(GFD-2020-8041) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Warga Italia yang Bersujud di Tengah Pandemi Corona?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/04/2020
Berita
Foto-foto yang memperlihatkan ratusan orang bersujud di lapangan sebuah kota beredar di media sosial. Foto-foto tersebut diklaim diambil di Italia. Tiga foto ini beredar di tengah pandemi virus Corona Covid-19 yang terjadi di berbagai negara, termasuk Italia.
Salah satu akun Facebook yang membagikan foto-foto itu adalah akun Mey Rianti, yakni pada 29 Maret 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Mey Rianti ini telah direspons lebih dari 1.600 kali dan dibagikan lebih dari 600 kali.
Akun Mey Rianti pun memberikan narasi terhadap foto-foto itu, "Italia 'Bersujud'. Di Italia... Mereka mulai 'Bersujud'. Meski entah kepada Siapa? Mereka Menangisi Diri. Mereka Mohon Ampun atas Dosa. Tapi entah kepada Siapa? Tapi setidaknya mereka Telah Mengakui: Manusia Tidak Berdaya Sama Sekali."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Mey Rianti.
Apa benar foto-foto di atas merupakan foto-foto warga Italia yang bersujud di tengah pandemi Corona?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri foto-foto unggahan akun Mey Rianti denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto itu merupakan gambar tangkapan layar dari sebuah video.
Salah satu kanal YouTube, Aatif Aneeq, pernah memuat video itu, yakni pada 27 Maret 2020, dengan judul "Plaza San Martin - Lima, Peru, People are praying against corrupted people during election".
Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube Aatif Aneeq.
Dalam keterangannya, kanal ini juga menulis, "Orang-orang berdoa kepada orang-orang yang korupsi selama pemilihan umum dan mendatangi Plaza San Martin - Lima, Peru. Ini di Peru, Desember 2019, tapi video ini digunakan sebagai berita palsu yang mengatakan: Orang-orang di Spanyol jatuh dalam sujud karena penyakit virus Corona."
Untuk memastikan informasi tersebut, Tempo menelusuri lokasi Plaza San Martin di Lima, Peru. Berdasarkan penelusuran dengan Google Maps, lokasi dalam video itu memang benar berada di Plaza San Martin, Lima, Peru. Hal ini terlihat dari kesamaan bentuk patung kuda dalam video tersebut dan arsitektur gedung berwarna putih yang berada di sekitar plaza tersebut.
Gambar tangkapan layar street view di Google Maps yang menunjukkan lokasi Plaza San Martin di Lima, Peru.
Dilansir dari situs Limaeasy.com, Plaza San Martin yang diresmikan pada 1921 dibangun untuk menghormati seratus tahun kemerdekaan Peru. Plaza ini juga didedikasikan untuk Jenderal Jose de San Martin, tokoh kunci perjuangan kemerdekaan di Amerika Selatan. Dia mendeklarasikan kemerdekaan Peru pada 28 Juli 1821.
Organisasi cek fakta India, Alt News, juga telah memverifikasi video tersebut dan menyatakan bahwa video itu tidak diambil di Italia maupun Spanyol, melainkan di Plaza San Martin, Lima, Peru. Video itu diunggah oleh politikus Peru, Alejandro Munante, di Facebook dengan keterangan "Prayer Vigil for Peru".
Video tersebut dibagikan pada 6 Desember 2019 waktu setempat, sebelum kasus Covid-19 pertama muncul di Peru pada 6 Maret 2020 dan sebelum Cina memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai adanya kasus yang mirip pneumonia, yang saat ini disebut Covid-19, pada 31 Desember 2019.
Alt News juga menemukan video dari acara yang sama di Facebook yang diunggah dengan narasi, "Prayer Vigil for Peru. Plaza San Martin - Lima." Video tersebut dibagikan oleh halaman Facebook Peru, Jesucristo es la unica esperanza (Peru, Yesus Kristus adalah satu-satunya harapan), platform koordinasi nasional untuk gereja-gereja evangelis di Peru.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi dalam unggahan akun Facebook Mey Rianti keliru. Foto tersebut berasal dari sebuah video yang direkam di Plaza San Martin, Lima, Peru, pada 6 Desember 2019. Artinya, video ini tidak terkait dengan virus Corona Covid-19 karena direkam sebelum kasus Covid-19 pertama muncul di Peru pada 6 Maret 2020 dan sebelum Cina memberi tahu WHO mengenai adanya kasus yang mirip pneumonia, yang saat ini disebut Covid-19, pada 31 Desember 2019.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.vn/dSSNO
- https://www.youtube.com/watch?v=RFWCWqUr-Xs
- https://www.google.com/maps/@-12.0519408,-77.0348815,3a,75y,36.3h,96.84t/data=!3m6!1e1!3m4!1s1Bm7q1xNnBSCpHQMNQNawQ!2e0!7i13312!8i6656
- https://www.limaeasy.com/culture-guide/plazas-city-squares/san-martin-square
- https://www.altnews.in/old-video-from-peru-falsely-shared-as-mass-prayers-offered-in-italy-in-light-of-coronavirus-pandemic/
- https://web.facebook.com/story.php?story_fbid=2438362942952703&id=293679714070229&_rdc=1&_rdr
(GFD-2020-8040) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Jenazah Muslim di New York yang Meninggal Karena Corona?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/04/2020
Berita
Sebuah video pendek yang memperlihatkan puluhan jenazah yang ditutup dengan kain kafan di dalam sebuah ruangan beredar di Instagram, WhatsApp, dan Twitter dalam beberapa hari terakhir. Jenazah-jenazah tersebut diklaim sebagai warga muslim di New York, Amerika Serikat, yang meninggal karena terinfeksi virus Corona Covid-19.
Di Instagram, video berdurasi 1 menit itu diunggah salah satunya oleh akun Drama Kereta Official, @drama.kereta, yakni pada 8 April 2020. Dalam video itu, terlihat seorang pria yang memakai masker dan sarung tangan sedang menunjukkan banyaknya jenazah yang meninggal karena Covid-19 dan belum dimakamkan. Terdengar pula suara pria yang berbicara dalam bahasa Arab di video tersebut.
Di WhatsApp, video yang beredar memiliki durasi lebih panjang, yakni 3 menit 25 detik. Video itu diiringi narasi sebagai berikut:
“Ini kiriman video betapa dahsyatnya wabah covid 19 di Amerika. Video ini dari murid saya yg tinggal di Amerika. Ini yg diliput di Brooklyn (sebuah wilayah di New York) untuk mengingatkan semua, jangan menganggap enteng virus covid 19 ini. Mayat-mayat Muslim diserahkan ke komunitas (Arab) untuk dimakamkan karena Pemerintah setempat sudah kewalahan. Komunitas ini menerima mayat puluhan orang perharinya kurang lebih 55 orang. Jenazah-jenazah itu digeletakin begitu saja di ruang kantor menunggu antre untuk dimakamkan.”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram Drama Kereta Official.
Apa benar video di atas adalah video muslim di New York yang meninggal karena virus Corona Covid-19?
Hasil Cek Fakta
Tim CekFakta Tempo menggunakan tool InVID untuk mengekstraksi video tersebut menjadi sejumlah foto. Foto-foto itu kemudian ditelusuri dengan reverse image tool. Dengan cara ini, Tempo memperoleh video dalam versi lengkap yang berdurasi 5 menit 15 detik.
Video itu adalah video milik akun Facebook @sherifkhorsheid yang dipublikasikan oleh Youm7.com, sebuah situs berita berbahasa Arab yang berbasis di Mesir, pada 7 April 2020. Video tersebut diunggah dengan keterangan "video tentang jumlah mayat muslim yang menjadi korban Corona sebelum pemakaman mereka di New York".
Lewat video itu, Tempo memperoleh petunjuk pada menit awal, ketika dua pria yang bercakap-cakap dalam bahasa Arab hendak masuk ke sebuah kantor. Di kaca jendela kantor tersebut, tertera dua nomor telepon. Tempo kemudian mengecek nomor telepon tersebut, yakni 347-262-2744 dan 718-435-6700, ke mesin pencarian Google.
Berdasarkan informasi dari situs Business Directory, nomor telepon itu adalah milik Islamic International Funeral Services atau Layanan Pemakaman Islam Internasional yang beralamat di Pat Marmo, 4123 4th Avenue, Brooklyn, New York.
Melalui penelusuran dengan Google Maps, Tempo mendapati bahwa kantor itu adalah benar kantor Islamic International Funeral Services. Hal ini terlihat dari kesamaan tulisan nomor telepon yang tertera pada kaca jendela kantor serta bangunan yang berada di seberang jalan.
Gambar tangkapan layar street view di Google Maps yang menunjukkan lokasi Islamic International Funeral Services di New York, Amerika Serikat.
Dalam artikelnya, Youm7.com menjelaskan bahwa video itu direkam oleh Bakr Mansour, warga Yordania, yang memantau jumlah kematian akibat Covid-19 pada kalangan muslim di Amerika. Saat video itu diambil, salah satu staf biro pemakaman mengatakan bahwa kantornya menerima 55 jenazah kasus Covid-19, sepuluh jenazah di antaranya telah dimakamkan. Situs ini juga menjelaskan bahwa 90 persen kematian yang diterima oleh Islamic International Funeral Services adalah karena virus Corona.Setelah video ini menyebar di media sosial, petugas Islamic International Funeral Services yang berada dalam video itu kemudian membuat klarifikasi. Tempo mendapatkan video klarifikasi tersebut diunggah oleh kanal Abu Ammar di YouTube pada 7 April 2020.
Melalui bantuan Direktur Tempo Institute, Qaris Tajudin, yang merupakan lulusan Universitas Al Azhar Mesir dan bisa berbahasa Arab, diketahui bahwa pria dalam video itu menjelaskan jenazah-jenazah tersebut meninggal bukan karena Covid-19, tapi karena sebab lain.
Menurut pria itu, pasien yang meninggal karena Covid-19 diletakkan dalam peti tertutup dan dikuburkan langsung oleh rumah sakit, tanpa melalui Islamic International Funeral Services. “Jenazah diurus di rumah sakit, dilakukan tayamum, lalu langsung ke pemakaman,” katanya.
Tempo pun sempat mengirimkan pesan ke Islamic International Funeral Services lewat Facebook. Salah satu admin menjawab bahwa video yang viral itu diambil dan diedarkan ke media sosial tanpa kesepakatan. “Maaf, kami tidak dapat mengomentari video itu. Itu diambil tanpa persetujuan kami dan kami menghargai privasi saudara-saudari muslim kami,” katanya pada 13 April 2020.
Dilansir dari Bloomberg, New York menjadi pusat yang terdampak parah dari wabah Covid-19 di Amerika. Departemen Kesehatan setempat menjelaskan bahwa hari Minggu kemarin, 12 April 2020, merupakan hari keenam berturut-turut di mana kematian mencapai lebih dari 700 orang. Hingga kini, total kematian di New York telah mencapai 9.385 orang dengan jumlah yang terinfeksi mencapai 188.694 orang.
Dikutip dari NY Daily News, tingginya kematian akibat Covid-19 memang menyebabkan rumah duka kewalahan melayani permintaan untuk pemakaman dan pembakaran jenazah. "Setiap lingkungan, kelompok etnis, kelompok agama, mereka semua dibanjiri (jenazah)," kata John D'Arienzo, pengelola rumah duka Brooklyn dan Presiden Asosiasi Direktur Pemakaman Metropolitan di New York. "Ini yang terburuk yang pernah kulihat."
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, dapat disimpulkan bahwa narasi yang menyertai video di atas sebagian benar. Video tersebut memang diambil di kantor layanan pemakaman muslim, Islamic International Funeral Services, di New York yang sedang dipenuhi oleh jenazah. Namun, menurut klarifikasi dari staf kantor tersebut, jenazah-jenazah dalam video di atas meninggal bukan karena terinfeksi virus Corona, melainkan karena sebab lain. Jenazah kasus Covid-19 di sana akan dimasukkan ke dalam peti tertutup dan dimakamkan langsung oleh rumah sakit.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/Z6WYU
- https://www.facebook.com/SHERIFKHORSHEID/videos/1407571296090123/
- https://s.id/fTUJZ
- https://bizstanding.com/directory/NY/IS/232/
- https://s.id/fTYYL
- https://www.youtube.com/watch?v=AUwnaZdC48A&feature=youtu.be
- https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-04-12/new-york-s-daily-virus-death-toll-falls-to-758-cuomo
- https://www.nydailynews.com/coronavirus/ny-coronavirus-funeral-homes-surge-deaths-burial-20200405-4rss5cl2lfeelohwzfptozh5qa-story.html
(GFD-2020-8039) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Muslim Uighur yang Makin Giat Beribadah saat Pandemi Corona?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 13/04/2020
Berita
Sebuah gambar tangkapan layar yang berisi tiga foto sejumlah pria yang mengenakan kopiah putih, beberapa di antaranya berjenggot, beredar di Twitter. Foto-foto itu diklaim sebagai foto muslim Uighur yang semakin giat beribadah di tengah pandemi virus Corona Covid-19.
Gambar tangkapan layar tersebut diunggah oleh akun Ikhsan Kamil, @IkhsanK07895159, pada 8 April 2020. Dalam tiga foto itu, terlihat pula sejumlah pria yang sedang berdoa. Selain itu, terdapat narasi yang mengajak agar umat Islam di Indonesia bisa meniru apa yang dilakukan oleh muslim Uighur di Cina.
"Seharusnya umat Muslim di Indonesia itu mencontoh muslim Uighur. Walaupun negaranya itu sumbernya virus Corona, tapi mereka tidak panik dan bahkan semakin giat ibadahnya, seolah-olah tidak ada bencana pagebluk virus Corona," demikian narasi dalam gambar tangkapan layar tersebut.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter Ikhsan Kamil.
Gambar tangkapan layar ini beredar di saat pemerintah Indonesia menerapkan pembatasan kegiatan ibadah, seperti salat berjamaah di masjid, untuk menekan penyebaran virus Corona Covid-19. Beberapa daerah pun sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di mana kegiatan ibadah dibatasi.
Apa benar foto-foto dalam gambar tangkapan layar di atas adalah foto-foto muslim Uighur yang semakin giat beribadah saat pandemi Corona?
Hasil Cek Fakta
Tim CekFakta Tempo menggunakanreverse image tooldari Google dan Storyful, Source, untuk melacak siapa yang pertama kali mengunggah ketiga foto tersebut. Hasilnya, Tempo mendapatkan bahwa ketiga foto itu telah beredar di internet pada 2009-2016, sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Berikut ini fakta-fakta atas foto tersebut:
FOTO I
Foto ini telah beredar sejak 2015 dan dimuat oleh situs berbahasa Bosnia, Dzematdonjevukovije.org. Foto tanpa keterangan ini digunakan dalam artikel berjudul "Minat Besar dalam Islam di Cina" yang dipublikasikan pada 27 Februari 2015. Artikel ini mengulas tentang jumlah muslim di Cina yang meningkat dua kali lipat dalam dua puluh tahun terakhir. Foto ini kemudian dipakai oleh sejumlah situs hingga kini, termasuk situs media di Indonesia. Pada 2018 misalnya, iNews menggunakan foto yang berasal dari AFP ini dengan keterangan muslim Uighur di Cina.
Sumber: Dzematdonjevukovije.org dan iNews
FOTO II
Foto ini telah beredar sejak 2009. Foto tersebut pertama kali dipublikasikan oleh situs berbahasa Bengali di India, Jugantor.com, dalam artikel yang berjudul "Apakah kata 'teroris' diperuntukkan bagi Muslim?" pada 31 Agustus 2009. Dalam artikel itu, terdapat keterangan foto yang berbunyi, "Muslim Uighur di Tiongkok". Foto ini pun sering dipakai oleh sejumlah situs, namun dengan keterangan yang berbeda. Kantor berita Antara misalnya, pernah menggunakan foto ini dalam artikel berita berjudul "Pengamat Cina Anggap Kelas Muslim Tidak Patut" yang dimuat pada 30 Januari 2018.
Sumber: Jugantor.com dan Antara
FOTO III
Foto ini pernah dipublikasikan oleh situs Sixthone.com dalam artikelnya yang berjudul "In Pictures: Chinese Muslims Celebrate Eid al-Fitr" pada 6 Juli 2016. Foto tersebut diberi keterangan, "Kaum muslim mengambil foto ulama senior yang tiba di Masjid Niujie yang bersejarah untuk merayakan Idul Fitri di Beijing, 6 Juli 2016. Damir Sagolj/Reuters". Foto ini juga pernah dimuat oleh situs Diplo-mag.com pada 11 Agustus 2019.
Sumber: Sixthone. com dan Diplo-mag.com
Salah satu daerah yang ditutup
Xinjiang, rumah bagi komunitas muslim Uighur, menjadi salah satu daerah yang ditutup oleh pemerintah Cina sejak Februari 2020 untuk menekan penyebaran virus Corona Covid-19. Dilansir dari The New York Times, setelah sebulan lebih,lockdowndi Xinjiang diakhiri pada pekan kedua Maret 2020.
Menurut laporan pemerintah Cina, Xinjiang memiliki 76 kasus Covid-19 dan tiga kematian akibat virus tersebut. Warga Uighur yang tinggal di luar negeri skeptis dengan perhitungan pemerintah Cina tersebut. Mereka sempat khawatir virus itu akan menyebar dengan cepat di Xinjiang jika virus masuk ke dalam kamp, penjara, atau daerah pedesaan dengan perawatan medis yang terbatas. Bagi banyak orang Uighur, komunikasi dengan dunia luar yang sebagian besar terputus oleh tindakan keras pemerintah menambah ketidakpastian.
Sebelum wabah Covid-19 menyebar di Cina, Xinjiang berada di bawah kontrol yang ketat dari otoritas Cina. Wilayah ini dipenuhi dengan pos-pos pemeriksaan untuk mengendalikan pergerakan populasi minoritas. Banyak muslim yang ditangkap dan ditempatkan di kamp-kamp atau penjara terkait berbagai perilaku yang oleh pemerintah dianggap ekstrem. Setelah kasus Covid-19 pertama di Xinjiang dilaporkan pada 23 Januari, kontrol otoritas Cina ke wilayah tersebut semakin meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, narasi yang menyertai foto-foto di atas, bahwa foto-foto tersebut merupakan foto muslim Uighur yang semakin giat beribadah di tengah pandemi Corona, menyesatkan. Ketiga foto tersebut diambil jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Selain itu, kecil kemungkinan foto-foto kegiatan muslim Uighur yang berada di kamp-kamp di Xinjiang bisa tersebar luar mengingat wilayah tersebut dikontrol secara ketat oleh pemerintah.
IKA NINGTYAS
Catatan Koreksi: Artikel ini diubah pada Senin, 13 April 2020, pukul 15.00 pada bagian pemeriksaan fakta untuk menambahkan keterangan dan sumber pada foto ketiga. Redaksi mohon maaf.
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://twitter.com/IkhsanK07895159/status/1247638385247715328/photo/1
- http://dzematdonjevukovije.org/vijesti/veliko-interesovanje-za-islam-u-kini/
- https://www.inews.id/news/internasional/muslim-uighur-china-dipersekusi-melalui-kamp-pendidikan-kembali
- https://s.id/fVDPV
- https://babel.antaranews.com/berita/70199/pengamat-china-anggap-kelas-muslim-tidak-patut
- https://www.sixthtone.com/news/1036/in-pictures-chinese-muslims-celebrate-eid-al-fitr
- https://www.sixthtone.com/news/1036/in-pictures-chinese-muslims-celebrate-eid-al-fitr
- https://diplo-mag.com/muslims-throng-beijing-mosques-in-huge-numbers-to-observe-eid-ul-azha/
- https://www.nytimes.com/2020/03/30/world/asia/china-coronavirus-xinjiang.html
(GFD-2020-8038) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Penjelasan Soal Corona dari Mohammad Indro Cahyono dalam Pesan Berantai Ini?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 13/04/2020
Berita
Pesan berantai yang berisi hasil wawancara dengan Mohammad Indro Cahyono tentang virus Corona Covid-19 viral di media sosial. Menurut pesan ini, Mohammad Indro Cahyono adalah seorang dokter hewan yang telah meneliti virus selama 20 tahun.
Salah satu poin wawancara dalam pesan berantai itu menyebut bahwa pandemi Covid-19 hanya akan berlangsung selama dua minggu dan pasien Covid-19 dapat sembuh dengan mengkonsumsi vitamin E. Dalam pesan ini, Indro juga mengatakan bahwa virus bisa dibuat cepat menyebar dan menempel ke manusia.
Pertanyaan: Kalau dari manusia, pasti ada penyebar pertamanya...
Jawaban: Ya, penyebar pertamanya dari Wuhan sana, kenapa dia bisa muncul dari sana dan nyebar banyak, ya kita gak ngerti. Spekulasinya banyak. Cuma kalau saya ditanya sebagai orang yang sudah lama maen sama virus, apakah itu bisa dibikin supaya bisa nyebar cepat dan bisa nempel ke manusia, ya saya bilang bisa dibikin.
Pertanyaan: Lewat intervensi para ilmuwan?
Jawaban: Bisa. Gak akan sulit. Kalau orang yang biasa maenan virus, itu bisa. Cuma sekarang gak ada gunanya lagi kita membahas itu, wong virusnya sudah nyebar.
Poin lainnya dalam pesan berantai tersebut yang kontroversial adalah bahwa pasien Covid-19 di Wuhan bisa sembuh karena mengkonsumsi vitamin E, karena vaksin dan obat Covid-19 belum ada. Oleh karena itu, Indro mengimbau agar masyarakat cukup menjaga kebersihan dan mengkonsumsi vitamin E.
Terakhir, Indro memberikan prediksi bahwa pandemi Covid-19 akan menurun dalam dua minggu, lalu berakhir. "Gak lama. Dalam dua minggu setelah ini, sudah menurun, lalu selesai," demikian narasi dalam pesan berantai yang diklaim berasal dari Indro itu.
Di Facebook, pesan berantai ini dibagikan salah satunya oleh akun Nurwanti Listya Dewi, yakni pada 8 April 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Nurwanti Listya Dewi tersebut telah disukai sebanyak 200 kali dan dibagikan lebih dari 150 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nurwanti Listya Dewi.
Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal:
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo dengan tool Plagiarism Checker, narasi dalam pesan berantai di atas bersumber dari artikel di situs Radar Banjarmasin yang dimuat pada 23 Maret 2020. Namun, narasi dalam pesan berantai tersebut telah mengalami penambahan berupa pertanyaan dan jawaban yang memuat prediksi bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir dalam dua pekan.
Mohammad Indro Cahyono mengakui bahwa isi dari pesan berantai yang beredar tersebut merupakan pernyataannya. "Benar, aslinya itu obrolan biasa. Saya enggak tahu kalau itu wartawan, dan beberapa statement belum siap dibuka ke publik. Saat dirilis, saya enggak diberitahu sebelumnya," kata Indro pada 1 April 2020 seperti dikutip dari Detik.com.
Siapakah Indro Cahyono dan apakah penjelasan dalam pesan berantai di atas sesuai fakta?
Berdasarkan penelusuran Tempo, Mohammad Indro Cahyono adalah dokter hewan lulusan Universitas Gajah Mada. Sejak 2006, ia bekerja di Badan Penelitian Veteriner (Balitvet), sebuah unit yang berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementerian Pertanian. Di Balitvet, Indro bertugas sebagai peneliti di Laboratorium Virologi. Pada 2018, Indro keluar dari Balitvet dan menjadi peneliti di kantor swasta.
Dilihat dari latar belakang tersebut, Indro sebenarnya adalah ahli kesehatan atau ahli virus pada hewan, bukan ahli virus pada manusia. Ia juga tidak terlibat dalam penanganan klinis pasien yang terinfeksi Covid-19.
Dengan alasan ini, Tim CekFakta Tempo perlu memeriksa ulang penjelasan Indro dengan fakta-fakta penelitian mengenai virus Corona Covid-19. Tempo juga menghubungi Dicky Budiman, dokter sekaligus ahli epidemiologi penyakit menular. Epidemiologi adalah ilmu tentang pola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut pada lingkup masyarakat tertentu.
Berikut ini pemeriksaan fakta atas klaim dalam pesan berantai di atas:
Klaim 1: Virus Corona sudah ada sejak nabi Isa atau 200 tahun sebelum Masehi.
Menurut Dicky, klaim ini tidak memiliki referensi ilmiah. Beberapa penelitian memang menunjukkan bahwa virus Corona sudah ada sejak lama. Tapi hal itu berlaku untuk jenis virus Corona pada hewan, bukan manusia. Virus Corona pada hewan berbeda dengan virus Corona pada manusia.
Mengutip penelitian Jeffrey Kahn, doktor di Yale University School of Medicine, pada 2005 yang berjudul "History and Recent Advances in Coronavirus Discovery", virus Corona pada manusia baru teridentifikasi pada 1965 ketika Tyrrell dan Bynoe menemukan virus bernama B814 yang menyebabkan sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas pada anak-anak.
Kemudian, sejak 2003, setidaknya terdapat lima jenis virus Corona baru pada manusia yang telah diidentifikasi, termasuk virus Corona yang menyebabkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus Corona penyebab Covid-19 sendiri muncul pertama kali di Wuhan, Cina, pada Desember 2019 dan kemudian menjadi pandemi hingga saat ini.
Klaim 2: Virus pertamanya menyebar di Wuhan. Virus bisa dibuat supaya cepat menyebar dan menempel ke manusia.
Klaim ini adalah bagian dari teori konspirasi bahwa virus Corona Covid-19 diproduksi oleh laboratorium di Wuhan, Cina. Tim CekFakta Tempo pernah memuat artikel yang berisi verifikasi atas teori konspirasi yang awalnya diucapkan oleh ahli perang biologis Israel Dany Shoham itu. Menurut Shoham dalam emailnya kepada Tempo, dia tidak memiliki petunjuk dan bukti untuk pernyataannya tersebut, sehingga teori konspirasi ini tidak bisa dibuktikan.
Dicky juga menjelaskan bahwa teori konspirasi selalu muncul dalam setiap pandemi, seperti saat pandemi HIV-AIDS. Sejauh ini, tidak ada satu pun penelitian para ahli virologi dunia yang menunjukkan bahwa virus Corona Covid-19 adalah produk laboratorium, baik laboratorium Cina maupun laboratorium Amerika Serikat.
Teori konspirasi pun dianggap berbahaya dalam upaya pengendalian Covid-19 karena akan mengurangi sinergi dan kolaborasi dunia global. “Padahal, pandemi tidak bisa ditangani satu negara, harus ada kolaborasi karena sifatnya global,” kata Dicky.
Klaim 3: Minum vitamin E bisa mencegah Covid-19.
Menurut Dicky, vitamin E tidak berkaitan langsung dengan pencegahan Covid-19. Sebelumnya, vitamin D sempat dihubungkan dengan Covid-19 karena berkaitan dengan imunitas. Namun, menurut Dicky, bukan berarti ketika daya tahan tubuh meningkat seseorang menjadi lebih aman dari Covid-19. Pencegahan utama, kata dia, adalah mengkonsumsi makanan bergizi, rajin mencuci tangan, dan jaga jarak.
Dikutip dari situs resmi Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, vitamin E juga bukan satu-satunya nutrisi yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19. Mikronutrisi, seperti vitamin A, B, C, D, dan E, serta mineral zat besi, selenium, dan seng atau zinc sangat penting melawan infeksi. Penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan nutrisi dapat membantu mendukung kerja sistem imun yang lebih optimal.
Klaim 4: Pandemi Covid-19 tidak akan berlangsung lama. Dalam dua minggu setelah ini, sudah menurun, lalu selesai.
Hal ini tidak sesuai dengan pemodelan yang dilakukan oleh ahli epidemiologi Universitas Indonesia yang memprediksi bahwa pandemi Corona akan menurun pada Mei 2020. Prediksi menurun pada Mei ini pun disertai syarat di mana pemerintah harus melakukan intervensi dengan efektif, yakni membatasi mobilitas masyarakat seperti mudik.
Dicky juga menjelaskan bahwa klaim "pandemi selesai dalam dua minggu" tersebut sangat gegabah dan tidak sesuai dengan ilmu pandemi. Secara teori, pandemi akan berhenti setelah setengah dari populasi dunia terinfeksi. Proses ini membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak mungkin selesai selama dua pekan.
Merujuk pada sejarah pandemi flu yang dimulai pada Januari 1918, pandemi tersebut baru selesai dalam waktu tiga tahun, yakni pada Desember 1920. Pandemi flu saat itu memiliki nilai kecepatan di atas 2, hampir sama dengan pandemi Covid-19. Pandemi saat itu berlangsung lama karena ketidaksiplinan sejumlah negara untuk membatasi mobilitas masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, penjelasan seputar virus Corona Covid-19 dalam pesan berantai di atas memang berasal dari Mohammad Indro Cahyono. Namun, Indro adalah ahli kesehatan pada hewan, sehingga beberapa pernyataannya dalam pesan berantai itu tidak sesuai dengan fakta-fakta mengenai virus Corona Covid-19. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penjelasan seputar virus Corona Covid-19 dalam pesan berantai di atas sebagian benar.
ZAINAL ISHAQ | IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/O8y2y
- https://kalsel.prokal.co/read/news/31581-bincang-santai-dengan-indro-corona-sudah-ada-sebelum-masehi-sembuh-dengan-vitamin-e.html
- https://bit.ly/2RmjCQv
- https://www.suara.com/lifestyle/2020/03/30/113655/pakar-virologi-indro-cahyo-bantu-peternak-hingga-tidur-di-kandang-babi?page=2
- https://journals.lww.com/pidj/Fulltext/2005/11001/History_and_Recent_Advances_in_Coronavirus.12.aspx
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/581/fakta-atau-hoaks-benarkah-virus-corona-wuhan-adalah-senjata-biologis-cina-yang-bocor
- https://almi.or.id/2020/04/01/5-cara-nutrisi-dapat-membantu-sistem-imun-anda-melawan-coronavirus/
- https://katadata.co.id/berita/2020/04/03/ahli-epidemiologi-ui-prediksi-puncak-corona-indonesia-pekan-ke-3-april
Halaman: 4877/6304