• (GFD-2020-8346) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Zombie adalah Nama Pahlawan Islam dari Brasil?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/10/2020

    Berita


    Sebuah poster yang berisi klaim bahwa Zombie adalah nama pahlawan Islam dari Brasil beredar di media sosial. Dalam poster itu, terdapat foto zombie yang biasa terlihat di film-film. Ada pula foto patung dengan nama Zumbi dos Palmares, yang di bawahnya terdapat teks "O Lider Negro de Todas as Racas".
    "Ternyata Zombie adalah Pahlawan Islam. Sejarah mencatat, Zombie adalah pahlawan Islam dari Brazil. Pada tahun 1643, dengan gagah berani ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brazil. Zombie bersama ulama dan rakyatnya berjihad melawan penjajah Portugis. Namun, kini oleh propaganda Barat, namanya dijadikan sebagai mahluk pembunuh," demikian narasi dalam poster tersebut.
    Di Facebook, poster ini dibagikan salah satunya oleh akun Nyiru Nona, tepatnya pada 22 Oktober 2020. Hingga artikel ini dimuat, poster tersebut telah mendapatkan lebih dari 2.600 reaksi dan 800 komentar serta dibagikan lebih dari 70 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nyiru Nona.
    Apa benar zombie merupakan nama pahlawan Islam dari Brasil?

    Hasil Cek Fakta


    Terkait zombie
    Dikutip dari BBC Indonesia, terdapat spekulasi bahwa kata "zombie" berasal dari bahasa-bahasa Afrika Barat, yakni "ndzumbi" yang berarti mayat dalam bahasa Mitsogo di Gabon dan "nzambi" yang berarti jiwa dari orang yang telah meninggal dalam bahasa Kongo. Wilayah-wilayah ini adalah asal para budak di Eropa yang dipaksa pindah ke Hindia Barat untuk bekerja di perkebunan tebu.
    Orang-orang Afrika tersebut membawa kepercayaannya. Di sisi lain, hukum Prancis ketika itu mengharuskan budak-budak berpindah kepercayaan menjadi Katolik. Akhirnya, muncul serangkaian kepercayaan yang mencampurkan unsur tradisi yang berbeda, seperti Voodoo di Haiti, Obeah di Jamaika, dan Santeria di Kuba.
    Dilansir dari History.com, cerita rakyat tentang zombie telah ada selama berabad-abad di Haiti, kemungkinan berasal dari abad ke-17 ketika budak Afrika Barat dibawa ke Haiti untuk bekerja di perkebunan tebu. Banyak pengikut Voodoo percaya bahwa zombie adalah mitos. Namun, beberapa orang meyakini bahwa zombie adalah orang yang dihidupkan kembali oleh praktisi Voodoo atau bokor.
    Bokor memiliki tradisi menggunakan tumbuhan, kerang, ikan, tulang, dan benda lain untuk membuat ramuan, termasuk "bubuk zombi". Bubuk ini mengandung tetrodotoxin, racun saraf mematikan yang ditemukan pada ikan buntal dan beberapa spesies laut lainnya. Kombinasi tetrodotoxin dapat menyebabkan gejala mirip zombie, seperti kesulitan berjalan, kebingungan mental, dan masalah pernapasan.
    Menurut laporan berjudul "The Undead Eighteenth Century" karya Linda Troost, zombie muncul dalam literatur setidaknya sejak 1697 dan digambarkan sebagai roh atau hantu, bukan makhluk kanibal. Kisah zombie pun mulai difilmkan pada 1932, yakni dalam "White Zombie", yang juga memunculkan Frankenstein serta drakula.
    Terkait Zumbi dos Palmares
    Dilansir dari situs milik organisasi masyarakat sipil Brasil, Geledes, terdapat sebuah komunitas yang dibentuk oleh para budak berkulit hitam yang melarikan diri dari pertanian, penjara, serta kamp budak di Brasil. Komunitas itu bernama Quilombo dos Palmares yang terletak di Alagoas.
    Zumbi lahir di tengah komunitas ini pada 1655. Ketika berusia sekitar 6 tahun, ia ditangkap dan diserahkan kepada seorang misionaris Portugis. Diberi nama baptis 'Francisco', Zumbi menerima sakramen, belajar bahasa Portugis dan Latin, serta membantu perayaan misa.
    Zumbi melarikan diri pada 1670, ketika ia berusia 15 tahun, dan kembali ke tempat asalnya di Palmares. Zumbi pun populer karena keahlian dan kecerdikannya dalam pertarungan. Di awal 20-an, dia sudah menjadi ahli strategi militer yang terhormat.
    Sekitar 1678, seorang gubernur di Pernambuco, Brasil, yang lelah dengan konflik berkepanjangan dengan Quilombo, mendekati pemimpin Palmares, Ganga Zumba, dengan tawaran perdamaian. Dia juga menawarkan kebebasan kepada semua budak yang kabur jika Quilombo diserahkan kepada otoritas Kerajaan Portugis.
    Zumba menerima proposal itu, namun Zumbi menolaknya dan menentang kepemimpinan Zumba. Menjanjikan akan melanjutkan perlawanan terhadap penindasan Portugis, Zumbi menjadi pemimpin baru Quilombo dos Palmares. Namun, 15 tahun kemudian, penjelajah Sao Paulo, Domingos Jorge Velho, diutus untuk menginvasi Quilombo.
    Pada 6 Februari 1694, ibukota Palmeras dihancurkan dan Zumbi terluka. Meskipun selamat, dia dikhianati oleh rekan-rekannya. Pada 20 November 1695, Zumbi dibunuh oleh 20 prajurit. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke gubernur, kemudian diekspos di depan warga untuk menyangkal kepercayaan tentang keabadian Zumbi.
    Dikutip dari Face2Face Africa, sejak 1960-an, tanggal 20 November dirayakan di Brasil sebagai Hari Kesadaran Kulit Hitam (“Dia da Consciência Negra” dalam bahasa Portugis). Hal ini dimaksudkan untuk menghormati pemimpin perlawanan Afro-Brasil, Zumbi dos Palmares. Zumbi merupakan pemimpin komunitas Quilombo dos Palmares.
    Quilombo didirikan oleh orang-orang Afrika-Brasil pada akhir abad ke-16 sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan perbudakan Eropa. Selama hampir seabad, orang kulit hitam di Quilombo berperang melawan mereka yang memperbudak mereka, terutama orang Portugis yang berusaha menjajah Brasil.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "Zombie merupakan nama pahlawan Islam dari Brasil" keliru. Memang terdapat pemimpin perlawanan kulit hitam di Brasil yang bernama Zumbi dos Palmares. Namun, tidak ada bukti yang menyebut nama Zumbi berasal dari kata "zombie", termasuk bahwa Zumbi seorang muslim. Menurut sejumlah sumber, kisah Zumbi tidak terkait dengan zombie maupun Islam. Zumbi adalah pemimpin komunitas Quilombo dos Palmares di Brasil yang memerangi praktik perbudakan. Ia juga lahir pada 1655, bertolak belakang dengan narasi dalam poster unggahan akun Nyiru Nona, yang berbunyi "pada tahun 1643, dengan gagah berani, ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brasil".
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8345) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pidato Megawati dan Politikus PDIP Ini Terkait Perubahan Pancasila Jadi Ekasila?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/10/2020

    Berita


    Sebuah meme yang memuat foto Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan teks bahwa dia mengaku mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila dibagikan di grup Facebook Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI], yakni oleh akun Jimm Ash Sheedeq pada 22 Oktober 2020.
    "Kepada para pendukung saya, kelompok yang pro dengan saya, saya ingatkan 'yang mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila itu saya dan partai saya,,' Jadi tolong, janganlah kalian goblok dengan menuduh FPI, HTI dan kelompoknya. Karena itu tidak ada buktinya," demikian teks yang tertulis dalam meme tersebut.
    Meme ini dibagikan bersama potongan video pidato Megawati, berdurasi sekitar 2 menit, dan potongan video pidato kader PDIP yang maju sebagai calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, yang berdurasi sekitar 3 menit. Dua pidato ini dianggap sebagai bukti bahwa Megawati dan PDIP yang mewacanakan untuk mengubah Pancasila menjadi Ekasila.
    Dalam video itu, baik Megawati dan Raharto menyebut bahwa Pancasila yang diperas menjadi Trisila memuat paham sosio-nasionalis, sosio-demokratis, dan ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian, Trisila yang diperas menjadi Ekasila bakal menjadi keseluruhan jiwa dan budaya bangsa Indonesia, yakni gotong-royong.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Jimm Ash Sheedeq di grup Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI].
    Apa benar pidato Megawati dan Raharto Teno Prasetyo ini berkaitan dengan upaya mengubah Pancasila menjadi Ekasila?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, pernyataan soal gagasan Trisila dan Ekasila memang pernah diucapkan oleh Megawati dan Raharto Teno Prasetyo. Pidato Megawati dalam video di atas disampaikan dalam HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada 2017. Sementara pidato Raharto dalam video itu disampaikan dalam acara deklarasi kampanye damai pada 26 September 2020.
    Namun, Trisila dan Ekasila sebenarnya merupakan gagasan Presiden ke-1 RI Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Gagasan Trisila dan Ekasila kemudian dimasukkan dalam Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang didukung salah satunya oleh PDIP sebagai RUU inisiatif DPR. Meski begitu, kutipan dalam meme yang diunggah di grup Facebook Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI] tersebut bukanlah pernyataan Megawati.
    Mula-mula, Tempo memeriksa video pidato Megawati itu di kanal YouTube CNN Indonesia, sesuai dengan petunjuk logo media yang tertera dalam video tersebut. Lewat cara ini, ditemukan informasi bahwa video itu berisi potongan pidato Megawati dalam HUT ke-44 PDIP di JCC Senayan, Jakarta, pada 2017. Pidato utuh berdurasi 1 jam 9 menit.
    Adapun pidato kader PDIP yang maju sebagai calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, disampaikan dalam acara deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pasuruan pada 26 September 2020. Video pidato Raharto itu dimuat salah satunya oleh kanal KompasTV.
    Namun, Trisila dan Ekasila sebenarnya adalah gagasan Presiden Soekarno dalam rapat BPUPKI pada 1 Juni 1945. Berikut isi pidato Soekarno seperti dikutip dari CNN Indonesia dalam risalah rapat BPUPKI:
    Saudara-saudara, "Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inilah Panca Darma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Apa lagi yang lima bilangannya?
    (Seorang hadirin: Pandawa Lima)
    Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa saya, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (peserta rapat tepuk tangan riuh).
    Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah "perasan" yang tiga itu?
    Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan internasionalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalism.
    Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi politiek-economische democratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan. Saya peraskan pula menjadi satu: inilah yang dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
    Jadi, yang asalnya lima itu telah menjadi tiga, socio-nationalism, socio-democratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tapi barang kali tidak semua Tuan-tuan senang kepada Trisila ini, dan minta satu-satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu?
    .....
    Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!
    Gagasan Trisila dan Ekasila itu pun dimasukkan dalam RUU HIP. Dilansir dari CNN Indonesia, RUU ini didukung oleh tujuh dari sembilan fraksi di DPR sebelum disahkan sebagai RUU inisiatif DPR dalam rapat paripurna pada 12 Mei 2020. Fraksi Partai Demokrat tidak ikut dalam pembahasan, sedangkan Fraksi PKS setuju dengan catatan. Adapun tujuh fraksi yang mendukung yakni Fraksi PDIP, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PAN, dan PPP.
    Belakangan, RUU tersebut mendapatkan banyak penolakan dari berbagai elemen masyarakat yang mempermasalahkan jika Pancasila diperas menjadi Trisila dan Ekasila, yang dianggap bermuatan komunisme. Setelah menjadi kontroversi, dilansir dari Republika.id, pasal mengenai Ekasila kemudian dihapus dan pemerintah juga menunda membahas RUU HIP tersebut.
    Meme Megawati
    Kutipan dalam meme di atas, yang berbunyi: "Kepada para pendukung saya, kelompok yang pro dengan saya, saya ingatkan 'yang mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila itu saya dan partai saya,,' Jadi tolong, janganlah kalian goblok dengan menuduh FPI, HTI dan kelompoknya. Karena itu tidak ada buktinya.", bukanlah pernyataan Megawati. Tempo telah menelusuri kutipan itu di mesin pencari, tapi tidak ditemukan pemberitaan yang memuat kalimat tersebut yang dilontarkan oleh Megawati.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Jimm Ash Sheedeq di grup Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI] tersebut menyesatkan. Pertama, kutipan dalam meme yang memuat foto Megawati itu bukan pernyataan Ketua Umum PDIP tersebut. Meme itu berisi sindiran atas gencarnya PDIP dalam mengusulkan RUU HIP di tengah pandemi Covid-19. Megawati dan calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, memang menyinggung Trisila dan Ekasila dalam video unggahan akun tersebut. Namun, Trisila dan Ekasila merupakan gagasan Soekarno dalam rapat BPUPKI pada 1 Juni 1945. Konteks pidato tersebut pun untuk mengembalikan semangat gotong royong bangsa Indonesia.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8344) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Penonton Bioskop Wajib Keluar Studio Tiap 30 Menit saat Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/10/2020

    Berita


    Klaim bahwa penonton di bioskop saat pandemi Covid-19 wajib keluar studio tiap 30 menit beredar di media sosial. Klaim ini terdapat dalam gambar tangkapan layar artikel yang terbit pada 19 Oktober 2020 berjudul "Bioskop XXI Kembali Dibuka, Penonton Wajib Keluar Studio Tiap Jeda 30 Menit untuk Hirup Udara Segar!".
    Salah satu akun yang membagikan gambar itu adalah akun Muhammad Awan Yusuf, tepatnya pada 20 Oktober 2020. Menurut akun ini, artikel tersebut merupakan artikel dari situs Hai.grid.id. "Bakal ada peringatan setiap 30-60 menit jeda film, penonton diharuskan keluar teater untuk menghirup udara segar yang baru," demikian narasi yang diunggah akun itu.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Muhammad Awan Yusuf.
    Apa benar penonton di bioskop saat pandemi Covid-19 wajib keluar studio tiap 30 menit?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri artikel berjudul "Bioskop XXI Kembali Dibuka, Penonton Wajib Keluar Studio Tiap Jeda 30 Menit untuk Hirup Udara Segar!" yang disebut berasal dari situs Hai.grid.id itu.
    Hasilnya, ditemukan bahwa situs ini memang memuat artikel dengan judul tersebut pada 19 Oktober 2020. Namun, judul artikel ini telah diubah menjadi "Klarifikasi Tentang Aturan Penonton Wajib Keluar Studio Jeda 30-60 Menit untuk Hirup Udara Segar". Paragraf pertama artikel itu pun berbunyi:
    "STOP PRESS: Setelah berita ini diterbitkan, kami mengklarifikasi kepada pihak-pihak terkait, dan mendapatkan informasi bahwa pernyataan setiap 30-60 menit jeda film penonton diharuskan keluar teater untuk menghirup udara segar TIDAK pernah dikeluarkan oleh Cinema XXI."
    Tempo kemudian menelusuri pemberitaan lain terkait protokol kesehatan yang diberlakukan di bioskop. Pada 26 September 2020, dilansir dari Tirto.id, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menetapkan sejumlah protokol kesehatan untuk diberlakukan di bioskop, yakni sebagai berikut:
    Dilansir dari Kompas.com, pada 21 Oktober 2020, empat bioskop milik CGV Indonesia di Jakarta telah kembali beroperasi. Hal ini sesuai dengan surat keputusan (SK) dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta. CGV membatasi kapasitas penonton di auditorium (ruangan untuk menonton) maksimal 25 persen. CGV pun menerapkan beberapa protokol kesehatan lainnya, yakni sebagai berikut:
    Menurut arsip berita Tempo pada 21 Oktober 2020, Public Relation Manager CGV Hariman Chalid menuturkan protokol kesehatan tersebut sesuai dengan panduan dari Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Terkait kabar bahwa penonton harus keluar bioskop tiap 30-60 menit untuk menghirup udara segar, Hariman membantahnya. "Enggak ada itu dalam protokol yang disebut Pemprov," katanya.
    Dilansir dari Kompas.com, langkah CGV kembali membuka bioskopnya itu bakal diikuti oleh Cinema XXI. Pada 22 Oktober 2020, Head of Corporate Communications and Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol menyatakan perusahaannya telah mendapatkan izin dari sejumlah pemerintah daerah dan berencana akan membuka kembali bioskopnya secara bertahap.
    Dewinta juga mengatakan akan melakukan uji coba pembukaan bioskop terlebih dahulu di 10 wilayah di Indonesia. "Cinema XXI melakukan uji coba pembukaan kembali bioskop di Jatiland XXI Ternate, Jayapura XXI, Transmart Pontianak XXI, TSM XXI Bandung, Studio XXI Banjarmasin, Big Mall XXI Samarinda, dan Transmart Pangkal Pinang XXI," ujarnya. Selain itu, mulai 23 Oktober 2020, Cinema XXI akan melakukan uji coba pembukaan kembali di E-Walk XXI Balikpapan, Malkartini XXI Lampung, dan Ciwalk XXI Bandung.
    Cinema XXI juga memiliki kebijakan protokol kesehatan yang harus diikuti oleh seluruh pengunjung dan petugas bioskop, yang disebut XXI New Habits. Menurut Dewinta, protokol tersebut diterbitkan berdasarkan regulasi, instruksi, dan arahan pemerintah pusat serta daerah. "Seluruh pengunjung dimohon untuk selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan tangan selama berada di lingkungan bioskop, serta dianjurkan untuk tetap berada di rumah bila merasa kurang sehat," tuturnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "penonton di bioskop saat pandemi Covid-19 wajib keluar studio tiap 30 menit" keliru. Dalam protokol kesehatan di bioskop yang dikeluarkan oleh BNPB maupun yang diberlakukan oleh CGV Indonesia, yang merujuk pada panduan dari Kemenkes dan Pemprov DKI Jakarta, tidak terdapat kewajiban bagi penonton untuk keluar studio tiap 30 menit.
    SITI AISAH | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8343) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Warga Iran yang Tonton Perang Armenia dan Azerbaijan?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/10/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan puluhan orang tengah menyaksikan semacam luncuran api yang melintas dengan kecepatan tinggi beredar di media sosial. Suara luncuran api ini mirip dengan suara roket. Video ini diklaim sebagai video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan.
    Dalam video berdurasi 1 menit itu, sejumlah orang terlihat merekam peristiwa tersebut dengan ponselnya. Ada pula sejumlah pria yang sedang menggendong anak-anak.
    Di Facebook, video beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun Zulkarnain. Akun tersebut mengunggah video itu pada 18 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi, "Ini bukan pesta kembang api. Tapi warga Iran sedang menonton perang antara Armenia dengan Azerbaijan."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Zulkarnain.
    Apa benar video tersebut adalah video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa video tersebut merupakan video pertunjukan militer Rusia dan telah beredar sejak 2019.
    Vedio yang sama dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal dengan nama dalam bahasa Serbia yang berarti Dewa Perang. Video yang dibagikan pada 17 November 2019 tersebut berjudul “Sebuah Akhir Pekan yang Lazim di Rusia”.
    Video itu pun pernah diunggah oleh kanal dengan nama dalam bahasa Ukraina yang berarti Boris Levchenko, tepatnya pada 6 Desember 2019. Video ini diberi judul “Seperti inilah bentuk penghormatan Rusia - tembakan MLRS (Multiple Launcher Rocket System) pada jarak tertentu”.
    Situs media Rusia, Russia Beyond, juga pernah memuat video itu dalam beritanya pada 17 November 2019. Menurut berita tersebut, video itu merupakan video pertunjukan sistem artileri rudal dalam rangka Hari Tentara dan Artileri Rudal.
    Ribuan warga yang hadir bisa melihat sistem rudal taktis Point-U, Msta-B, Gvozdika, dan Acacia. Suguhan khusus pun diberikan, yakni peluncur roket multibarel Grad dan Hurricane. Selain itu, para tamu diperlihatkan lebih dari 100 unit senjata dan peralatan tempur modern.
    Konflik Azerbaijan dan Armenia
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 21 Oktober 2020, konflik Nagorno-Karabakh, wilayah di Azerbaijan dengan mayoritas penduduk etnis Armenia, kembali meletus pada 27 September 2020. Konflik itu pun hingga kini telah menewaskan ratusan orang.
    Rusia telah berupaya memediasi gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Namun, dua kali upaya gencatan senjata belum bisa menghentikan konflik Azerbaijan dan Armenia. “Kedua pihak mengatakan terjadi pertempuran sengit di sekitar Nagorno-Karabakh pada Selasa,” demikian seperti dilansir Reuters pada 21 Oktober 2020.
    Konflik ini menimbulkan kekhawatiran bahwa dua kekuatan regional, yaitu Turki dan Rusia, bakal terlibat. Ada pula kekhawatiran bahwa konflik di Nagorno-Karabakh itu akan mengganggu jaringan pipa gas dan minyak milik Azerbaijan.
    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo pun direncanakan bakal bertemu dengan Menteri Luar Negeri Armenia serta Azerbaijan pada 23 Oktober 2020 untuk memediasi konflik Nagorno-Karabakh. Namun, belum jelas apakah keduanya bertemu Pompeo secara terpisah atau pada waktu yang sama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan, keliru. Video tersebut adalah video pertunjukan militer Rusia dalam rangka Hari Tentara dan Artileri Rudal. Video ini telah beredar di internet sejak 2019.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan