• (GFD-2021-8609) Keliru, Klaim Ini Foto-foto Jenazah Awak KRI Nanggala yang Terdampar di Madura

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/04/2021

    Berita


    Foto-foto yang memperlihatkan satu mayat yang terdampar di pantai beredar di Facebook. Foto-foto itu diklaim sebagai foto jenazah salah satu awak KRI Nanggala 402 yang terdampar di Madura. Foto-foto tersebut beredar setelah, pada 21 April 2021 lalu, kapal selam milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) itu tenggelam dalam latihan tempur di perairan Bali.
    Akun ini membagikan foto-foto tersebut pada 27 April 2021. Akun itu pun menulis, “Ditemukan mayat terdampar di perairan selatan Pulau Mandangin, yang identitasnya masih belum jelas tetapi jika dilihat dari pakaian yang dikenakan seperti korban awak kapal NANGGALA 402, mari bantu sebarkan agar mayat segera dievakuasi.”
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto-foto penemuan mayat di Madura yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto-foto tersebut denganreverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto itu pernah dimuat oleh sejumlah situs media. Menurut laporan situs-situs tersebut, mayat itu memang ditemukan di pinggir pantai Pulau Mandangin, Sampang, Madura, pada 27 April 2021.
    Namun, hasil otopsi menunjukkan mayat itu diperkirakan berusia 60 tahun dan telah meninggal selama 16 hari. KRI Nanggala 402 sendiri tenggelam pada 21 April 2021, atau enam hari sebelum mayat itu ditemukan. Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Julius Widjojono juga telah memastikan tidak ada awak KRI Nanggala 402 yang berusia 60 tahun ke atas.
    Salah satu foto yang identik pernah dimuat oleh situs kantor berita Radio Republik Indonesia, Rri.co.id, pada 28 April 2021 dalam artikelnya yang berjudul “Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pulau Mandangin”. Menurut artikel itu, mayat berjenis kelamin laki-laki dalam foto itu ditemukan di pantai Pulau Mandangin, Sampang, Madura, pada 27 April 2021.
    Saat dikonfirmasi, Kepala Puskesmas Pulau Mandangin, Zaini, membenarkan penempuan mayat tersebut dan menyatakan bahwa mayat itu masih akan dilakukan visum di lokasi. “Iya benar di Pulau Mandangin ditemukan satu mayat dengan kondisi tubuh yang sudah hancur, tepatnya di pinggir pantai,” katanya. Menurut dia, mayat itu diduga berjenis kelamin laki-laki.
    Foto yang identik lainnya juga pernah dimuat oleh situs media lokal Koranmadura.com pada 27 April 2021 dalam artikelnya yang berjudul “Sesosok Mayat dengan Kondisi Tak Utuh Ditemukan di Pantai Pulau Mandangin”. Dalam artikel ini, Shadiqin, warga Mandangin, menuturkan mayat dengan kondisi yang sudah tidak utuh lagi itu ditemukan oleh seorang warga di pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB, di pinggir pantai di Dusun Candin, Pulau Mandangin.
    Menurut laporan Advokasi.co, warga Dusun Candin yang menemukan mayat itu bernama Damhuji, 40 tahun. Saat memancing sekitar pukul 10.00 WIB, ia melihat sesosok mayat yang mengapung di laut. Damhuji pun kembali ke pantai untuk mengambil perahu yang lebih besar, sekaligus mengajak dua warga lainnya untuk membawa mayat tersebut ke darat. Saat ditemukan, tidak terdapat kartu identitas di pakaian mayat itu. Oleh polisi, mayat ini dibawa ke RSUD dr. Mohammad Zyn untuk diotopsi.
    Dilansir dari Beritajatim.com, hasil otopsi menunjukkan mayat tanpa identitas yang terdampar di pantai Pulau Mandangin pada 27 April 2021 tersebut berjenis kelamin laki-laki dengan organ tubuh yang sudah tidak lengkap. Mayat ini memiliki tinggi 156 centimeter, diperkirakan berusia 60 tahun, dan telah meninggal 16 hari yang lalu. Mayat itu juga memakai kaos berwarna putih terbalik yang bertuliskan "Margi Budi Harto Partai Perindo".
    Tempo kemudian menghubungi Kadispenal Laksamana Pertama Julius Widjojono untuk menanyakan usia para awak KRI Nanggala 402. Julius memastikan bahwa tidak awak KRI Nanggal yang berusia 60 tahun ke atas. “Tidak ada (awak) usia 60 tahun, pasti sudah pensiun,” kata Julius saat dihubungi pada 30 April 2021. Agar terhindar dari hoaks tentang KRI Nanggala, Julius menyarankan publik untuk mengikuti informasi terbaru di situs resmi TNI AL.
    Evakuasi KRI Nanggala 402
    Hingga artikel ini dimuat, TNI AL dan tim evakuasi belum melaporkan temuan jenazah awak kapal selam KRI Nanggala. Pada 25 April 2021, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan bakal mengupayakan pengangkatan badan KRI Nanggala. "Kami akan koordinasikan dengan pihak terkait, khususnya International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (Ismerlo)."
    Kerja sama dengan Ismerlo disebut sangat diperlukan karena lokasi tenggelamnya kapal selam itu berada di kedalaman 838 meter. Butuh upaya dan fasilitas yang jauh lebih maju untuk mengangkat kapal dari laut dalam seperti itu. Yudo berkomitmen mengangkat kapal ini. Keinginan mengangkat badan kapal selam itu juga muncul dari keluarga besar Korps Hiu Kencana, satuan kapal selam TNI AL.
    Tawaran bantuan dari negara-negara yang tergabung dalam Ismerlo sebenarnya juga telah ada. Namun, Yudo mengatakan pengajuan bantuan merupakan keputusan pemerintah dan harus mendapat persetujuan dari petinggi negara. "Saya akan mengajukan kepada Panglima TNI dan nanti akan berjenjang ke atas dan tentunya sudah ada keputusan kita akan angkat kapal itu," kata Yudo.
    Pada 27 April 2021, seperti dikutip dari Kompas.com, Yudo mengatakan bahwa TNI AL akan menggandeng Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam evakuasi badan KRI Nanggala yang tenggelam di kedalaman 838 meter. Menurut dia, kapal SKK Migas memiliki kemampuan mengevakuasi di kedalaman tersebut.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto tersebut adalah foto jenazah salah satu awak KRI Nanggala 402 yang terdampar di Madura, keliru. Foto itu memang menunjukkan sesosok mayat yang ditemukan di Pulau Mandangin, Sampang, Madura, pada 27 April 2021. Namun, hasil otopsi menunjukkan mayat itu diperkirakan berusia 60 tahun dan telah meninggal selama 16 hari (sekitar 11 April 2021). KRI Nanggala sendiri tenggelam pada 21 April 2021, atau enam hari sebelum mayat itu ditemukan. Kadispenal Laksamana Pertama Julius Widjojono juga telah memastikan tidak ada awak KRI Nanggala yang berusia 60 tahun ke atas.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8608) Keliru, Klaim Ini Foto Kremasi Massal saat Tsunami Covid India

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/04/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan suasa di sebuah lokasi kremasi jenazah beredar di media sosial. Foto itu dibagikan bersama narasi-narasi yang menyinggung kondisi pandemi Covid-19 di India saat ini. Beberapa hari terakhir, India memang sedang dilanda "tsunami Covid", karena melonjaknya jumlah kasus infeksi virus Corona di sana.
    Di Twitter, akun terverifikasi ini membagikan foto itu pada 18 April 2021 dengan narasi sebagai berikut: "#POSTPONE_SSC_CSHL Ujian harus ditunda selama pandemi Covid-19 semacam ini. Itu akan sulit bagi siswa untuk menjangkau pusat ujian. Mereka sangat rentan terinfeksi." Hingga artikel ini dimuat, cuitan itu telah di-retweet lebih dari 150 kali dan disukai 85 kali.
    Sementara akun terverifikasi ini mengunggah foto tersebut pada 17 April 2021 dalam komentarnya terhadap cuitan Perdana Menteri India Narendra Modi soal pandemi Covid-19. "Setelah ini?? Anda bertanggung jawab atas ini," demikian komentar akun itu, merujuk pada foto yang diunggahnya. Hingga kini, cuitan tersebut telah di-retweet lebih dari 100 kali dan disukai 771 kali.
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter berisi foto yang tidak terkait dengan narasinya soal kondisi pandemi Covid-19 saat ini di India.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu adalah foto lama, yang tidak terkait dengan pandemi Covid-19. Foto tersebut memperlihatkan suasana di Manikarnika Ghat, salah satu tempat kremasi di tepi sungai suci (ghat) di sepanjang Sungai Gangga, Kota Varanasi, Uttar Pradesh, India.
    Tempo menemukan foto itu telah beredar di internet setidaknya sejak Maret 2010. Foto ini diunggah di sebuah blog, Blog of Krishna Sharma, pada 17 Maret 2010. Foto itu terdapat dalam tulisan yang berjudul "Banaras (Manikarnika Ghat)". Dalam tulisan ini, terdapat foto-foto lain yang diambil dari lokasi yang sama.
    Foto-foto yang sama juga dimuat di blog lain, Hindi Script Writer, namun dengan nama pemilik yang sama, Krishna Sharma, pada Januari 2012. Foto-foto ini terdapat dalam tulisan yang berjudul "Banaras (Baranasi) Kota Paling Kuno di Dunia dan Masih Hidup (Manikarnika Ghat dari Varanasi)".
    Foto tersebut pun pernah diunggah di sejumlah situs sepanjang 2018-2019. Situs Naukrinama.com misalnya, memuat foto itu dalam artikelnya pada 3 September 2018, dengan penjelasan yang serupa. Sementara situs Jansatta.com mencantumkan foto tersebut dalam artikelnya pada 18 Juni 2019, juga dengan keterangan yang sama, bahwa foto itu diambil di Manikarnika Ghat.
    Situs pemeriksa fakta asal India, Alt News, juga telah memverifikasi klaim beserta foto tersebut. Alt News menghubungi pemilik blog di atas, yang bernama Krishna Kumar. Dia berkata, "Ya, saya mengambil foto ini dari ponsel saya. Foto itu menunjukkan Manikarnika Ghat di Banaras. Saya mengunggah foto ini pada Januari 2012."
    Foto-foto kremasi jenazah Covid-19 di India
    Foto-foto yang menunjukkan kremasi jenazah pasien yang meninggal akibat infeksi virus Corona di India, di tengah gelombang kedua Covid-19  di sana, telah dimuat oleh berbagai situs media. Tempo mengunggah foto-foto tersebut dalam sejumlah artikel, yakni sebagai berikut:
    Petugas menggunakan pakaian pelindung hazmat membawa jenazah korban Covid-19 yang akan dikremasi pada kremasi massal di New Delhi, India, 26 April 2021. REUTERS/Adnan Abidi

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut adalah foto kremasi massal jenazah di tengah tsunami Covid di India, keliru. Foto itu adalah foto lama yang telah beredar di internet setidaknya sejak Maret 2010, jauh sebelum terjadinya pandemi virus Corona  pada Desember 2019. Foto tersebut memperlihatkan suasana di Manikarnika Ghat, salah satu tempat kremasi di tepi sungai suci (ghat) di sepanjang Sungai Gangga, Kota Varanasi, Uttar Pradesh, India.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8607) Keliru, Klaim Ini Foto Ratusan Warga 4 Desa di Papua yang Mengungsi pada April 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/04/2021

    Berita


    Sebuah foto yang memperlihatkan ratusan orang yang sedang berjalan kaki dengan memanggul berbagai barang di sebuah jalan tanah yang membelah perbukitan beredar di Twitter. Foto itu disertai dengan klaim bahwa terdapat ratusan warga dari empat desa di Papua yang mengungsi baru-baru. Foto tersebut diunggah ke Twitter pada 28 April 2021.
    Berikut narasi yang ditulis oleh akun ini : "Operasi militer Indonesia dengan pengeboman sejak kemarin menyebabkan ratusan orang di 4 desa di Puncak Jaya mengungsi dari rumahnya ke wilayah terdekat (Pengungsi Internal/IDPs di Papua meningkat dalam 3 tahun terakhir)." Hingga artikel ini dimuat, cuitan itu telah di-retweet lebih dari 150 kali dan disukai lebih dari 250 kali.
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter berisi foto yang tidak terkait dengan klaim soal mengungsinya warga dari empat desa di Papua pada April 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu adalah foto peristiwa pada 2020. Foto ini bersumber dari Divisi Humas Polri dan pernah dipublikasikan salah satunya oleh situs media Jawapos.com pada 12 Maret 2020.
    Jawapos.com memberikan keterangan bahwa foto itu adalah foto saat warga kampung di sekitar Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dievakuasi karena kampung mereka dimasuki oleh kelompok bersenjata. Dinas Sosial Mimika mencatat jumlah warga Tembagapura yang dievakuasi ke Timika, ibukota Mimika, mencapai 1.662 orang, yang sebagian besar merupakan ibu-ibu dan anak-anak.
    Kantor berita Antara juga pernah memuat foto yang sama dalam artikelnya pada 8 Maret 2020. Dalam keterangannya, Antara menulis bahwa foto itu memperlihatkan ratusan warga kampung Kimbeli dan kampung-kampung di sekitar Tembagapura yang berjalan kaki dari kampung mereka ke Tembagapura untuk dievakuasi pada 8 Maret 2020, setelah kelompok bersenjata memasuki kampung mereka.
    Warga Papua yang mengungsi
    Tempo juga menelusuri berita terkait peristiwa mengungsinya warga Papua tersebut. Dikutip dari situs media Papua, Jubi.co.id, pada 27 April 2021, warga dari empat distrik di Kabupaten Puncak, Papua, memang mengungsi usai terjadi kontak senjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan TNI/Polri. Keempat distrik itu adalah Distrik Gome, Mayuberi (Distrik Ilaga Utara), Distrik Gome Utara, dan Distrik Beoga.
    Situs media Papua lainnya, Suara Papua, juga memuat artikel yang berisi informasi bahwa warga dari empat kampung di Distrik Gome, Kabupaten Puncak, yakni Tegelobak, Misimaga, Efesus, dan Upaga, mengungsi ke dua kampung terdekat setelah adanya serangan udara dari militer yang mengejar pasukan TPNPB pada 27 April 2021.
    Suara Papua mendapatkan informasi tersebut dari seorang advokat dan intelektual dari Kabupaten Puncak Jaya, Oktavianus Tabuni. Menurut Tabuni, laporan itu ia terima dari salah satu kepala kampung yang sedang mengungsi bersama warganya. "Warga kampung Tegelobak dan Misimaga mengungsi ke kampung Tanah Merah, sedangkan warga kampung Efesus dan Upaga mengungsi ke kampung Gome," katanya.
    Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, dalam surelnya kepada Suara Papua, juga membenarkan adanya serangan udara tersebut. Namun, ia tidak memberikan penjelasan detail mengenai nama kampung yang terkena serangan ini. Menurut Sebby, baku tembak antara pasukan TNI dan Polri dengan TPNPB terjadi pada pukul 08.26 WIT dan pukul 13.00 WIT. Tidak ada korban dalam serangan itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut adalah foto ratusan warga dari empat desa di Papua yang mengungsi pada April 2021, keliru. Foto itu merupakan foto peristiwa pada 2020, saat warga kampung di sekitar Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dievakuasi karena kampung mereka dimasuki oleh kelompok bersenjata.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8606) Keliru, KRI Nanggala 402 Tenggelam karena Ranjau Bawah Laut Militer Cina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/04/2021

    Berita


    Klaim bahwa ditemukan banyak ranjau bawah laut milik militer Cina di lokasi tenggelamnya kapal selam milik TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402, beredar di media sosial. Klaim tersebut beredar setelah, pada 21 April 2021 lalu, KRI Nanggala 402 hilang kontak saat mengikuti latihan tempur di perairan Bali, lalu dinyatakan tenggelam ke dasar laut.
    Narasi itu terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah cuitan di Twitter pada 26 April 2021. "Saat ini, petinggi TNI digegerkan dengan temuan banyaknya ranjau bawah laut di sekitar lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 | Hasil pantauan pesawat intai Poseidon P-8 Amerika simpulkan ranjau tersebut ditanam Angkatan Laut komunis Cina | Laut Indonesia sudah jebol | *infovalid," demikian narasi dalam cuitan tersebut.
    Di Facebook, akun ini membagikan gambar tangkapan layar itu pada tanggal yang sama. Akun tersebut menulis, "Ngurusin radikal radikul mulu sih." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 147 reaksi dan 23 komentar serta dibagikan sebanyak 161 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait tenggelamnya KRI Nanggala 402, kapal selam milik TNI Angkatan Laut, di perairan Bali pada 21 April 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menghubungi Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono. Dia membantah klaim dalam gambar tangkapan layar tersebut. Julis juga membantah KRI Nanggala tenggelam akibat bom, termasuk ranjau bawah laut. "Kalau (karena) bom, pasti ada lompatan air, pasti sonar menangkapnya," katanya pada 28 April 2021.
    Seperti dilansir dari Kontan.co.id, saat latihan tempur di perairan Bali berlangsung, TNI AL banyak mengerahkan kapal perang, termasuk yang memiliki sonar. Artinya, sonar tersebut seharusnya menangkap suara apabila KRI Nanggala 402 meledak. "Bahkan oleh telinga-mata pun bisa terlihat bahwa air itu akan naik ke atas sedikit," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) TNI AL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali pada 27 April 2021.
    Julius melanjutkan, saat mulai menyelam, semua lampu yang ada di KRI Nanggala masih menyala. Artinya, tidak terjadi blackout pada kapal selam tersebut. Jika terkena bom, menurut Julius, "Kapalnya pasti bubar, banyak serpihan saat itu juga. Kalau meledak karena ranjau, sea rider pun pasti terbalik," ujarnya.
    Dikutip dari Koran Tempo edisi 25 April 2021, KRI Nanggala 402 hilang kontak saat geladi resik latihan penembakan torpedo pada 21 April dini hari. Kapal selam berjenis U-209 bikinan Jerman Barat pada 1978 itu sudah berlayar di perairan utara Pulau Bali sejak 20 April lalu. Kapal tersebut bersiap menggelar latihan perang rutin yang akan dihelat dua hari berikutnya.
    Sesuai dengan rencana geladi resik latihan perang, KRI Nanggala 402 akan menembakkan torpedo berukuran 21 inci. Lalu, KRI Layang akan meluncurkan peluru kendali C802. Target keduanya sama, yaitu bekas KRI Karang Unarang. Geladi latihan itu dimulai pada 21 April pukul 03.00 Wita. Saat itu, KRI Nanggala meminta izin menyelam dengan kedalaman 13 meter dan bersiap menembakkan torpedo.
    Selama satu jam, para awak sea rider dan otoritas latihan menunggu lesatan torpedo, tapi tak juga muncul. Suasana semakin mencekam saat komunikasi radio dengan KRI Nanggala terputus. Padahal, kru KRI Nanggala seharusnya lebih dulu berkomunikasi di radio untuk meminta izin penembakan torpedo. "Dipanggil-panggil sudah tidak merespons. Jalur komunikasi utama dan jalur cadangan terputus," kata Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono.
    Dalam konferensi pers pada 24 April 2021, dikutip dari Liputan6.com, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun telah memastikan KRI Nanggala 402 tidak meledak. Dia menduga kapal selam itu mengalami keretakan dan tenggelam ke dasar laut. "Tidak meledak. Kalau meledak, pasti sudah buyar semua dan suara ledakannya terdeteksi. Kemungkinan mengalami keretakan," ujar Hadi.
    Hingga saat ini, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 masih diinvestigasi. Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, dalam konferensi pers pada 25 April 2021, mengatakan bahwa investigasi baru bisa dilakukan setelah badan kapal berhasil diangkat ke permukaan. Namun, hal ini juga bukan hal yang mudah, karena lokasi tenggelamnya kapal berada di laut dalam.
    Meski begitu, Yudo masih meyakini tenggelamnya KRI Nanggala bukan dikarenakan kesalahan manusia atau human error. Ia menyebut, sesaat sebelum hilang kontak, seluruh peralatan kapal selam itu terpantau berfungsi dengan baik. Saat proses menyelam, kata Yudo, KRI Nanggala sudah melalui prosedur yang benar.
    Kru pun terpantau menjalankan perannya sesuai tugas masing-masing. Saat mulai menyelam pun diketahui semua lampu masih menyala, yang berarti tidak terjadi blackout. "Sudah kita evaluasi dari awal kejadian, tapi tentunya saya berkeyakinan ini bukan human error tapi lebih pada faktor alam," kata Yudo.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa kapal selam milik TNI AL, KRI Nanggala 402, tenggelam akibat ranjau bawah laut militer Cina, keliru. Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono telah membantah bahwa KRI Nanggala tenggelam akibat bom, termasuk ranjau bawah laut. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun telah memastikan KRI Nanggala tidak meledak. Hingga artikel ini dimuat, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala masih diinvestigasi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan