• (GFD-2021-8616) Keliru, Klaim Ini Foto Penumpang Lion Air dari Cina yang Diturunkan Tanpa Lewat Jalur Imigrasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/05/2021

    Berita


    Klaim bahwa maskapai penerbangan Lion Air menurunkan penumpang dari Cina tanpa lewat jalur imigrasi beredar di Facebook. Klaim itu dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan sekelompok orang berseragam krem, beberapa di antaranya membawa koper, di dalam gedung sebuah bandara.
    Akun ini membagikan klaim beserta foto tersebut pada 4 Mei 2021. Akun itu pun menulis, "Yg seperti ini kita mau percaya sama pemerintah!!! Tinggal nunggu hancur tanpa nama Republik Indonesia, di dukung Rusdi Kirana, Lion Wings Air, pesawat yg berani mnurunkn penumpang dari Cina, tanpa lewat jalur imigrasi, tp lewat penumpang dlm negeri."
    Narasi itu beredar di tengah kabar kemunculan maskapai baru Super Air Jet. Super Air Jet santer diisukan terafiliasi dengan Rusdi Kirana, bos maskapai Lion Air Group atau pendiri PT Lion Mentari Airlines. Saat ini, manajemen  sedang mengurus sertifikat operasi angkutan udara atauair operation certificate(AOC) di Kementerian Perhubungan.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut pernah beredar sebelumnya, yakni pada Oktober 2020, dengan narasi yang berbeda. Dengan demikian, konteks foto tersebut tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi baru-baru ini.
    Lewat pencarian denganreverse image tool Google, Tempo menemukan bahwa foto tersebut pernah viral di Twitter setelah diunggah oleh akun @BerisikEmak pada 1 Oktober 2020. Ketika itu, foto ini dilengkapi dengan narasi bahwa ada tentara berseragam yang datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta.
    Dikutip dari Detik.com, Manager Branch Communication Bandara Soekarno-Hatta, Haerul Anwar, mengatakan sekelompok pria berseragam krem itu adalah penumpang yang hendak terbang ke luar negeri, bukan baru tiba di Indonesia. Haerul mengkonfirmasi para penumpang itu adalah warga negara Cina. "Itu penumpang biasa yang mau berangkat ke luar," ujar Haerul.
    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soetta Ajun Komisaris Alexander Yurikho juga menyatakan lokasi dalam foto itu bukan terminal kedatangan internasional, melainkan terminal keberangkatan internasional, tepatnya Terminal 3 Bandara Soetta. Dia juga memastikan bahwa seragam yang digunakan oleh para pria itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja tambang atau personel lapangan.
    Berita yang sama juga pernah dimuat oleh Liputan6.com pada 3 Oktober 2020. Alexander Yurikho mengatakan area yang terlihat dalam foto tersebut bukan area kedatangan melainkan keberangkatan internasional. Kemudian, seragam yang dikenakan para pria dalam foto itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja lapangan.
    Menurut arsip berita Tempo, Kepala Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Romi Yudianto pun telah memastikan puluhan warga negara Cina dalam foto tersebut adalah para pekerja tambang. "Bukan tentara," ujar Romi saat dihubungi Tempo pada 3 Oktober 2020.
    Romi menjelaskan foto tersebut merupakan foto saat keberangkatan, bukan kedatangan. Meskipun begitu, dia tidak menjelaskan secara detail di mana puluhan warga negara Cina itu berasal. Dia juga tidak menyebut jadwal keberangkatan mereka di Bandara Soetta.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas menunjukkan penumpang Lion Air dari Cina yang diturunkan tanpa lewat jalur imigrasi, keliru. Foto ini pernah beredar pada Oktober 2020 dengan narasi yang berbeda. Ketika itu, pihak Imigrasi telah mengkonfirmasi bahwa foto itu adalah foto saat keberangkatan, bukan kedatangan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8615) Keliru, Klaim Ini Foto Puing-puing KRI Nanggala yang Berhasil Dievakuasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/05/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan bangkai sebuah kapal selam yang baru diangkat ke permukaan beredar di internet. Pada bangkai kapal selam ini, terlihat di bagian atas kapal tulisan “402”, yang dilingkari merah. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa puing-puing KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Bali pada 21 April 2021 lalu telah berhasil dievakuasi.
    Selain memperlihatkan bangkai kapal selam, foto itu juga menunjukkan sejumlah wanita, yang salah satunya menangis. Ada pula dua wanita yang sedang berpelukan. Blog ini memuat foto itu dalam artikelnya pada 1 Mei 2021 yang berjudul “Tangisan Keluarga Korban Pecah, Tim Evakuasi Berhasil Angkat Puing Puing KRI Nanggala 402 Kepermukaan”.
    Gambar tangkapan layar artikel terkait KRI Nanggala 402 di sebuah blog yang memuat foto hasil suntingan dari foto kapal selam milik Rusia, Kursk, yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 2000.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image toolSource, Yandex, dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut adalah hasil suntingan dari foto bangkai kapal selam milik Rusia, K-141 Kursk, yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 12 Agustus 2000.
    Foto yang dimuat oleh blog di atas merupakan thumbnail dari video yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Suara Hati Sang Istri pada 1 Mei 2021. Video ini berjudul “Tangisan Keluarga Korban Pecah, Tim Evakuasi Berhasil Angkat Puing Puing Nanggala 402 Kepermukaan”.
    Dalam keterangan videonya, disebutkan bahwa tim evakuasi gabungan KRI Nanggala 402 telah berhasil menggangkat hidrofon milik kapal selam tersebut dengan Remotely Operated Vehicle (ROV) milik kapal penyelamat Singapura, MV Swift Rescue. Pemerintah pun memastikan akan terus melakukan evakuasi serpihan-serpihan dari KRI Nanggala.
    Tempo kemudian menelusuri foto-foto dalam thumbnail video tersebut. Foto kapal selam yang terlihat dalam thumbnail video tersebut identik dengan foto yang pernah dimuat oleh situs berbahasa Rusia, Oir Mobi, dalam artikelnya pada 18 Februari 2020 yang berjudul "Kapal Selam Kursk". Namun, dalam foto ini, tidak terlihat tulisan “402” di bagian atas kapal.
    Foto yang sama juga pernah dimuat oleh Tempo pada 24 April 2021 dalam artikelnya yang berjudul “6 Kecelakaan Kapal Selam Terburuk dalam Sejarah”. Berdasarkan arsip berita Tempo, kecelakaan Kursk dianggap sebagai salah satu bencana kapal selam terburuk yang dialami oleh Rusia. K-141 Kursk, kapal selam rudal bertenaga nuklir Project 949A Antey-class (Oscar II) dan berbobot 16 ribu ton, hancur dalam ledakan besar pada 12 Agustus 2000.
    Ledakan itu menewaskan 118 awak kapal selam tersebut. Kapal selam Kursk tenggelam dalam gelaran latihan Angkatan Laut Armada Utara di Laut Barents. Dikutip dari Moscow Times, investigasi resmi menyimpulkan bahwa kegagalan salah satu torpedo berbahan bakar hidrogen peroksida Kursk yang memicu ledakan tersebut. Bencana kapal selam Kursk ini memicu berbagai kritik publik terhadap pemerintah Rusia dan Angkatan Laut.
    Sementara foto yang memperlihatkan dua perempuan yang sedang berpelukan dalam thumbnail video tersebut merupakan foto saat Menteri Sosial Tri Rismaharini menemui keluarga awak KRI Nanggala 402 di Koarmada II Surabaya, Jawa Timur. Video yang menunjukkan momen tersebut pernah diunggah ke YouTube oleh kanal milik stasiun televisi Kompas TV pada 25 April 2021 dengan judul “Penuh Haru, Mensos Risma dan Menko PMK Temui Keluarga Awak KRI Nanggala 402”.
    Barang yang ditemukan dari KRI Nanggala
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 24 April 2021, sejumlah barang telah ditemukan dari KRI Nanggala 402. Menyusul penemuan itu, kapal selam TNI Angkatan Laut tersebut dinyatakan berstatus subsunk atau tenggelam. “Barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum dan dalam radius 10 mil tidak ada kapal lain yang melintas,” kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono.
    Menurut Yudo, sejumlah barang yang ditemukan di sekitar lokasi terakhir kapal selam itu terlihat adalah pelurus tabung torpedo, bagian pembungkus pipa pendingin, dan pelumas untuk periskop. Tim pencari gabungan juga menemukan alas yang biasa digunakan oleh awak kapal untuk melaksanakan salat atau sajadah dan spons untuk meredam panas di kapal selam.
    Yudo mengatakan benda-benda tersebut bisa keluar dari dalam kapal selam, karena diduga terjadi keretakan pada kapal tersebut. "Ini tidak akan terangkat keluar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo,” ujar Yudo.
    Dilansir dari Kompas TV, pada 27 April 2021, tim evakuasi KRI Nanggala 402 juga berhasil menggangkat hidrofon menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV) milik kapal penyelamat Singapura, MV Swift Rescue. Hidrofon atau alat perekam suara bawah air merupakan bagian penting dari sistem sonar. Hidrofon milik KRI Nanggala ini berfungsi untuk mendeteksi kapal selam atau kapal di permukaan.
    Asisten Perencanaan dan Anggaran TNI AL Laksamana Muda Muhammad Ali menjelaskan, selain hidrofon, tim evakuasi juga telah menemukan lokasi torpedo KRI Nanggala. Menurut Ali, tim masih melakukan pengangkatan serpihan kecil dari KRI Nanggala menggunakan ROV. Sedangkan untuk bagian yang besar akan dikoordinasikan lebih lanjut, sebab daya angkut ROV hanya 150 kilogram.
    Menurut arsip berita Tempo pada 4 Mei 2021, Ali menyatakan belum bisa memastikan sampai kapan proses evakuasi KRI Nanggala 402 akan berlangsung. Pasalnya, terdapat sejumlah kendala di lapangan, salah satunya terkait kondisi alam di sekitar karamnya kapal selam tersebut.
    "Masalah batas waktu itu tidak bisa tentukan karena tergantung medan, situasi. Di mana di Laut Bali kita ketahui juga ada internal wave yang disampaikan beberapa waktu lalu kita sudah sampaikan," ujar Ali saat jumpa pers di RS TNI AL Dr. Mintohardjo, Jakarta, pada 4 Mei 2021.
    Dia menambahkan, dalam melakukan evakuasi, tim juga sangat berhati-hati, apalagi diketahui masih ada torpedo aktif yang ikut tenggelam bersama kapal. "Jadi, kita harus benar-benar hati-hati dan harus sabar. Saya minta ke rekan-rekan media mohon sabar untuk bisa tunggu rekan-rekan kita. Kita juga siapkan KRI kita, ada KRI Rigel dan beberapa kapal lagi untuk pengamanan," tuturnya.
