• (GFD-2021-8831) Sesat, Foto yang Dikaitkan dengan Jenazah Rumini yang Tewas Berpelukan saat Erupsi Gunung Semeru

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/12/2021

    Berita


    Sebuah foto yang dikaitkan dengan jenazah Rumini yang tewas berpelukan di rumahnya saat Gunung Semeru erupsi, beredar di internet. Foto itu diunggah oleh sejumlah situs pada Rabu 8 Desember 2021. Gunung Semeru sendiri erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021.
    Situs detikterkinii.online memuat foto itu dengan judul Kisah Haru Erupsi Semeru, Tak Rela Tinggalkan Sang Ibu yang Sudah Renta, Rumini Ditemukan Tewas Berpelukan. 
    Foto tersebut menampakkan seperti mayat yang tertutup abu berwarna putih. Ada lingkaran merah pada mayat sedang memeluk lainnya. Tidak ada penjelasan atas foto itu. 
    Situs lain, www.kompasnews.xyz, juga memuat foto dan judul yang sama. Kedua situs menghubungkan foto tersebut dengan kisah Rumini dan ibunya Salamah, asal Desa Curah Kobokan, Candipuro, Lumajang yang ditemukan tewas berpelukan saat erupsi Gunung Semeru. 
    Tangkapan layar unggahan foto yang dikaitkan dengan jenazah Rumini yang tewas berpelukan saat erupsi Gunung Semeru

    Hasil Cek Fakta


    Kisah Rumini yang ditemukan tewas berpelukan bersama ibunya, Salamah, saat erupsi Gunung Semeru, memang benar. Akan tetapi foto yang digunakan sejumlah situs, bukanlah foto jenazah Rumini dan Salamah. 
    Tempo menggunakan alat reverse image dari Google untuk melacak foto tersebut. Hasilnya, foto yang sama dengan ukuran lebih besar, dimuat oleh situs Volcano Discovery. Situs tersebut memberikan penjelasan bahwa foto tersebut adalah penduduk di Kota Pompeii, yang terkubur lapisan abu vulkanik saat Gunung Vesuvius meletus pada 79 Masehi. 
    “Banyak penduduk mengambil keputusan fatal untuk tetap tinggal di kota, mencoba mengatasi jatuhnya batu apung. Ketika aliran piroklastik pertama menyerbu kota, korban selamat yang tersisa tewas seketika. Tubuh mereka diselimuti abu tebal dan endapan batu apung dan meninggalkan lubang ketika bahan organik terurai,” tulis situs itu.
    Foto itu sendiri adalah karya Tom Pfeiffer, ahli vulkanologi Jerman yang melakukan penelitian PhD-nya tentang letusan Minoa Santorini di Yunani dan letusan Plinian Vesuvius pada tahun 79 M di Italia.
    Dikutip dari situs Britannica, Pompeii adalah salah satu kota tua di era Romawi. Saat ini terletak 23 kilometer dari Napoli, Italia. Letusan besar dari Gunung Vesuvius mengubur kota Pompeii. Bangunan dan penduduknya hancur. Selama berabad-abad Pompeii diselimuti selubung abu yang mengawetkan sisa-sisanya. Kota ini digali kembali pada 1700-an dan sejumlah peneliti menemukan berbagai bangunan mewah dan sisa-sisa penduduk yang terkubur abu. Bangunan dan isinya mengungkapkan kehidupan sehari-hari di dunia kuno—dan membangkitkan minat abad ke-18 pada semua hal klasik.
    Kisah tentang Rumini dan Salamah yang ditemukan meninggal berpelukan telah dipublikasikan oleh sejumlah media. Dikutip dari Kompas.com, Rumini diduga tidak tega meninggalkan Ibunya, Salamah yang tidak sanggup berjalan karena faktor usia.  

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, foto yang menampakkan jenazah tertutup abu bukan jenazah Rumini dan Salamah yang meninggal berpelukan saat erupsi Gunung Semeru. Foto tersebut adalah penduduk penduduk di Kota Pompeii, Italia yang terkubur lapisan abu vulkanik saat Gunung Vesuvius meletus pada 79 Masehi. Kedua situs tersebut tidak memberikan keterangan pada foto yang digunakan sehingga dapat menyesatkan publik. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8830) Menyesatkan, Video Meletusnya Gunung Semeru Pada 4 Desember 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/12/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan gunung berapi yang meletus disusul aliran sungai lava beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan klaim meletusnya Gunung Semeru pada 4 Desember 2021.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 5 Desember 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Vidio singkat meletusnya gunung semeru di lumajang 4-12-2021.”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 25 ribu kali dan mendapat 37 komentar. Apa benar ini video meletusnya Gunung Semeru pada 4 Desember 2021?
    Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai momen meletusnya gunung Semeru 4 Desember 2021

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan hasil penelusuran fakta Tempo, video tersebut merupakan cuplikan dari beberapa peristiwa letusan gunung berapi yang berbeda.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar hasil ragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.
    Pada bagian awal video yang memperlihatkan ledakan gunung identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal VolcanoDiscovery pada 21 Oktober 2018 dengan judul, “Krakatoa volcano explodes: spectacular huge eruption two months before 2018 tsunami.”
    Menurut kanal tersebut, Gunung Anak Krakatau meletus dalam letusan besar yang spektakuler dengan ledakan lateral kecil pada 17 Okt 2018. Tempat yang ditunjukkan dalam video ini tidak ada lagi: pada 22 Des 2018, kerucut puncak pulau Anak Krakatau, terlihat di sini meletus, runtuh ke laut di tanah longsor besar, memicu tsunami dahsyat yang menewaskan ratusan orang.
    Video diambil selama ekspedisi VolcanoDiscovery ke Krakatau dari 13-20 Oktober 2018. Pada sore hari tanggal 17 Oktober, ledakan yang sangat dahsyat terjadi sebagai ledakan lateral yang menggali lubang kawah di bawah tutup selatan kawah, di lokasi yang sama September aliran lava telah tumpah dari kawah. Pada 19 Oktober, lubang baru ini telah bergabung dengan kawah utama, memperbesarnya.
    Selanjutnya, video di atas memperlihatkan aliran lava yang mengalir dari kawah. Pada bagian ini, yakni pada menit 0:19 hingga menit ke 1:25, identik dengan video yang telah diunggah ke Youtube oleh kanal VIVA.CO.ID pada 12 Oktober 2021 dengan judul, ”Muntahkan Batu Lava Sebesar Rumah 3 Lantai, "Neraka" La Palma Semakin Mengerikan.”
    “Sudah 3 minggu, erupsi gunung api di Pulau La Palma tak kunjung berhenti semburkan lava panas. Dalam video terbaru, terlihat sebongkah batu lava super besar menggelinding dengan kecepatan tinggi, berpotensi menimbulkan kerusakan baru,” bunyi keterangan video tersebut.
    Dikutip dari Reuters, pihak berwenang di pulau La Palma, Spanyol, pada hari Rabu mencabut kebijakan lockdown di tiga kota pantai karena asap beracun dari lava yang mengalir ke laut sebagian menghilang, tetapi letusan gunung berapi Cumbre Vieja tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
    Batuan cair panas merah terus menyembur di sepanjang sisi barat gunung berapi, yang telah meletus sejak 19 September, dan kecepatan getaran bumi harian belum melambat.
    Cuplikan selanjutnya identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal T N pada 13 November 2019 dengan judul, “Explosive eruption of Sakurajima on November 12, 2019.”
    Menurut keterangan video, “ini adalah ledakan Sakurajima yang terjadi pada malam yang diterangi cahaya bulan pada pukul 23:07, 12 November 2019. Petir vulkanik terjadi di kolom erupsi.”
    Cuplikan video selanjutnya memperlihatkan suasana kepanikan warga saat gunung Semeru erupsi pada 4 Desember 2021. Video yang identik pernah diunggah kanal CNN Indonesia pada 4 Desember 2021 dengan judul, “Kepanikan Warga Saat Gunung Semeru Meletus.”
    Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi disertai memuntahkan awan panas guguran pada Sabtu, 4 Desember 2021 pukul 15 Waktu Indonesia Barat.
    Pada bagian akhir terlihat tubuh seseorang yang mengenakan celana berwarna hijau terjebak dalam lumpur. Cuplikan video ini identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Dafa Prasetya dengan judul, “ Bocah ngapa(k) ya ”.
    Dalam video ini terlihat seorang bocah dengan sengaja salto dalam kubangan lumpur. Sempat terbenam pada bagian kepala beberapa saat, ia kemudian ditarik oleh seseorang.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video berdurasi 3 menit 23 detik yang diklaim sebagai meletusnya gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, pada 4 Desember 2021menyesatkan. Gunung Semeru memang meletus pada 4 Desember 2021, namun video tersebut telah disunting dengan cara menambahkan beberapa cuplikan video dari peristiwa letusan gunung yang berbeda. Seseorang yang terjebak lumpur pada bagian akhir video juga bukanlah korban letusan gunung Semeru, melainkan bocah yang sengaja salto dalam kubangan lumpur.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8829) Keliru, Video Keluarnya Lava dari Gunung Semeru

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/12/2021

    Berita


    Sebuah video yang diklaim keluarnya lava dari Gunung Semeru, beredar di Twitter pada 5 Desember 2021. Video ini beredar saat Gunung Semeru erupsi pada Sabtu sore, (4/12/2021) sekitar pukul 14:50 WIB.
    Video yang beredar di Twitter itu berdurasi 18 detik. Tampak dalam video itu, aliran lava berwarna merah mengalir cukup besar, disusul dengan asap pekat di sekitarnya.
    Pengunggah video itu menuliskan keterangan, “Nature is scary but beautiful..
    Mancuring Semeru's lava..”
    Unggahan tersebut telah dibagikan 228 kali dan disukai 664 akun. 
    Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai video keluarnya lava dari Gunung Semeru

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, video tersebut adalah keluarnya lava dari Gunung Kilauea, Hawaii, antara akhir Januari hingga Februari 2017. 
    Dengan menggunakan reverse image tool milik Yandex, Tempo menemukan petunjuk dari foto yang identik dengan video tersebut. Foto itu berasal dari The United States Geological Survey (USGS) yang dimuat oleh commons.wikimedia.org, yang menulis tentang aliran lava Gunung Kilauea, Hawaii, yang diambil pada 27 Januari 2017. 
    Wikipedia memberikan keterangan, bahwa aliran lava terbuka terus mengalir dari tabung lava di tebing laut kemudian masuk ke laut. Aliran lava tersebut menghasilkan ledakan litoral yang melemparkan percikan air ke tebing laut.   
    Melalui petunjuk tersebut, Tempo mencari perbandingan berupa video pemberitaan di Youtube. Kanal Associated Press (AP) pada 2 Februari 2017, mempublikasikan video milik Shane Turpin yang mengelola Tour Lava Ocean untuk mengajak wisatawan melihat aliran lava tersebut dari laut. 
    “Aliran lava yang dramatis dan berbahaya dari Gunung Kilauea mengalir keluar dari tebing laut di Pulau Hawaii, memercik ke Samudra Pasifik di bawahnya dan meledak saat terjadi benturan.” tulis Associated Press
    Dari video AP tersebut terlihat jelas lava merah yang keluar dari tabung di tebing yang curam, lalu mengalir ke laut, seperti dalam video yang beredar di Twitter. 
    Dikutip dari The Seattle Time, aliran besar lava Kilauea itu berasal dari tabung lava di pintu masuk laut Kamokuna, di sisi tenggara Big Island. Lava menyembur dari tabung yang tersingkap ketika delta lava seluas 26 hektar runtuh ke laut di lokasi pada 31 Desember 2016. Runtuhnya daratan yang baru terbentuk memicu ledakan besar dan gelombang raksasa di daerah tersebut.
    Ketika lahar cair menghantam air laut yang dingin, ia bereaksi, menyebabkan ledakan yang dapat melemparkan bongkahan besar batu panas dan puing-puing ke daratan, tempat orang mendaki untuk melihat lahar, dan menuju laut, tempat perahu wisata berlayar di garis pantai.
    Kilauea telah meletus terus menerus sejak tahun 1983, dan aliran ventilasi terbaru yang mencapai laut telah berlangsung sejak musim panas lalu.

    Kesimpulan


    Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan, video yang diklaim keluarnya lava dari Gunung Semeru, adalah keliru. Video tersebut terjadi di Gunung Kilauea, Hawaii, antara akhir Januari hingga Februari 2017. 
    Tim Cek Fakta Tempo
  • (GFD-2021-8828) Keliru, Tabel Jadwal Peluncuran Varian Omicron dari WHO, John Hopkin University dan World Economic Forum

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/12/2021

    Berita


    Narasi munculnya varian virus baru Omicron yang telah dijadwalkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), John Hopkin University dan World Economic Forum beredar di Facebook, 29 November 2021.
    Unggahan di Facebook oleh salah satu akun, berisi daftar tabel nama varian dalam alfabet Yunani dan tabel berisi jadwal dalam bahasa Spanyol. Sebuah tanda biru diarahkan pada tabel abjad Omicron dengan keterangan tanggal May 2022. 
    Dokumen tersebut juga memuat logo WHO, John Hopkin University dan World Economic Forum. Pengunggah dokumen itu menulis, “Plandemi, #masih percaya?”
    Tangkapan layar unggahan tabel jadwal peluncuran varian Omicron dari WHO, John Hopkin University dan World Economic Forum

    Hasil Cek Fakta


    Unggahan ini telah beredar di media sosial pada Juli 2020, ketika varian virus Delta menyerang dan menyebabkan kenaikan jumlah kasus dan angka kematian di berbagai negara. 
    Akan tetapi dokumen yang diklaim jadwal peluncuran varian baru Covid-19 tersebut adalah dokumen yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Dikutip dari Reuters edisi 2 Agustus 2021, juru bicara World Economic Forum dan WHO membantah bahwa dokumen itu tidak terkait dengan organisasi mereka. 
    “Ini adalah dokumen palsu dan tidak ada hubungannya dengan Forum Ekonomi Dunia,” kata Peter Vanham, Kepala Komunikasi di Kantor Ketua Forum Ekonomi Dunia, mengatakan kepada Reuters melalui email. 
    Seorang juru bicara WHO juga mengkonfirmasi: “ini bukan dokumen WHO.”
    Tempo juga telah membantah klaim ini sebelumnya dalam konteks penyebaran varian Delta. 
    Alfabet Yunani seperti Delta dan Omicron digunakan oleh WHO sejak 31 Mei 2021 sebagai nama varian virus Covid-19. Cara ini dipilih untuk menghilangkan stigma dari penyebutan yang melekatkan dengan nama negara tertentu seperti varian India. 
    Selain itu, penamaan dengan alfabet Yunani lebih mudah digunakan dibandingkan dengan nama asli sainsnya.
    Varian virus baru bukan hasil ciptaan manusia. WHO dalam laporannya pada 25 Januari 2021, menjelaskan, evolusi pada virus merupakan sesuatu yang wajar terjadi sehingga memunculkan varian baru dari virus awalnya.  Mutasi tersebut dapat mengakibatkan virus menjadi lebih cepat menular, meningkatkan keparahan penyakit atau mempengaruhi kemanjuran diagnostik, terapeutik atau vaksin.
    Selain itu, Tempo menemukan tanggal ditemukannya varian baru virus Corona dalam tabel tidak akurat. Varian Delta misalnya, yang tertulis diluncurkan pada Juni 2021. Padahal varian ini ditemukan pertama kali di India pada Oktober 2020, menurut laporan Deutsche Welle (DW), Jerman.
    Kemudian varian Kappa, menurut Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit ( CDC ) Amerika Serikat, virus ini pertama kali teridentifikasi di India pada Desember 2020. Sementara dalam unggahan, tertulis Desember 2021. 
    Varian Omicron sendiri tertulis Mei 2022, padahal varian ini telah diidentifikasi di Afrika Selatan pada 24 November 2021. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa varian virus baru Omicron yang telah dijadwalkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), John Hopkin University dan World Economic Forum adalah keliru. Dokumen itu disebut palsu oleh juru bicara World Economic Forum dan dibantah oleh WHO.
    Penggunaan alfabet Yunani untuk nama varian virus Covid-19 bukan berarti varian tersebut diciptakan oleh manusia. Menurut WHO, evolusi pada virus merupakan sesuatu yang wajar terjadi sehingga memunculkan varian baru dari virus awalnya
    Tim Cek Fakta Tempo