Masirin, menegaskan bahwa informasi yang beredar tersebut di media sosial itu hoax atau tidak benar. Sementara itu, Humas PLN UP3 Bojonegoro, Hekso Wisoto, juga menyatakan bahwa kabar tersebut hoax atau tak benar.
Selain itu, dikutip dari Kompas, Plt. Kepala Diskominfo Jepara Sujarto mengatakan bahwa informasi itu hoaks atau tidak benar.
“Tidak ada kebijakan pemadaman total atau masalah kelistrikan pada malam tahun baru 2021. Diimbau kepada masyarakat selalu terapkan 4M (yaitu) memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan,” tulis akun Twitter Pemkab Jepara.
Humas PLN UP 3 Kediri, Aditthia Pratama Putra juga mengatakan informasi mengenai jadwal pemadaman listrik di seluruh Kabupaten Kediri tidak benar / hoax. “PLN sudah menyiapkan lebih dari 800 personel untuk memastikan pasokan listrik terutama di wilayah UP3 Kediri. Jadi Kabar itu Hoax.” Tukasnya seperti dilaporkan RRI.
Aditthia Pratama Putra menambahkan, PLN mendukung penuh kebijakan pemerintah untuk di rumah saja saat pergantian tahun, demi memutus mata rantai penyebaran covid-19. Sehingga, PLN sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan agar saat pergantian tahun tidak sampai ada pemadaman.
Hal itu dikatakan Manager PLN ULP Jombang Nuraini. Menurutnya informasi tersebut dibuat pihak yang tidak bertanggung jawab. “Informasi itu hoax, tidak benar. Itu informasi yang dibuat pihak yang tidak bertanggung jawab.”kata Nuraini pada KabarJombang.com Kamis (31/12/2020).
PLN UP3 Lembayung juga membantah adanya informasi yang tersebar di media sosial bahwa akan ada pemadaman listrik pada malam pergantian tahun baru 2021. Kemudian menegaskan informasi itu adalah hoax. “Tidak benar pak,” ujar Tasili, Manager PT PLN UP3 Lembayung Lahat, Rabu (31/12/2020).
Kapolres Lahat AKBP Achmad Gusti Hartono SIK, melalui Kapolsek Kota Lahat, Iptu Irsan Rumsi SE juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi hoax, karena akan meresahkan masyarakat.
Faktanya, klaim tersebut adalah informasi palsu atau hoaks. Sejumlah pihak seperti Pemkab Bojonegoro, Pemkab Jepara, PLN UP 3 Kediri, PLN ULP Jombang, PT PLN UP3 Lembayung Lahat, membantah klaim pemadaman total pada malam tahun baru tersebut.
Dikutip dari situs resmi Kabupaten Bojonegoro, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Bojonegoro, Masirin, menegaskan bahwa informasi yang beredar tersebut di media sosial itu hoax atau tidak benar. Sementara itu, Humas PLN UP3 Bojonegoro, Hekso Wisoto, juga menyatakan bahwa kabar tersebut hoax atau tak benar.
Selain itu, dikutip dari Kompas, Plt. Kepala Diskominfo Jepara Sujarto mengatakan bahwa informasi itu hoaks atau tidak benar.
“Tidak ada kebijakan pemadaman total atau masalah kelistrikan pada malam tahun baru 2021. Diimbau kepada masyarakat selalu terapkan 4M (yaitu) memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan,” tulis akun Twitter Pemkab Jepara.
Humas PLN UP 3 Kediri, Aditthia Pratama Putra juga mengatakan informasi mengenai jadwal pemadaman listrik di seluruh Kabupaten Kediri tidak benar / hoax. “PLN sudah menyiapkan lebih dari 800 personel untuk memastikan pasokan listrik terutama di wilayah UP3 Kediri. Jadi Kabar itu Hoax.” Tukasnya seperti dilaporkan RRI.
Aditthia Pratama Putra menambahkan, PLN mendukung penuh kebijakan pemerintah untuk di rumah saja saat pergantian tahun, demi memutus mata rantai penyebaran covid-19. Sehingga, PLN sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan agar saat pergantian tahun tidak sampai ada pemadaman.
Hal itu dikatakan Manager PLN ULP Jombang Nuraini. Menurutnya informasi tersebut dibuat pihak yang tidak bertanggung jawab. “Informasi itu hoax, tidak benar. Itu informasi yang dibuat pihak yang tidak bertanggung jawab.”kata Nuraini pada KabarJombang.com Kamis (31/12/2020).
PLN UP3 Lembayung juga membantah adanya informasi yang tersebar di media sosial bahwa akan ada pemadaman listrik pada malam pergantian tahun baru 2021. Kemudian menegaskan informasi itu adalah hoax. “Tidak benar pak,” ujar Tasili, Manager PT PLN UP3 Lembayung Lahat, Rabu (31/12/2020).
Kapolres Lahat AKBP Achmad Gusti Hartono SIK, melalui Kapolsek Kota Lahat, Iptu Irsan Rumsi SE juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi hoax, karena akan meresahkan masyarakat.
Kesimpulan
Informasi palsu / hoaks. Sejumlah pihak seperti Pemkab Bojonegoro, Pemkab Jepara, PLN UP 3 Kediri, PLN ULP Jombang, PT PLN UP3 Lembayung Lahat, membantah klaim pemadaman total pada malam tahun baru tersebut.
Rujukan
- http://www.bojonegorokab.go.id/berita/baca/5556/Beredar-Hoax-Pemadaman-Listrik-Malam-Tahun-Baru,-Warga-Diimbau-Tak-Percaya
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/31/174015565/hoaks-pemadaman-listrik-pada-31-desember-2020-mulai-jam-6-sore-di-jepara
- https://rri.co.id/surabaya/sosial/954069/hoax-pemadaman-listrik-di-wilayah-kabupaten-kediri-saat-malam-pergantian-tahun
- https://kabarjombang.com/info-pemadaman-listrik-tangkal-perayaan-tahun-baru-di-jombang-hoax/
- http://lahatpos.co/pln-akan-padamkan-listrik-di-malam-tahun-baru-adalah-hoax/
Halaman: 4974/5897