    Saat ini, tim baru berhasil mengangkat bagian kecil dari KRI Nanggala-402. Menurut dia, untuk pengangkatan badan kapal memerlukan pengait untuk diikatkan ke KRI Nanggala yang tenggelam di dasar laut. "Untuk mengangkat memang agak susah mungkin, karena untuk menempelkan pengait dengan barang yang akan diangkat itu butuh tangan (untuk mengaitkan)," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut adalah foto puing-puing KRI Nanggala 402 yang telah berhasil dievakuasi, keliru. Foto itu merupakan hasil suntingan dari foto bangkai kapal selam K-141 Kursk milik Rusia yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 12 Agustus 2000. Sejauh ini, tim evakuasi KRI Nanggala baru menemukan serpihan-serpihan dari kapal selam milik TNI AL tersebut, seperti pelurus tabung torpedo, bagian pembungkus pipa pendingin, pelumas untuk periskop, alas salat, spons peredam panas, serta hidrofon.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8614) Keliru, Klaim Ini Bukan Video Kremasi Jenazah Covid-19 di India Tapi Korban Kebocoran Gas

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/05/2021

    Berita


    Narasi yang meragukan parahnya gelombang kedua Covid-19 di India beredar di media sosial. Salah satu akun di Facebook mengklaim bahwa video yang beredar di internet, yang diambil dari udara dan disebut memperlihatkan situasi di area kremasi jenazah Covid-19 di India, sebenarnya menunjukkan proses kremasi para korban kebocoran gas.
    Video itu berjudul "Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!". Video tersebut juga memuat logo stasiun televisi Metro TV. Akun ini membagikan klaim beserta video tersebut pada 27 April 2021. Selain mengunggah video itu, akun ini menyertakan empat video lain yang diklaim sebagai bukti bahwa kondisi India normal, karena menggelar acara musik.
    Akun itu pun menulis, "Slide 1 Pembodohan kopid! Korban yang di kremasi adalah korban kebocoran gas, Slide 2 korban yang berjatuhan akibat pipa kebocoran gas, Slide 3 adalah komentar orang cerdas, Slide 4 sampai terakhir adalah kondisi india saat ini, dangdutan saweran, Selamat jadi manusia yang berakal." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 100 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu memang menunjukkan situasi di area kremasi jenazah pasien Covid-19 di India.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, video yang memuat logo Metro TV dan berjudul “Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!” itu memang memperlihatkan situasi di area kremasi massal jenazah Covid-19 di India, di tengah meningkatnya jumlah kematian akibat infeksi virus Corona di negara tersebut.
    Mula-mula, Tempo memfragmentasi video itu menjadi beberapa gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google. Selain itu, Tempo juga menelusuri pemberitaan terkait dengan kata kunci “mass cremation in India” di mesin perambah Google.
    Hasilnya, ditemukan bahwa beberapa cuplikan dalam video tersebut sama dengan video yang dipublikasikan oleh media Korea Selatan, SBS, pada 26 April 2021. Video itu berjudul “Jenazah pasien Covid-19 berserakan di trotoar, 'Kekurangan oksigen'". Kesamaan terdapat pada cuplikan dari udara yang menunjukkan area kremasi serta cuplikan beberapa petugas berpakaian hazmat yang sedang menggotong jenazah.
    Dua cuplikan yang sama-sama terlihat dalam video yang beredar di Facebook maupun yang diunggah oleh media Korea Selatan SBS pada 26 April 2021.
    Tempo pun membandingkan video itu dengan video yang dipublikasikan oleh media kredibel lainnya. Salah satunya adalah media Inggris, The Guardian, yang mengunggah video kremasi yang identik yang diambil dari udara. Video yang dipublikasikan di YouTube pada 26 April 2021 tersebut diberi judul "India: drone footage shows makeshift mass crematorium in Delhi".
    Dalam penjelasannya, The Guardian menulis bahwa kremasi massal telah dilakukan di ibukota India, New Delhi, di fasilitas darurat yang disiapkan untuk mengatasi peningkatan kematian akibat virus Corona yang besar. Per 26 April, India mencatat 352.991 kasus Covid-19 baru, hari kelima dari rekor tertinggi, dan 2.812 kematian baru, angka kematian harian tertinggi sejauh ini.
    Menurut arsip berita Tempo pada 19 April, India mengalami kekurangan tempat tidur dan oksigen untuk pasien Covid-19 ketika kasus infeksi virus Corona di sana semakin melonjak. Ibukota India, New Delhi, mencatat 25.500 kasus Covid-19 baru dalam periode 24 jam. Namun, kurang dari 100 tempat tidur untuk perawatan kritis tersedia di kota itu. Sementara jumlah kasus di seluruh India pada hari itu mencapai sekitar 233 ribu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas bukan video kremasi jenazah Covid-19 di India, tapi kremasi korban kebocoran gas, keliru. Video tersebut memang memperlihatkan situasi kremasi massal jenazah pasien Covid-19 di India. Sejak pertengahan April 2021, India mencatatkan kenaikan drastis terkait jumlah kasus Covid-19, dan juga peningkatan angka kematian.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8613) Sesat, Penyebab Krisis Oksigen di India Bukan Covid-19 Tapi Saluran Gas RS yang Bocor

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/05/2021

    Berita


    Klaim bahwa penyebab krisis oksigen di India adalah kebocoran saluran gas di rumah sakit, bukan lonjakan kasus Covid-19, beredar di Instagram. Klaim ini disertai dengan video berita dari situs media Kumparan yang berisi informasi bahwa terdapat sebuah rumah sakit di India yang mengalami kebocoran saluran oksigen di tengah meningkatnya kasus Covid-19 di sana.
    Akun ini membagikan klaim beserta video tersebut pada 1 Mei 2021. Akun itu pun menuliskan narasi sebagai berikut: “Penyebab krisis oksigen di India bukan karena 'tsunami kopit', tapi adanya kebocoran saluran oksigen di rumah sakit India.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah ditonton lebih dari 266 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi klaim sesat terkait penyebab krisis oksigen di India.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video dalam unggahan itu memang menunjukkan kebocoran tangki oksigen di sebuah rumah sakit di Nashik, Maharashtra, India, pada 21 April 2021. Namun, kebocoran tersebut muncul di tengah terjadinya krisis oksigen di India. Negara ini mengalami krisis oksigen karena dilanda gelombang kedua pandemi Covid-19 sejak pertengahan April lalu.
    Terkait video kebocoran oksigen
    Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri denganreverse image toolGoole dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video yang identik yang pernah dimuat oleh kanal YouTube milik media India, Hindustan Times, pada 21 April 2021. Video ini berjudul “Nashik: 22 patients die due to interrupted oxygen supply after tank leak at hospital”.
    Dalam keterangannya, Hindustan Times menulis bahwa sedikitnya 22 pasien meninggal akibat terputusnya pasokan oksigen di Rumah Sakit Zakir Hussain, rumah sakit umum untuk pasien Covid-19 di Kota Nashik, Negara Bagian Maharashtra, India. Menurut kolektor distrik, Suraj Mandhare, hal itu terjadi setelah adanya kebocoran dari pabrik penyimpanan oksigen.
    Peristiwa ini terjadi di tengah kekurangan oksigen yang akut di beberapa negara bagian di India. Petugas pun melakukan operasi penahanan kebocoran di lokasi. Kebocoran tersebut menyebabkan gas menyebar ke seluruh area di luar rumah sakit. Maharashtra merupakan salah satu negara bagian yang paling parah terkena Covid-19. Lebih dari 58.920 kasus baru dan 351 kematian dilaporkan per 21 April.
    Video yang sama juga pernah dimuat oleh kanal YouTube media Inggris, The Telegraph, pada 22 April 2021. Video itu berjudul “India: 'My mother died in agony' from Covid after an oxygen tank leak at hospital”. Video ini berkisah tentang seorang pasien Covid-19 yang meninggal akibat kebocoran oksigen di Rumah Sakit Zakir Hussain.
    Seorang administrator lokal di India barat mengatakan sebanyak 22 pasien meninggal di Rumah Sakit Zakir Hussain ketika pasokan oksigen mereka terganggu akibat kebocoran tangki. Putri dari salah satu pasien Covid-19 yang meninggal mengatakan bahwa ibunya telah berada di rumah sakit selama lima hari dan bahwa ia telah "pulih" dari Covid-19 ketika meninggal akibat kekurangan oksigen.
    "Tidak ada oksigen, dia meninggal kesakitan, dia kesulitan bernapas, dia meninggal. Semua orang di sana (di bangsal) meninggal," katanya. India menghadapi krisis kesehatan yang parah karena persediaan oksigen di rumah sakit menipis, seiring dengan lonjakan jumlah kasus Covid-19 baru yang kini memecahkan rekor dunia.
    Terkait krisis oksigen di India
    India mulai mengalami kekurangan tempat tidur dan oksigen untuk pasien Covid-19 pada pertengahan April 2021, ketika kasus infeksi virus Corona semakin melonjak. Menurut arsip berita Tempo pada 19 April, ibukota India, New Delhi, mencatat 25.500 kasus Covid-19 baru dalam periode 24 jam. Namun, kurang dari 100 tempat tidur untuk perawatan kritis tersedia di kota itu. Sementara jumlah kasus di seluruh India pada hari itu mencapai sekitar 233 ribu.
    Pada 1 Mei, India mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus Covid-19 dalam satu hari, yakni 401.993 kasus. Menurut arsip berita Tempo, krematorium di seluruh India dipenuhi dengan mayat. Pasien terengah-engah dan sekarat karena rumah sakit kehabisan oksigen. India telah melaporkan lebih dari 300 ribu kasus baru setiap harinya selama sembilan hari berturut-turut sejak 21 April sebelum mencapai angka 400 ribu.
    Per 4 Mei 2021, total kasus Covid-19 di India sejak awal pandemi menembus angka 20 juta. Jumlah ini membuat India menjadi negara kedua di dunia dengan kasus infeksi virus Corona terbanyak setelah Amerika Serikat. India mencatat 10 juta kasus tambahan dalam empat bulan terakhir. Namun, para pakar medis mengatakan angka sebenarnya di India bisa 5-10 kali lebih tinggi ketimbang yang dilaporkan.
    Dilansir dari media India, The Hindu, yang mengutip Reuters, Moloy Banerjee, direktur Linde Plc, produsen gas terbesar di India, mengatakan krisis pasokan oksigen medis yang parah di India diperkirakan akan mereda pada pertengahan Mei. Produksi diprediksi bakal meningkat sebesar 25 persen, dan infrastruktur transportasi siap untuk mengatasi lonjakan permintaan yang disebabkan oleh peningkatan dramatis kasus Covid-19.
    Menurut Banerjee, konsumsi oksigen medis di India telah melonjak lebih dari delapan kali lipat dari level biasanya menjadi sekitar 7.200 ton per hari pada April. "Inilah yang menyebabkan krisis, karena tidak ada yang siap untuk itu, terutama kurva yang tajam," kata Banerjee. "Harapan saya, pada pertengahan Mei, kami sudah pasti memiliki infrastruktur transportasi yang memungkinkan kami melayani permintaan ini di seluruh negeri," katanya.
    Perdana Menteri India Narendra Modi sendiri telah dikritik karena tidak bergerak lebih cepat dalam membatasi gelombang kedua Covid-19, dan karena membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak bermasker menghadiri festival keagamaan atau kampanye politik selama Maret dan April. Permodelan pemerintah India menunjukkan kasus Covid-19 bisa mencapai puncaknya pada 5 Mei, beberapa hari lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa penyebab krisis oksigen di India adalah kebocoran saluran gas di rumah sakit, bukan lonjakan kasus Covid-19, menyesatkan. Kebocoran saluran oksigen memang terjadi di sebuah rumah sakit di Nashik, Maharashtra, India. Namun, kebocoran tersebut muncul di tengah terjadinya krisis oksigen di negara tersebut. India mengalami krisis oksigen karena dilanda gelombang kedua pandemi Covid-19 sejak pertengahan April lalu. Pada 1 Mei, India mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus Covid-19 dalam satu hari, yakni 401.993 kasus.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan