(GFD-2021-8576) Sesat, Klaim Vaksinasi Covid-19 Hanya Percobaan karena Cuma Kantongi Izin Darurat
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/04/2021
Berita
Video pendek yang berisi klaim bahwa vaksinasi Covid-19 hanya percobaan beredar di Instagram. Menurut klaim yang dilontarkan oleh seorang pria itu, vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di seluruh dunia saat ini sebenarnya hanyalah sebuah uji klinis karena vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini mengantongi izin penggunaan darurat saja.
Berikut pernyataan pria tersebut: "Kenapa vaksinnya tidak disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat)? Vaksin butuh bertahun-tahun untuk dikembangkan. Dan butuh paling tidak 2-3 tahun untuk uji klinis. Jadi, yang sekarang ini, 'vaksinasi' akan jadi uji klinis sampai Januari 2023. Semua yang mendapatnya sekarang ada dalam uji klinis, bukan dalam masa penggunaan obat yang telah disetujui. Yang kita punya adalah hak penggunaan darurat. Hak penggunaan darurat dapat disetujui untuk 'vaksin' dalam kedaruratan kesehatan publik. Begitulah, ini sebuah percobaan."
Akun ini mengunggah video itu pada 3 April 2021. Akun tersebut juga menulis, "Kenapa vaksin tidak diwajibkan di Amerika dan negara Eropa lain? Karena belum ada satu pun vaksin yang lolos uji klinis, dan hanya punya Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization). Lalu, kenapa di negara antah-berantah seolah-olah 'diwajibkan'?"
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi klaim sesat terkait vaksinasi Covid-19.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, klaim dalam video tersebut menyesatkan. Vaksin-vaksin Covid-19 yang digunakan dengan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization atau EUA) juga memiliki standar keamanan dan keefektifan, sehingga bukan untuk percobaan. Penggunaan EUA dalam situasi darurat kesehatan pun telah diizinkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO telah mengeluarkan Daftar Penggunaan Darurat (EUL) vaksin yang hanya dipakai selama keadaan darurat kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mempercepat ketersediaan vaksin bagi orang yang membutuhkan. Dalam prosesnya, ketika produk belum dilisensikan, WHO akan menilai data kualitas, keamanan, dan kemanjuran (atau kinerja) selama pengembangan serta menilai risiko-manfaat untuk memutuskan apakah produk tersebut dapat digunakan di luar uji klinis.
FDA telah memberikan EUA pada tiga vaksin Covid-19, yakni vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna, dan vaksin Janssen (Johnson & Johnson). FDA bisa memberikan EUA setelah mengevaluasi hasil uji klinis vaksin-vaksin itu terhadap puluhan ribu peserta untuk menghasilkan data ilmiah dan informasi lain yang dibutuhkan FDA, untuk menentukan keamanan dan keefektifan vaksin. Uji klinis ini dilakukan sesuai standar ketat yang ditetapkan FDA.
Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) RI pun telah memberikan EUA pada vaksin CoronaVac (Sinovac). Hasil analisis terhadap vaksin CoronaVac dari uji klinis di Bandung menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen. Sementara laporan efikasi vaksin di Turki sebesar 91,25 persen dan di Brasil sebesar 78 persen. Hasil tersebut telah memenuhi persyaratan WHO, di mana minimal efikasi vaksin adalah 50 persen.
Ahli epidemiologi dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa telah dikeluarkannya UEA oleh sejumlah negara menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 tersebut tidak memiliki masalah dari aspek keamanan dan efikasi. EUA diberikan dalam situasi darurat kesehatan dan telah memperoleh rekomendasi dari WHO.
"Artinya, uji klinis tahap III sebenarnya sudah selesai. Yang belum selesai hanya proses administrasi saja. (Proses administrasi) untuk vaksin memang panjang dan lama. Jadi, bukan berarti ini untuk percobaan," kata Dicky saat dihubungi pada 7 April 2021.
Meskipun begitu, tidak semua negara memberlakukan EUA pada vaksin Covid-19. Menurut Dicky, beberapa negara, seperti Kanada dan Singapura, memberikan izin biasa untuk penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech karena kriteria mendasarnya, yakni keamanan dan efikasi, telah terpenuhi.
Kewajiban menerima vaksin Covid-19
Terbitnya UEA tersebut tidak ada kaitannya dengan kebijakan dari suatu negara untuk mewajibkan vaksinasi atau tidak. Dikutip dari CNN Indonesia, WHO tidak setuju dengan aturan negara-negara yang mewajibkan vaksinasi Covid-19.
WHO menilai mewajibkan vaksinasi Covid-19 kepada setiap warga hanya akan menjadikan bumerang yang memicu mereka semakin bersikap antipati terhadap vaksin Covid-19.
"Saya tidak yakin bahwa mandat-mandat bukan arah kebijakan yang tepat di sini, khususnya bagi vaksin," kata Direktur Departemen Imunisasi WHO, Kate O'Brien, dalam jumpa pers virtual pada Desember 2020 lalu.
Meski demikian, WHO memberikan kebebasan seluruh negara dalam melaksanakan kampanye vaksinasi Covid-19. "Akan lebih baik untuk mendorong dan memfasilitasi vaksinasi tanpa persyaratan semacam itu. Saya tidak berpikir kami ingin melihat ada negara yang mewajibkan vaksinasi," ujarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksinasi Covid-19 hanya percobaan karena cuma mengantongi Izin Penggunaan Darurat ( Emergency Use Authorization atau UEA), menyesatkan. EUA bisa diberikan dalam kondisi darurat kesehatan agar bisa segera digunakan dalam menghentikan penularan, seperti ketika pandemi Covid-19 saat ini. EUA pun diberikan dengan syarat ketat untuk menjamin keamanan dan efikasi vaksin Covid-19. Selain itu, pemberian EUA tidak terkait dengan kebijakan dari suatu negara untuk mewajibkan vaksinasi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/vaksinasi-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/fda
- https://www.instagram.com/p/CNNNBC8Bsuo/?utm_source=ig_embed
- https://www.tempo.co/tag/izin-penggunaan-darurat
- https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronavirus-disease-use-of-emergency-use-listing-procedure-forvaccines-against-covid-19
- https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/learn-more-about-covid-19-vaccines-fda
- https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/584/Penerbitan-Persetujuan-Penggunaan-Dalam-Kondisi-Darurat-Atau-Emergency-Use-Authorization--EUA--Pertama-Untuk-Vaksin-COVID-19.html
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210113111735-134-593040/who-sebut-tak-setuju-negara-wajibkan-vaksinasi-covid
- https://www.tempo.co/tag/who
- https://www.tempo.co/tag/emergency-use-authorization
(GFD-2021-8575) Sesat, Klaim bahwa BMKG Peringatkan Tsunami di NTT pada 7 April 2021
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/04/2021
Berita
Klaim bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan akan adanya tsunami di Nusa Tenggara Timur ( NTT ) pada 7 April 2021 beredar di Facebook. Klaim itu dilengkapi dengan gambar tangkapan layar sebagian artikel yang dimuat oleh situs media CNN Indonesia pada 6 April 2021. Artikel tersebut berjudul "BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Mirip Tsunami di NTT". Artikel itu juga memuat foto Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Akun ini membagikan klaim tersebut pada 6 April 2021. Akun itu menulis, "Mohon yg punya signal infokan ke saudra2 yg tinggal area bantaran laut ... CNN WARNING UNTUK WASPADA AKAN ADA THUNAMI MOHON SKLI UNTK MENGHINDARI AREA PINGGIRAN PANTAI ... BERLAKU BESOK TGL 7 APRIL 2021... CEK CNN 6 APRIL 2021..."
Sementara dalam gambar tangkapan layar artikel CNN Indonesia yang diunggah oleh akun tersebut, tertulis: "Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan potensi gelombang tinggi dari laut mirip tsunami yang memasuki wilayah daratan Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga besok, Rabu (7/4). "Dampak yang terjadi hari ini hingga sekitar tanggal 7 adalah yang sangat dirasakan selain hujan lebat, tapi juga angin yang..."
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim sesat bahwa BMKG memperingatkan akan adanya tsunami di NTT pada 7 April 2021.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri artikel berjudul "BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Mirip Tsunami di NTT" yang dimuat oleh CNN Indonesia tersebut. Pada 6 April 2021, CNN Indonesia memang mempublikasikan artikel dengan judul itu, yang dilengkapi dengan foto Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Namun, sesuai judul tersebut, artikel itu hanya menyatakan bahwa ada potensi gelombang tinggi dari laut yang mirip tsunami di NTT hingga 7 April 2021. Tidak terdapat informasi bahwa gelombang tinggi itu masuk dalam kategori tsunami. Justru, di paragraf ketiga, yang tidak tercantum dalam gambar tangkapan layar yang diunggah oleh akun Facebook di atas, terdapat penjelasan bahwa gelombang itu tidak akan sekuat tsunami, walaupun merusak.
Berikut bunyi paragraf 1-3 dan paragraf 7-8 artikel CNN Indonesia ini:
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan potensi gelombang tinggi dari laut mirip tsunami yang memasuki wilayah daratan Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga besok, Rabu (7/4).
"Dampak yang terjadi hari ini hingga sekitar tanggal 7 adalah yang sangat dirasakan selain hujan lebat, tapi juga angin yang kencang dan gelombang tinggi yang dikhawatirkan ini mirip tsunami," tutur Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui siaran langsung di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (6/4).
Dwikorita menuturkan gelombang tersebut tidak akan sekuat tsunami, namun gelombang yang terbentuk cukup tinggi dan berpotensi ke daratan sehingga dapat merusak. Mengutip paparan yang disampaikan Dwikorita, gelombang tinggi diproyeksi di sejumlah wilayah perairan dengan ketinggian yang berbeda-beda.
...
Dwikorita menjelaskan kondisi ini bisa terjadi karena siklon tropis seroja masih berada di perairan sekitar NTT hingga besok. Namun begitu, Dwikorita menegaskan siklon tropis seroja akan menjauh dari perairan NTT dan Indonesia setelah tanggal 7 April.
Meskipun kecepatan pusaran siklon akan terus menguat, kata dia, namun dampaknya diprediksi akan melemah di wilayah Indonesia.
Penjelasan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati soal adanya potensi gelombang tinggi dari laut yang mirip dengan tsunami di NTT tersebut juga dimuat oleh situs media Bisnis.com pada 6 April 2021. Sama dengan yang tertulis dalam artikel CNN Indonesia, artikel Bisnis.com juga hanya menyinggung soal adanya potensi gelombang tinggi yang mirip tsunami di NTT hingga 7 April 2021.
Menurut artikel Bisnis.com, Dwikorita meminta warga NTT mewaspadai dampak Siklon Tropis Seroja hingga berbentuk gelombang tinggi yang mirip tsunami. Menurut dia, dampak badai ini dapat berupa hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Dampak itu diperkirakan terjadi mulai 6 April 2021 hingga sekitar 7 April 2021.
"Yang dikhawatirkan ini mirip tsunami, jadi gelombang tingginya itu masuk ke darat. Meskipun tidak sekuat tsunami, tidak sekuat gelombang tsunami, tapi sama-sama masuk ke darat dan dapat merusak," katanya melalui video yang diunggah di kanal YouTube Setpres pada 6 April 2021.
Dwikorita menjelaskan ketinggian gelombang saat ini di Samudera Hindia bisa mencapai 6 meter. Sementara itu, gelombang berkisar 4-6 meter terpantau di perairan NTT.
Isu tentang akan adanya tsunami di wilayah NTT pada 7 April 2021 juga telah dibantah oleh BMKG. Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau BMKG, Syaeful Hadi, seperti dikutip dari Republika.co.id, menyatakan bahwa informasi tersebut keliru. "Berita tersebut tidak benar dan BMKG tidak pernah membuat berita tersebut," katanya pada 7 April 2021.
Menurut Syaeful, fenomena yang berpeluang terjadi di sejumlah wilayah perairan NTT adalah gelombang tinggi. Gelombang setinggi 1,25-1,5 meter berpeluang terjadi di Selat Sape selatan, Selat Sumba barat, Laut Sawu, Selat Ombai, serta perairan utara Kupang dan Rote Ndao. Tinggi gelombang 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan selatan Kupang dan Rote Ndao serta Samudera Hindia selatan Kupang dan Rote Ndao.
Selain itu, tinggi gelombang 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudera Hindia selatan Sumba dan Sabu Raijua. Syafeul mengatakan gelombang tinggi dan curah hujan yang signifikan ini dapat mempengaruhi dinamika pesisir di wilayah NTT. Karena itu, Syaeful mengimbau warga pesisir Kota Kupang maupun daerah lainnya yang berpotensi terdampak agar waspada terhadap fenomena banjir rob.
Bantahan juga dilontarkan oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo. Seperti dilansir dari Liputan6.com, fenomena yang terjadi di wilayah NTT adalah gelombang tinggi, bukan tsunami. "Jadi, mohon diluruskan bahwasanya itu bukan tsunami. Itu hanya lintasan air laut yang masuk ke darat, bukan tsunami," kata Eko pada 7 April 2021.
Menurut Eko, gelombang besar yang merupakan imbas dari badai tersebut hanya ditemui di lautan, bukan di darat. Hal itu, kata dia, biasa terjadi. Bahkan, kalau pun air laut masuk ke darat, radiusnya tidak sampai 100 meter dari garis pantai. "Hanya memang ketika kemarin berbarengan dengan ( siklon tropis ) Seroja, ada air laut yang masuk ke daratan, seperti kejadian di Manado beberapa bulan lalu," ujarnya.
Saat ini, menurut Eko, gelombang di lautan sekitar NTT masih cukup tinggi. Tingginya berkisar 3,5 meter-5 meter. "Di daratan sudah enggak ada, sudah enggak berimbas di daratan," katanya. Untuk itu, Eko meminta warga NTT atidak resah dengan adanya kabar tsunami yang bakal menerjang wilayahnya. "Masyarakat tidak perlu panik. Tidak ada tsunami. Tapi masyarakat perlu mencermati bahwa fenomena gelombang tinggi masih terjadi," tuturnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa BMKG mengeluarkan peringatan akan adanya tsunami di NTT pada 7 April 2021, menyesatkan. Informasi itu diklaim berasal dari artikel CNN Indonesia. Namun, dalam artikel CNN Indonesia yang dimaksud, tertulis bahwa BMKG hanya menyebut adanya potensi gelombang tinggi dari laut yang mirip tsunami di NTT hingga 7 April 2021. Tidak terdapat informasi bahwa gelombang tinggi itu adalah tsunami. Justru, terdapat penjelasan bahwa gelombang ini tidak akan sekuat tsunami, walaupun merusak. BMKG juga telah membantah isu bahwa akan ada tsunami di NTT pada 7 April 2021. Menurut BMKG, fenomena yang terjadi di NTT saat ini adalah gelombang tinggi, bukan tsunami.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/ntt
- https://archive.ph/Fg6p2
- https://www.tempo.co/tag/tsunami
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210406112214-20-626457/bmkg-peringatkan-potensi-gelombang-mirip-tsunami-di-ntt
- https://kabar24.bisnis.com/read/20210406/15/1377227/bmkg-waspadai-dampak-gelombang-mirip-tsunami-di-ntt
- https://www.tempo.co/tag/badai-siklon-tropis-seroja
- https://www.republika.co.id/berita/qr68rn354/bmkg-informasi-adanya-tsunami-di-ntt-tidak-benar
- https://www.liputan6.com/news/read/4525594/bmkg-bantah-kabar-terjadinya-tsunami-di-ntt
- https://www.tempo.co/tag/siklon-tropis
- https://www.tempo.co/tag/bmkg
(GFD-2021-8574) Tidak Terbukti, Istri Shinzo Abe Pura-pura Tak Bisa Bahasa Inggris saat Bertemu Donald Trump
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/04/2021
Berita
Gambar yang berisi klaim bahwa istri mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Akie Abe, pura-pura tidak bisa berbahasa Inggris saat bertemu dengan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump beredar di Instagram. Gambar itu dilengkapi dengan foto Donald Trump dan istrinya, Melanie Trump, bersama Shinzo Abe dan istrinya, Akie Abe.
Klaim itu berbunyi: "Taukah kamu, ketika dirinya bertemu Donald Trump, ibu negara jepang, yaitu istri dari perdana menteri Jepang pura2 tidak bisa bahasa inggris selama 2 jam agar tidak diajak bicara oleh Donald trump." Akun ini membagikan gambar tersebut pada 1 April 2021. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah disukai lebih dari 38 ribu kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram terkait istri mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di media-media arus utama. Hasilnya, ditemukan bahwa klaim tersebut bermula dari pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump saat diwawancarai oleh koresponden The New York Times di Gedung Putih, Maggie Haberman, tentang acara G20 yang berlangsung di Jerman pada 2017.
Dalam acara makan malam para pemimpin negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung selama 1 jam 45 menit, Donald Trump yang duduk bersebelahan dengan Akie Abe mengungkapkan bahwa dia tidak bisa berkomunikasi dengan istri mantan PM Jepang Shinzo Abe tersebut. Donald Trump menyebut Akie Abe sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.
Berikut petikan wawancara Haberman dengan Trump seperti dilansir dari The New York Times :
Trump: So, I was seated next to the wife of Prime Minister Abe, who I think is a terrific guy, and she’s a terrific woman but doesn’t speak English.Haberman: Like, nothing, right? Like zero?Trump: Like, not "hello".Haberman: That must make for an awkward seating.Trump: Well, it’s hard, because you know, you’re sitting there for...Haberman: Hours.Trump: So the dinner was probably an hour and 45 minutes.
Namun, sebuah video di YouTube yang memperlihatkan Akie Abe memberikan pidato dalam bahasa Inggris memunculkan spekulasi bahwa dia pasti berpura-pura tidak bisa berbahasa Inggris untuk menghindari percakapan dengan Trump. Video ini diunggah oleh kanal Black Tie Magazine pada 3 Oktober 2014 dengan judul “Keynote Address - Her Excellency- Madame Akie Abe, First Lady of Japan”.
Hal ini juga diberitakan oleh BBC. Ketika warganet menemukan video di YouTube bahwa Akie Abe memberikan pidato dalam bahasa Inggris, mereka kemudian berspekulasi bahwa dia pasti berpura-pura tidak mengerti bahasa tersebut untuk menghindari percakapan dengan Trump.
Namun, meskipun pernyataan Trump bahwa Akie Abe bahkan tidak bisa mengatakan "halo" mungkin berlebihan, bisa membaca pidato dalam bahasa Inggris dengan naskah tidak berarti bahwa seseorang mampu melakukan percakapan spontan saat makan malam.
Dalam pertemuan-pertemuan diplomatik sebelumnya, Akie Abe hampir selalu memakai penerjemah. Ketika BBC meminta wawancara dengannya di masa lalu pun, pihaknya mengatakan bahwa Akie Abe hanya akan menerimanya jika dilakukan dalam bahasa Jepang.
Menanggapi keributan atas pernyataan Donald Trump tentang pertemuannya dengan Akie Abe di KTT G20 tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan kepada BBC bahwa tidak akan ada komentar resmi terkait hal itu, karena ini adalah percakapan pribadi. "Sementara itu, kami mengakui dalam wawancara itu bahwa Presiden Trump menyatakan bahwa dia menikmati malam bersamanya, dan dia benar-benar wanita yang cantik."
Dilansir dari The Washington Post, spekulasi memang sempat merajalela di dunia maya, apakah Akie Abe berpura-pura tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris untuk menghindari berbicara dengan Trump dalam jamuan makan malam yang berlangsung hampir dua jam tersebut.
Menurut The Washington Post, tentu saja salah jika kemampuan AKie Abe berbicara dalam bahasa Inggris “nol”. Tidak terbayangkan bahwa mantan ibu negara Jepang itu, yang sebelumnya bekerja di Dentsu, perusahaan hubungan masyarakat internasional terbesar di Jepang, tidak tahu kata "halo", bahkan jika dia mungkin tidak mengatakannya kepada Trump dalam makan malam KTT G20.
Beberapa orang yang diwawancarai oleh The Washington Post mengatakan bahwa mereka belum pernah mendengar Akie Abe berbicara dalam bahasa Inggris dan berspekulasi bahwa dia tidak merasa nyaman melakukan lebih dari percakapan sederhana. Kebanyakan orang yang diwawancarai untuk artikel The Washington Post ini mau memberikan informasi dengan syarat anonim karena mereka tidak berbicara dengan Akie Abe secara langsung atau ekstensif.
"Saya hanya mendengar dia berbicara dalam bahasa Jepang," kata seorang pakar asal Jepang di sebuah lembaga think tank. “Dalam pertemuan internasional, dia berbicara melalui penerjemah. Saya berharap dia dapat melakukan percakapan, tapi Anda tidak boleh berasumsi lebih dari itu. ”
Seorang mantan asisten Presiden AS ke-44 Barack Obama mengatakan dalam pesan teks bahwa dia "tidak pernah mendengar Akie Abe berbicara dalam bahasa Inggris dengan Nyonya Obama".
Nicole Uehara, warga asal AS yang membantu mengatur acara dan berpartisipasi di dalamnya, mengatakan Abe tidak berbicara dalam bahasa Inggris selama pertemuan tersebut dan malah membuat komentar melalui penerjemah, yang duduk di belakangnya. Uehara mengatakan dia diberitahu bahwa ibu negara Jepang itu tahu sedikit bahasa Inggris tetapi tidak fasih.
"Saya rasa dia tidak terlalu memahami bahasa Inggris," kata seorang reporter televisi Jepang di Washington dalam sebuah email. Dia pun mengatakan bahwa cerita itu tidak membuat heboh warga Jepang. “Bahkan pertemuan kedua antara Trump dan Putin bukanlah cerita besar di Jepang,” ujarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa istri mantan PM Jepang Shinzo Abe, Akie Abe, pura-pura tidak bisa berbahasa Inggris saat bertemu dengan mantan Presiden AS Donald Trump agar tidak diajak bicara, tidak terbukti. Klaim tersebut merupakan spekulasi yang muncul setelah Trump menyebut bahwa Akie Abe sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris dalam acara makan malam KTT G20 di Jerman pada 2017. Namun, beredar pula video yang memperlihatkan Akie Abe tengah berpidato dengan naskah berbahasa Inggris. Juru bicara Kemenlu Jepang mengatakan bahwa tidak akan ada komentar resmi terkait hal tersebut.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/CNHXqlCL6Ue/?utm_source=ig_embed
- https://www.nytimes.com/2017/07/19/us/politics/trump-interview-transcript.html
- https://www.youtube.com/watch?v=Uhn4EFGiZhA
- https://www.bbc.com/news/world-asia-40678881
- https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2017/07/20/why-japans-first-lady-was-probably-not-snubbing-president-trump/
(GFD-2021-8573) Keliru, Klaim Ini Video Tumpukan Jenazah Covid-19 yang Salah Satunya Merokok
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/04/2021
Berita
Video yang memperlihatkan tumpukan kantong plastik hitam berisi manusia di dalam bak sebuah truk beredar di Facebook. Dari salah satu kantong itu, terlihat seorang pria yang kepalanya menyembul yang sedang merokok. Menurut klaim yang menyertai video ini, kantong-kantong tersebut berisi jenazah Covid-19 palsu yang telah dipersiapkan untuk pemberitaan.
Di Twitter, akun ini membagikan video itu pada 30 Maret 2021. Akun itu menulis, "Mereka sedang mempersiapkan mayat Rona ( Corona ) untuk diberitakan. Salah satunya masih merokok." Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 400 ribu kali. Cuitan tersebut juga mendapatkan 862 komentar, 11 riburetweet, serta 16 ribulike.
Sementara di Facebook, akun ini mengunggah video tersebut pada 31 Maret 2021. Akun itu menulis, "Lebih banyak mayat menumpuk dari Covid, tapi salah satunya menghisap rokok?" Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 1.500 reaksi dan 335 komentar.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video di atas bukanlah video tumpukan jenazah pasien Covid-19 palsu yang telah dipersiapkan. Kantong-kantong plastik hitam berisi manusia yang terlihat dalam video tersebut dipakai dalam syuting video klip lagu rapper asal Rusia, Dmitry Nikolayevich Kuznetsov alias Husky.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar ini ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan petunjuk dalam video yang diunggah oleh kanal YouTube ini pada 31 Maret 2021 yang berjudul serupa dengan narasi dalam cuitan akun Tiwtter di atas.
Salah satu akun yang mengomentari video itu menyebut bahwa video tersebut direkam dari lokasi pembuatan video klip lagu "Never-Ever" karya Husky. "Mereka membuat video musik 'Never-Ever' oleh rapper Husky," demikian bunyi komentar tersebut.
Tempo kemudian menelusuri video klip lagu tersebut di kanal YouTube resmi Husky. Video klip lagu berjudul "Never-Ever" diunggah oleh kanal ini pada 26 September 2020. Tempo pun menonton video berdurasi 2 menit 39 detik itu secara menyeluruh. Pada menit 2:23, terlihat truk berwarna oranye yang identik dengan yang terlihat dalam video yang beredar. Di dalam bak truk itu, juga terlihat tumpukan kantong plastik hitam yang serupa.
Dalam keterangannya, tertulis bahwa video klip ini disutradarai oleh Evgeny Bakirov. Sementara direktur fotografinya adalah Kirill Groshev dan desainer produksinya adalah Vasya Ivanov. Tempo kemudian menelusuri akun-akun media sosial mereka dan juga Husky. Di akun Instagram Groshev, ditemukan video yang sama dengan yang disebarkan oleh akun Twitter dan akun Facebook di atas.
Groshev menyimpan video itu di salah satu highlight Instagram Story miliknya yang diberi judul "Husky | N-E". Video itu diunggah 27 pekan yang lalu, sekitar akhir September 2020, waktu yang sama ketika video klip lagu "Never-Ever" dirilis ke YouTube oleh Husky.
Gambar tangkapan layar unggahan direktur fotografi video klip lagu "Never-Ever", Kirill Groshev, di Instagram Story.
Pada September 2020, video lain yang diambil dari lokasi syuting video klip lagu milik Husky juga pernah disebarkan dengan klaim keliru. Video itu memperlihatkan kantong-kantong berwarna hitam yang diturunkan dari atas sebuah gedung dengan tali. Kantong-kantong ini diklaim berisi penghuni sebuah apartemen di Italia yang semuanya meninggal karena Covid-19.
Berdasarkan verifikasi Tempo, peristiwa dalam video tersebut merupakan bagian dari proses pembuatan video klip lagu milik Husky di Institut Penelitian dan Klinik Regional MF Vladimirsky (Moniki), Moskow, Rusia. Kantong hitam yang terlihat dalam video itu berisi boneka.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video tumpukan jenazah Covid-19 palsu yang telah dipersiapkan, karena salah satunya terlihat sedang merokok, keliru. Video itu direkam dari lokasi pembuatan video klip lagu "Never-Ever" karya rapper asal Rusia, Dmitry Nikolayevich Kuznetsov alias Husky. Kantong-kantong plastik hitam yang terlihat dalam video tersebut hanyalah properti dalam video klip itu.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/jenazah-covid-19
- https://archive.ph/yBR3U
- https://www.tempo.co/tag/corona
- https://archive.ph/8qbGI
- https://www.tempo.co/tag/pasien-covid-19
- https://www.youtube.com/watch?v=8CSRy_Th5YM
- https://www.tempo.co/tag/rapper
- https://www.youtube.com/watch?v=8sx-aG8e-8M
- https://www.instagram.com/stories/highlights/18040163887300722/
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1019/fakta-atau-hoaks-benarkah-ini-video-penghuni-apartemen-italia-yang-semua-tewas-akibat-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/rusia
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
Halaman: 4904/6464