• (GFD-2021-8580) Keliru, Klaim Anggota Brimob Maluku Ini Korban Vaksin AstraZeneca

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/04/2021

    Berita


    Foto seorang pria yang terbaring di atas kasur di sebuah ruang perawatan beredar di Facebook. Di sekeliling pria itu, terdapat beberapa orang dengan ekspresi sedih. Ada pula seorang pria yang tampak menangis. Pria yang terbaring di atas kasur itu diklaim sebagai anggota Brimob yang menjadi korban vaksin Covid-19 AstraZeneca.
    Akun ini membagikan foto beserta klaim itu pada 7 April 2021. Akun tersebut menulis narasi sebagai berikut:
    "Korban Vaksin Lagi. Tanggung Jawab @jokowiAlm VaKsin hari Minggu kemarin setelah vaksin Astrazaneca banyak anggota Brimob hilang kesadaran dan histeris di UGD. Perawatan oleh RS Bhayangkara. Suasana berlanjut hingga keesokan hari meski sdh ada yg pulang kerumah tapi keluhan sakit berbagai macam keluhan belum hilang. Termasuk alm yg kembali berobat ke RS Bhayangkara. Namun kejang2 dan sesak didada tdk pula sembuh hingga alm menghembuskan napas terakhir tadi pagi sekitar pkl 07.15 wit di RS Bhayangkara Polda Maluku. Innalillahi Wainna ilaihi rooji'uun.."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait penyebab meninggalnya salah satu anggota Brimob Polda Maluku.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di media. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa memang ada anggota Brimob Polda Maluku yang meninggal beberapa hari setelah menjalani vaksinasi Covid-19 dengan vaksin AstraZeneca. Dia merupakan Komandan Kompi 4 Batalion A Pelopor Brimob Polda Maluku, Inspektur Satu Laurens Tenine. Namun, penyebab kematiannya bukan vaksin, melainkan infeksi Covid-19.
    Dilansir dari Merdeka.com, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Safari mengatakan Laurens meninggal bukan karena vaksin. Seperti diketahui, Laurens meninggal lima hari setelah disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca pada 30 Maret 2021. Namun, ia meninggal karena terinfeksi Covid-19.
    "Almarhum meninggal bukan karena vaksin, tapi karena terinfeksi Covid-19," kata Hindra pada 5 April 2021. Menurut Hindra, Laurens sudah terpapar Covid-19 sebelum disuntik vaksin AstraZeneca. Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian dan audit Komnas KIPI.
    "Kalau tanggal terpaparnya saya tidak hafal. Tapi yang pasti almarhum terpapar sebelum 30 Maret (tanggal disuntik). Jadi, berdasarkan hasil audit Komnas KIPI, almarhum meninggal bukan gara-gara vaksin," ujarnya. Selain itu, berdasarkan audit, Komnas KIPI menyatakan Laurens tidak memiliki penyakit penyerta. "Tidak ada penyakit penyerta, sakitnya karena Covid-19," ujarnya.
    Polri juga telah memastikan bahwa Laurens meninggal lantaran terjangkit Covid-19, bukan akibat penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca. "Dilakukan sampel pemeriksaan Covid-19 (RT-PCR) di Rumah Sakit Haulussy Ambon dengan hasil positif," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono pada 7 April 2021 seperti dilansir dari CNN Indonesia.
    Argo menjelaskan bahwa perwira kepolisian itu meninggal ketika tiba di RS Bhayangkara, Ambon, Maluku, dengan keluhan tidak sadarkan diri. Kemudian, kata dia, dilakukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter. Namun, dokter tidak menemukan adanya respons napas dan nadi dari pasien.
    Selanjutnya, dokter melakukan tindakan resusitasi jantung-paru selama satu siklus, namun dinyatakan tidak berhasil. "Pasien juga diperiksakan rekam jantung dengan alat EKG, didapatkan hasilno response. Untuk refleks pupil dan kornea, negatif, dan dinyatakan meninggal pukul 07.17 WIT," ujar Argo.
    Dilansir dari Terasmaluku.com, Laurens memang sempat mengikuti vaksinasi Covid-19 dosis pertama di Lapangan Polda Maluku, Tantui, Ambon, pada 30 Maret 2021. Namun, Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar Rum Ohoirat menepis kabar bahwa yang bersangkutan meninggal akibat menjalani vaksin covid-19. Rum mengungkapkan almarhum sebelumnya merasakan sesak napas pada 3 April 2021 malam.
    Pada 4 April 2021 pagi, Laurens pun dilarikan ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan penanganan medis. "Ada yang bilang dia meninggal karena ikut vaksin itu tidak (tidak benar), Jadi, tadi malam sekitar jam 12, dia merasa sakit, sesak napas. Terus tadi pagi dibawa ke rumah sakit langsung sudah meninggal," kata Rum. Setelah dinyatakan meninggal, RS Bhayangkara kemudian melakukan Tes Cepat Molekuler (TCM). Hasilnya, almarhum positif Covid-19.
    Dilansir dari Kompas.com, gejala meriang seperti yang dirasakan Laurens juga dialami oleh puluhan anggota Polda Maluku. Rum mengatakan bahwa mereka sama-sama disuntik vaksin AstraZeneca pada 30 Maret 2021 lalu. Saat itu, ada sekitar 1.500 anggota yang menjalani penyuntikan vaksin.
    "Ada 20-an anggota kami yang alami meriang setelah vaksinasi massal itu, salah satunya Iptu LT. Jadi ada banyak, bukan LT sendiri," kata Rum pada 5 April 2021. Namun, menurut dia, gejala meriang termasuk hal yang wajar dalam KIPI. Kini, kondisi mereka sudah membaik dan bekerja seperti biasa.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa anggota Brimob Maluku, Leurens Tenine, adalah korban vaksin Covid-19 AstraZeneca, keliru. Laurens, yang merupakan Komandan Kompi 4 Batalion A Pelopor Brimob Polda Maluku ini, memang meninggal beberapa hari setelah menjalani vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca. Namun, berdasarkan hasil audit Komnas KIPI, almarhum meninggal bukan akibat vaksin AstraZeneca, melainkan karena terinfeksi Covid-19 sebelum menjalani vaksinasi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8579) Keliru, Bill Gates Tolak Beri Vaksin ke Anak-anaknya

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/04/2021

    Berita


    Sebuah artikel berbahasa Inggris yang berisi klaim soal Bill Gates beredar di Facebook. Menurut artikel itu, bekas dokter pribadi Bill Gates menyebut bahwa pendiri perusahaan teknologi Microsoft tersebut menolak memberikan vaksin kepada anak-anaknya saat mereka masih kecil.
    Artikel berjudul "Bill Gates former doctor say billionaire refused to vaccinate his children"itu dimuat di situs Defend Democracy Press, pada 2 Desember 2018. "The physician who served as Bill Gates private doctor in Seattle in the 1990's says the Microsoft Founder and vaccine proponent refused to vaccinate his own children when they were young."
    Gambar tangkapan layar artikel di sebuah situs yang berisi klaim keliru soal pendiri Microsoft, Bill Gates.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, situs Defend Democracy Press menyebut artikel berjudul" Bill Gates former doctor say billionaire refused to vaccinate his children" itu diambil dari situs Your News Wire, Yournewswire.com) yang telah berubah nama menjadi News Punch, Newspunch.com. Namun, artikel tersebut telah dicabut oleh redaksi News Punch.
    Poynter, institut jurnalisme di Amerika Serikat, pernah menulis bahwa Your News Wire adalah salah satu penerbit berita palsu paling populer di dunia. Situs tersebut, yang dijalankan oleh dua pria di Los Angeles, AS, secara teratur mempublikasikan hoaks dan teori konspirasi.
    Dikutip dari Reuters, editor News Punch mengkonfirmasi bahwa artikel tersebut telah dihapus ketika Your News Wire pindah ke News Punch pada 2018. "Standar editorial kami telah berubah secara signifikan sejak artikel tersebut diterbitkan, dan kami tidak lagi mendukung pernyataan yang dibuat dalam artikel tersebut," katanya.
    Artikel yang berisi klaim bahwa Bill Gates menolak memberikan vaksin ke anak-anaknya itu pun sudah dibantah oleh sejumlah media. PolitiFact menulis bahwa Your News Wire tidak mengidentifikasi dokter pribadi Bill Gates tersebut. Tidak dijelaskan pula konteks dari klaim dokter itu bahwa informasi ini diungkap secara pribadi di "simposium medis di Seattle". Ia tidak menyebut apa nama simposium itu atau kapan simposium tersebut berlangsung.
    Istri Gates, Melinda Gates, juga telah membantah klaim palsu ini ketika beredar pada April 2019. "Ketiga anak saya telah divaksinasi secara penuh," katanya dalam sebuah unggahan di Facebook, seperti dikutip dari Associated Press. "Vaksin bekerja. Dan ketika lebih sedikit orang yang memutuskan untuk mendapatkannya, kita semua menjadi lebih rentan terhadap penyakit."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pendiri Microsoft Bill Gates menolak memberikan vaksin kepada anak-anaknya, keliru. Istri Bill Gates, Melinda Gates, telah membantah klaim palsu itu pada 2019, dan menyatakan bahwa ketiga anak mereka telah divaksinasi secara penuh. Artikel yang berisi klaim tersebut juga telah dihapus di situs aslinya, Your News Wire, yang telah berubah nama menjadi News Punch.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8578) Sesat, Klaim Rizieq Shihab Dapat Penghargaan di Malaysia saat Ditahan di Indonesia

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/04/2021

    Berita


    Gambar tangkapan layar video di YouTube yang berjudul "Penghargaan kepada IB HRS di Malaysia" beredar di Facebook. IB HRS merupakan sebutan bagi mantan pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab. Penghargaan itu disebut bernama Moeslim Choice Award.
    Akun ini membagikan gambar itu pada 5 April 2021. Akun ini pun menulis, "Di Malaysia dapat penghargaan di tanah airnya dapat penghinaan...emas tetap emas, di Rohingya, jangan kan Muslim yang non muslim pun beliau bantu, HR5 ulama ku, semoga Allah selalu melindungi beliau."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim menyesatkan terkait penghargaan yang diterima oleh mantan pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Shihab.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri gambar tangkapan layar tersebut denganreverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa Rizieq Shihab memang mendapat penghargaan dalam Moeslim Choice Award 2018 untuk kategori Ulama Award. Namun, penghargaan itu diberikan di Jakarta, Indonesia, bukan di Malaysia.
    Cuplikan yang identik dengan yang terlihat dalam gambar tangkapan layar itu terdapat dalam video yang diunggah ke YouTube oleh kanal ini pada 24 Desember 2020. Video itu berjudul "PENGHARGAAN KEPADA IB HRS DI MALAYSIA | Habib Rizieq Dapat Piala Ulama di Moeslim Choice Award". Namun, dalam keterangan video tersebut, dijelaskan bahwa penghargaan itu diberikan di di Hotel Pullman, Jakarta Pusat.
    Video yang sama pernah diunggah ke YouTube oleh kanal MOESLIMCHOICE TV pada 16 Desember 2018 dengan judul “ULAMA AWARD: Habib Muhammad Rizieq Shihab”. Dalam keterangannya, Moeslim Choice menyatakan bahwa Rizieq merupakan simbol perlawanan umat terhadap kesewenang-wenangan. "Dengan segala macam kontroversinya, ia tetaplah seorang ulama kharismatik dengan Front Pembela Islam sebagai basis jamaahnya," demikian narasi yang ditulis Moeslim Choice.
    Dikutip dari situs resmi Moeslim Choice, Rizieq Shihab diberi penghargaan Moeslim Choice Ulama Award lantaran dianggap sebagai representasi perjuangan Islam. Penghargaan ini diterima oleh Muhammad Hanif Alatas, menantu Rizieq, karena ia tengah berada di luar negeri. "Saya berdiri di sini mewakili Ayahanda, kebetulan beliau mertua saya," ujarnya.
    Hal ini juga diberitakan oleh Suara.com. Rizieq Shihab meraih penghargaan dalam Moeslim Choice Award 2018 kategori Ulama Award. Saat nama Rizieq disebutkan oleh pemandu acara, pekik takbir terdengar di dalam ruangan dari para pengikutnya. "Allahu Akbar!" teriak para pengikut Rizieq.
    Menantu Rizieq, Muhammad Hanif bin Abdurrahman Alatas, datang mewakili mertuanya yang masih bermukim di Mekah, Arab Saudi. Selain Rizieq, sejumlah penceramah terkemuka yang mendapat penghargaan untuk kategori Ulama Award adalah ustaz Adi Hidayat, ustaz Haikal Hasan, dan ustazah Munifah Syanwani.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, penyidik Polda Metro Jaya resmi menahan Rizieq Shihab pada 12 Desember 2020, seusai pemeriksaan selama lebih dari 12 jam. Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono mengatakan penahanan Rizieq dilakukan berdasarkan pertimbangan objektif dan subjektif penyidik.
    Secara objektif, kata Argo, ancaman hukuman dari pasal yang disangkakan kepada Rizieq lebih dari 5 tahun. Sementara dari sisi objektif, lanjut dia, agar tersangka tidak melarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan tidak mengulangi perbuatannya.
    Polda Metro Jaya telah menetapkan Rizieq sebagai tersangka terkait kasus dugaan pelanggaran protokol kesehatan dalam kerumunan di Petamburan, Jakarta Pusat, pada 14 November lalu. Polisi menjerat Rizieq dengan Pasal 160 dan Pasal 216 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman hingga 6 tahun penjara.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa mantan pemimpin FPI Rizieq Shihab mendapat penghargaan di Malaysia saat ditahan di Indonesia, menyesatkan. Rizieq memang mendapatkan penghargaan dalam Moeslim Choice Award 2018 untuk kategori Ulama Award. Namun, acara penghargaan pada 12 Desember 2018 itu digelar di Jakarta, Indonesia, bukan di Malaysia. Penghargaan ini pun diberikan jauh sebelum Rizieq ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Polda Metro Jaya pada 2020.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8577) Sesat, Klaim Ini Video saat Densus 88 Geledah Pesantren Lalu Amankan Alquran dan Tabungan Santri

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/04/2021

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video ketika Detasemen Khusus 88 Antiteror atau Densus 88 menggeledah sebuah pondok pesantren beredar di YouTube. Video tersebut berjudul "Densus 88 Gledah Pesantren Amankan Al-Quran dan Tabungan Santri". Video ini menyebar usai digeledahnya pondok pesantren di Berbah, Sleman, Yogyakarta, pada 2 April 2021.
    Dalam thumbnail video itu, terdapat pula teks "Biadaap..!! Densus 88 Gledah Ponpes Amankan Alquran dan Tabungan Santri. Keterlaluan..!! Di Rezim Jkw Pesantren Di Anggap Sarang T€rror15t". Kanal ini mengunggah video itu pada 4 April 2021. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 32ribu kali dan mendapat mendapat lebih dari 600 komentar.
    Gambar tangkapan layar unggahan di YouTube yang berisi klaim menyesatkan terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut tidak berisi rekaman peristiwa penggeledahan pondok pesantren di Berbah, Sleman, Yogyakarta.
    Video ini hanya berisi narasi yang dibacakan oleh narator terkait peristiwa penggeledahan pondok pesantren di Berbah tersebut yang terjadi pada 2 April 2021 lalu. Narasi dalam video itu pun tidak menyebut bahwa Densus 88 mengamankan Alquran. Densus 88 memang mengamankan buku tabungan, namun tidak disebutkan bahwa buku tabungan ini milik santri.
    Narasi tersebut bersumber dari artikel di Suara.com pada 2 April 2021 yang berjudul "Densus 88 Geledah Ponpes di Berbah, Amankan Buku Tabungan dan Busur Panah". Berikut isi lengkap artikel itu:
    Jajaran Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim di RT 4 RW 7, Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman, Jumat (2/4/2021) malam. Penggeledahan itu berlangsung cukup memakan waktu dengan penjagaan ketat dari petugas kepolisian.
    Berdasarkan pantauan Suara.com di lapangan, selama penggeledahan berlangsung sekitar lokasi dijaga ketat petugas kepolisian. Beberapa warga setempat terlihat penasaran dan turut menyaksikan penggeledahan itu dari jauh.
    Ketua RT 4, Agus Purwanto (48), membenarkan adanya penggeledahan tersebut. Pasalnya ia diminta menjadi saksi dalam kegiatan penggeledahan di beberapa ruangan ponpes itu. "Semua kantor diperiksa. Semua ruangan diperiksa kecuali ruang inap tidak. Asrama tidak. Ruang kantor tata usaha, ruang direktur itu dan rumah pribadi," kata Agus, saat ditemui awak media.
    Dikatakan Agus, banyak petugas yang terlibat dalam penggeledahan tersebut. Berdasarkan laporan yang disampaikan petugas kepadanya, bahwa petugas itu berasal dari Mabes Polri. Saat Suara.com, datang ke lokasi sekitar pukul 20.23 WIB malam, penggeledahan masih terus berlangsung. Baru sekitar 21.42 WIB petugas mulai meninggalkan lokasi. "Belum lama selesai, sekitar setengah 10 malam baru saja selesai," imbuhnya.
    Disampaikan Agus, beberapa barang terlihat juga turut diamankan oleh petugas. Namun ia tidak bisa merinci dari mana tepatnya barang-barang itu diambil. "Yang dibawa laptop, CPU semua dengan komputer, buku-buku yang banyak, dengan buku tabungan, terus anak panah dua dengan busurnya," ungkapnya.
    Sedangkan terkait informasi adanya orang yang turut dibawa saat penggeledahan berlangsung, Agus menyampaikan tidak mengetahui secara pasti. Namun diketahui bahwa rumah yang digeledah itu milik seorang berinisial A yang merupakan suami dari direktur pondok. "Itu saya tidak tahu. Saya ngga tanya, pokoknya saya disuruh menjadi saksi penggeledahan itu," ujarnya.
    Agus menuturkan bahwa ponpes itu sudah berdiri sejak lama tahun 80an. Saat pemeriksaan pun suami dari direktur yang bersangkutan tidak berada di lokasi. Ditegaskan, Agus sebelumnya belum pernah dilakukan penggeledahan di ponpes tersebut. "Belum pernah digeledah sebelumnya baru kali ini. Tidak ada aktivitas mencurigakan juga," pungkasnya.
    Sebelumnya Jajaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri juga telah melakukan penggeledahan sebuah rumah di RT 06 RW 05 Pedukuhan Dawukan, Sendangtirto, Berbah, Sleman, Jumat (2/4/2021). Saat itu yang disita dari buku-buku hingga senjata tajam. Sementara itu hingga berita ini dinaikan Kapolres Sleman AKBP Anton Firmanto belum dapat dikonfirmasi mengenai giat Densus 88 ini.
    Terkait cuplikan-cuplikan dalam video tersebut, merupakan gabungan dari beberapa potongan video yang berbeda. Di antaranya adalah video program televisi Rosi di Kompas TV. Video ini pernah diunggah oleh kanal YouTube milik Kompas TV pada 15 November 2019 dengan judul “Jangan Labelkan Pesantren Sebagai Tempat Mendidik Teroris - ROSI (2)”.
    Tayangan itu menampilkan sejumlah narasumber, seperti pengamat terorisme Sydney Jones dan peneliti Kreasi Prasasti Perdamaian, Kharis Khadirin. Menurut tayangan ini, terdapat tudingan bahwa pondok pesantren melahirkan teroris. Tapi, dengan tegas, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid serta Kharis menolak label pesantren sebagai tempat mendidik teroris.
    Cuplikan selanjutnya merupakan potongan video dari tayangan Kompas TV lainnya yang menampilkan wawancara dengan pengamat terorisme Noor Huda Ismail tentang aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Video itu diunggah oleh kanal YouTube Kompas TV pada 29 Maret 2021 dengan judul “Pengamat: Pesantren Jadi Tempat Pembajakan Kelompok Teroris untuk Proses Regenerasi”.
    Noor Huda menyebut kelompok teroris cenderung menunjukkan perilaku eksklusif seperti tidak mau bergaul atau mengkonsumsi makanan dari kelompok masyarakat yang lain. Selain itu, ada proses regenerasi melalui lembaga pendidikan tertentu. "Saya tidak mengatakan pesantren sebagai pusat terorisme tertentu, bukan. Karena di Indonesia itu ada 28 ribu pesantren, dan Departemen Agama akan selalu monitor mana yang bermasalah," kata Noor Huda.
    Menurut dia, bukan hanya dari pendidikan formal, potensi cara didik terorisme juga bisa dimulai dari pendidikan informal. Dia menegaskan tempat-tempat tersebut bukan merupakan tempat lahirnya teroris, melainkan tempat yang sering kali dibajak oleh kelompok teroris tertentu untuk kepentingan proses rekrutmen kelompok. Mirisnya, proses rekrutmen kini dilakukan kepada anak-anak kecil dan wanita.
    Adapun cuplikan video lainnya menampilkan salah satu dialog dalam film berjudul “Alif Lam Mim”. Potongan film itu pernah diunggah ke YouTube oleh kanal ini pada 9 Desember 2020 dengan judul "Kembali Viral Cuplikan Film Alif Lam Mim".

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video saat Densus 88 menggeledah pesantren di Berbah, Sleman, Yogyakarta, lalu mengamankan Alquran dan buku tabungan santri, menyesatkan. Video tersebut tidak berisi rekaman peristiwa penggeledahan pondok pesantren di Berbah, melainkan hanya narasi yang dibacakan oleh narator terkait peristiwa tersebut pada 2 April 2021 lalu. Menurut pemberitaan, Densus 88 pun tidak mengamankan Alquran. Densus 88 memang mengamankan buku tabungan, namun tidak disebutkan bahwa buku tabungan ini milik santri. Penggeledahan juga dilakukan di kantor pondok pesantren, bukan di asrama.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan