• (GFD-2021-8648) Keliru, Perwira TNI AU Ini Berasal dari Cina dan Bakal Bocorkan Rahasia Negara

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/06/2021

    Berita


    Foto seorang perwira bintang satu TNI AU (Angkatan Udara) yang sedang berada di dalam sebuah mobil beredar di Twitter. Dalam nametag yang dikenakannya, tertulis "Surya Mar*ono". Menurut klaim yang menyertai foto itu, perwira ini berasal dari Cina, dan oleh karenanya semua rahasia negara telah bocor dan berada di tangan Negeri Tirai Bambu tersebut.
    Foto itu terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook. Unggahan ini berbunyi, "Perkenalkan telah dilantik di istana ... Marsekal Pertama TNI Margono alias Chen Ke Cheng alias Chin kho Syin.Dia menjabat sebagai Direktur di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Ini artinya ... segala rahasia TNI Tlh diserahkan padanya oleh rezim."
    Gambar tangkapan layar tersebut kemudian diunggah oleh akun ini pada 3 Mei 2021. Akun itu pun menulis narasi dengan huruf kapital, "Semua rahasia strategis data inteligen negara sudah ada di China." Hingga artikel ini dimuat, cuitan itu telah mendapatkan lebih dari 100 retweet dan disukai lebih dari 350 kali.
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait salah satu perwira TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Surya Margono.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim tersebut sebenarnya merupakan klaim lawas yang pernah beredar pada 3 Januari 2019. Lewat pencarian dengan reverse image tool Google dan Yandex, Tempo menemukan foto perwira TNI AU yang sama terdapat dalam gambar tangkapan layar percakapan di grup WhatsApp.
    Dalam percakapan itu, tertulis narasi yang serupa dengan yang beredar baru-baru ini, yakni: "Perkenalkan Marsekal Pertama TNI Margono alias Chen Ke Cheng alias Chin kho Syin.Dia menjabat sebagai Direktur di Badan Intelijen Strategis TNI. Mau dibawa kemana negeri ini."
    Gambar tangkapan layar itu pun diunggah ke Twitter oleh sebuah akun yang menautkannya ke cuitan akun resmi TNI AU, @_TNIAU. Akun ini menulis, "Min @_TNIAU @Puspen_TNI @BaisTNI @CCICPolri ada yang minta diculik neh... Ibu-ibu tukang buat hoax, tiap jam dia kirim hoax."
    Merespons klaim tersebut, dalam cuitannya pada 3 Januari 2019, TNI AU menegaskan bahwa informasi yang menyatakan Marsekal Pertama Surya Margono bukan WNI adalah hoaks. Perwira tersebut lahir di Singkawang, Kalimantan Barat. "Marsma Surya Margono adalah salah satu perwira TNI AU terbaik, belau asli Singkawang, Kalbar," demikian penjelasan TNI AU.
    TNI AU kemudian mencuit kembali bahwa, dalam proses rekrutmen prajurit, TNI tidak memandang suku, agama, ras, maupun golongan. Yang terpenting adalah prajurit tersebut merupakan WNI, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki jiwa nasionalisme, dan siap berjuang untuk keutuhan dan kedaulatan NKRI.
    Dilansir dari Detik.com, berdasarkan penjelasan di situs resmi TNI AU, Marsekal Pertama Surya Margono mendapat kenaikan pangkat dari kolonel pada Maret 2017. Saat itu, dia menjabat sebagai Direktur D Bais TNI. Surya lahir pada 5 Desember 1962 dan merupakan lulusan Akabri Udara pada 1987.
    Dikutip dari JPNN.com, Surya diangkat sebagai Direktur D Bais TNI berdasarkan Surat Keputusan Presiden No 9 Tahun 2017 dan Surat Perintah Panglima TNI Nomor 522 Tahun 2017 pada 23 Maret 2017. Per 9 Desember 2020, Surya ditunjuk sebagai Staf Ahli Panglima TNI Bidang Hubungan Internasional.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa perwira dalam foto tersebut, Marsekal Pertama Surya Margono, berasal dari Cina, dan oleh karenanya semua rahasia negara telah bocor dan berada di tangan Cina, keliru. Klaim tersebut pernah beredar pada Januari 2019, dan telah dibantah oleh TNI AU. Surya merupakan WNI kelahiran Singkawang, Kalimantan Barat. Ia pernah menjabat sebagai Direktur D Bais TNI dan saat ini bertugas sebagai staf Ahli Panglima TNI Bidang Hubungan Internasional.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8647) Keliru, Klaim Ini Video Perayaan Peresmian Kantor Hamas di India

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/06/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan sekelompok orang sedang meneriakkan suatu kalimat sembari mengibarkan bendera Palestina beredar di Facebook. Video tersebut diklaim sebagai video perayaan peresmian kantor baru Hamas, kelompok militan Palestina, di negara bagian Kerala, India.
    Akun ini membagikan video berdurasi 30 detik tersebut pada 20 Mei 2021. Akun itu pun menulis, “This is not Gaza. This is Waynad, North Kerala...Rahul Gandhi constituency. Hamas branch in India”. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 77 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu bukan video perayaan peresmian kantor Hamas di India.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video itu direkam pada 16 Mei 2021, saat ribuan orang berkumpul di alun-alun Masjid Imam Muhammad bin Abdulwahhab di Doha, Qatar, untuk mengekspresikan solidaritas terhadap rakyat Palestina yang tengah melawan agresi Israel.
    Untuk memeriksa klaim tersebut, Tempo memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVid, lalu menelusuri gambar-gambar ini dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video yang sama yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal GulfMalayali pada 16 Mei 2021 dengan judul “Palestine solidarity in Qatar”.
    Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu menunjukkan orang-orang Malayale yang sedang meneriakkan sejumlah slogan dalam sebuah acara terkait Palestina di Qatar. Mereka berbondong-bondong menghadiri acara solidaritas bagi Palestina yang tengah melawan Israel di Gaza tersebut.
    Video yang identik pun pernah dimuat oleh kanal YouTube milik platform komunitas Qatar, Qatar Living, pada 17 Mei 2021 dengan judul “Qatar's Solidarity Stand with Palestine”. Menurut laporan Qatar Living, ribuan orang dari berbagai kebangsaan berkumpul di alun-alun Masjid Imam Muhammad bin Abdulwahhab pada 16 Mei 2021 untuk mengekspresikan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
    Aksi solidaritas yang digagas oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS) itu dihadiri oleh sejumlah tokoh dan warga Qatar, termasuk orang Palestina yang tinggal di negara tersebut. Para peserta aksi itu pun mengibarkan bendera Palestina, Qatar, dan negaranya masing-masing. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menekankan dukungan penuh mereka bagi rakyat Palestina dan cinta serta kesiapan mereka untuk berkorban bagi Masjid Al Aqsa.
    Dikutip dari surat kabar Qatar, The Peninsula, selain mengibarkan bendera Palestina, para peserta aksi solidaritas tersebut juga membawa plakat bertuliskan "Bebaskan Palestina!" dan "Pertahankan Gaza!". Mereka juga meneriakkan slogan-slogan yang menunjukkan dukungannya terhadap Palestina. Para demonstran pun meminta pertanggungjawaban Israel dan mengakhiri agresinya di tanah Palestina.
    Pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh, yang berpidato dalam acara tersebut, menyatakan rasa terima kasihnya terhadap pemerintah dan rakyat Qatar atas dukungan mereka bagi Palestina. Dia mengatakan bahwa konflik antara Palestina dan Israel telah berakhir di Al Quds atau Yerusalem, dan generasi mendatang akan terus melawan.
    “Kami menyuruh mereka untuk tidak bermain api. Masjid Al Aqsa adalah Qibal dan identitas kami," katanya. “Kami memperingatkan mereka berulang kali tidak hanya dengan kata-kata tetapi melalui pemberontakan dan perlawanan. Kami memberitahu mereka di bulan suci Ramadan dan mereka berencana untuk menembus Masjid Al Aqsa dan menggusur warga dari lingkungan Sheikh Jarrah," ujar Haniyeh.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut merupakan video perayaan peresmian kantor baru Hamas, kelompok militan Palestina, di negara bagian Kerala, India, keliru. Video itu menunjukkan aksi solidaritas bagi warga Palestina di alun-alun Masjid Imam Muhammad bin Abdulwahhab, Doha, Qatar, pada 16 Mei 2021.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8646) Keliru, Klaim Ini Video Rudal Al Qassam yang Hantam Israel dan Tewaskan Ratusan Warga Yahudi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/06/2021

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video rudal milik Brigade Al Qassam, sayap militer milik kelompok Hamas di Palestina, yang menghantam wilayah Israel dan menewaskan ratusan warga Yahudi, beredar di Facebook.
    Video itu memperlihatkan kobaran api raksasa yang membakar sejumlah mobil di sebuah tempat parkir. Tampak pula beberapa orang di sekitar lokasi kebakaran itu yang panik dan melarikan diri. 
    Akun ini membagikan video berdurasi 29 detik tersebut pada 27 Mei 2021 dengan narasi, “Roket² al qassam menghantam wilayah Israel.. kejadian baru diperkirakan 650 korban Yahudi..”
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu tidak terkait dengan konflik Israel-Palestina yang memanas baru-baru ini.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar video di atas dan menelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah video lama yang tidak terkait dengan konflik antara Israel dan Palestina.
    Akun Twitter terverifikasi milik situs berita Mesir dan Timur Tengah Youm 7, @youm7, pernah mengunggah video tersebut pada 14 Juli 2020. Video itu diberi keterangan: "Kebakaran besar melalap mobil-mobil di jalan gurun di Ismailia, Mesir."
    Video serupa juga pernah ditayangkan dalam video berita stasiun televisi Indonesia, tvOne, di kanal YouTube-nya pada 15 Juli 2020. Video berita tersebut diberi judul "Mengerikan! Jalur Pipa Minyak di Kairo Meledak, Belasan Orang Terluka".
    Dalam keterangannya, tvOne menulis penjelasan: "Kebocoran minyak dari pipa Shuqair-Mostorod di sebelah jalan raya yang sibuk di pinggiran Kairo, Mesir, memicu terjadinya kebakaran hebat. Sedikitnya 17 orang terluka akibat kejadian itu."
    Dilansir dari kantor berita Reuters, kebakaran itu terjadi setelah minyak bocor dari pipa Shuqair-Mostorod yang berada di sebelah jalan raya yang sibuk di pinggiran Kairo, Mesir, pada 14 Juli 2021. Pipa minyak ini membentang di sepanjang jalan raya, dan terbakar setelah terkena percikan api dari kendaraan yang melintasi jalur tersebut.
    Dikutip dari ABC News, akibat kejadian tersebut, sebanyak 17 orang yang menjadi korban mesti dilarikan ke rumah sakit. Kebakaran itu juga membuat petugas pemadam kebakaran berjuang selama berjam-jam untuk menahan pilar api yang menjulang tinggi, yang membakar puluhan mobil.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video rudal milik Brigade Al Qassam, sayap militer milik kelompok Hamas di Palestina, yang menghantam wilayah Israel dan menewaskan ratusan warga Yahudi, keliru. Video tersebut merupakan video lama, yang menunjukkan peristiwa kebakaran pipa minyak di Kairo, Mesir, pada 14 Juli 2020. Sebanyak 17 orang menjadi korban dari peristiwa itu.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8645) Keliru, Donor Darah dari Penerima Vaksin Covid-19 Berbahaya

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/06/2021

    Berita


    Video yang berisi ajakan kepada masyarakat untuk menolak menerima donor darah dari orang yang telah menerima vaksin Covid-19 beredar di Facebook. Video berdurasi sekitar 2,5 menit itu berisi sejumlah ilustrasi proses transfusi darah dan cuplikan sejumlah dokumen yang disertai teks dalam bahasa Indonesia.
    Dalam video tersebut, disebutkan bahwa donor darah dari orang yang telah menerima vaksin Covid-19 berbahaya, karena banyak efek samping yang ditimbulkan dari vaksin tersebut. Ribuan orang diklaim meninggal dan jutaan kasus terjadi akibat vaksin Covid-19.
    Vaksin yang berbasis mRNA juga disebut dapat menyebabkan risiko yang serius, seperti munculnya penyakit autoimun serta reaksi antibodi dan protein darah yang bisa mengganggu sistem koagulasi darah. Akun ini membagikan video itu pada 30 Mei 2021 dengan narasi, "Bahaya donor darah dari orang yang sudah di vaksin."
    Gambar tangkapan layar video yang beredar di Facebook yang berisi klaim keliru terkait donor darah dari penerima vaksin Covid-19.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi terkait di sejumlah situs Palang Merah atau lembaga donor darah di beberapa negara. Hasilnya, ditemukan penjelasan bahwa penerima vaksin Covid-19 tetap aman mendonorkan darahnya asalkan dalam kondisi sehat dan tidak memiliki gejala. Beberapa negara menetapkan waktu tunggu bagi mereka yang telah menerima vaksin untuk mendonorkan darahnya.
    Prosedur tersebut salah satunya diterapkan di Palang Merah Amerika Serikat. Dalam situs resminya, disebutkan bahwa Palang Merah AS tetap menerima pendonor yang telah menerima vaksin Covid-19 jenis apapun asalkan bebas gejala dan dalam kondisi sehat. Prosedur ini diterapkan karena efek samping ringan dapat terjadi setelah pemberian vaksin, meski biasanya menghilang dalam beberapa hari. Apabila pendonor mengalami efek samping, mereka meminta agar pendonor menunggu hingga merasa sehat.
    One Blood, organisasi kesehatan di bawah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), menyatakan hanya penerima vaksin yang telah disetujui penggunaan daruratnya yang bisa mendonorkan darah. Sebaliknya, penerima vaksin yang belum disetujui dianggap tidak memenuhi syarat untuk donor darah.
    Di Australia, sebagai tindakan pencegahan, pendonor harus menunggu tujuh hari setelah menerima vaksin Covid-19 jenis apapun sebelum mendonasikan darah, plasma, atau trombositnya. Alasannya, vaksin dapat menyebabkan efek samping ringan seperti demam, yang biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
    Pendonor yang memberikan darah, plasma, atau trombositnya saat mereka tidak dalam kondisi 100 persen sehat dapat meningkat risikonya untuk mengalami reaksi yang merugikan, seperti pingsan selama atau setelah melakukan donor.
    Adapun di Indonesia, prosedur donor darah bisa dilakukan oleh penerima vaksin Covid-19 setelah dua minggu mereka disuntik dengan vaksin tersebut. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Edaran Palang Merah Indonesia pada 19 Maret 2021.
    Terkait klaim bahwa vaksin berbasis mRNA, seperti vaksin Pfizer dan vaksin Moderna, dapat menyebabkan penyakit autoimun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ( CDC ) menyatakan orang yang memiliki kondisi autoimun dapat menerima vaksin Covid-19. Namun, saat ini, tidak ada data yang tersedia tentang keamanan vaksin Covid-19 untuk kondisi tersebut.
    Klaim itu sendiri telah beredar sejak Desember 2020. Drew Weissman, pakar mRNA, mengatakan kepada kantor berita Associated Press (AP) bahwa vaksin mRNA tidak dapat menyebabkan autoimun. Vaksin ini telah diberikan kepada masyarakat selama lima tahun terakhir. “Tidak ada data yang mengatakan bahwa vaksin mRNA dapat menyebabkan penyakit autoimun. Saya belum pernah melihat atau mendengar satu pun laporan bahwa vaksin mRNA menyebabkan autoimunitas,” katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa donor darah dari orang yang telah menerima vaksin Covid-19 berbahaya, keliru. Mereka yang telah menerima vaksin Covid-19 tetap bisa mendonorkan darahnya asalkan dalam kondisi sehat dan tidak memiliki gejala. Beberapa negara menetapkan waktu tunggu bagi mereka yang akan mendonorkan darahnya setelah disuntik vaksin untuk melihat timbulnya efek samping. Di Australia, pendonor diharuskan menunggu selama tujuh hari, sedangkan di Indonesia selama 14 hari setelah menerima vaksin.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan