(GFD-2022-9964) [SALAH] Ilmuwan Pembuat Virus Corona Telah Ditangkap
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 13/06/2022
Berita
” Alhamdulillah.. Biang virus Corona nya sudah tertangkap”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang menampilkan seorang pria yang ditangkap oleh pihak kepolisian dan diliput oleh banyak wartawan. Dari keterangan dalam unggahan video tersebut diklaim bahwa pria berkulit putih tersebut ditangkap karena merupakan pembuat virus corona.
Namun setelah melakukan penelusuran terkait kebenaran informasi ini, ditemukan fakta bahwa klaim video yang menyatakan pria pembuat virus corona telah ditangkap adalah sebuah informasi hoaks. Melansir dari artikel Kompas.com, pria berkulit putih yang ada di dalam video tersebut adalah Charles Lieber. Charles Lieber adalah seorang ilmuwan asal Amerika Serikat yang saat itu menjabat sebagai Ketua Departemen Kimia dan Biologi Kimia Universitas Harvard. Lieber sendiri memang pernah ditangkap karena melakukan penipuan dana penelitian yang melibatkan konflik antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Menurut dokumen pengadilan, sejak 2008, Lieber yang menjabat sebagai Peneliti Utama Lieber Research Group di Universitas Harvard, yang berspesialisasi dalam bidang nanosains, telah menerima lebih dari 15.000.000 dolar AS dana hibah dari National Institutes of Health (NIH) dan Departemen Pertahanan (DOD).
Tanpa sepengetahuan Universitas Harvard mulai 2011, Lieber juga menjadi Ilmuwan Strategis di Universitas Teknologi Wuhan (WUT) dan merupakan peserta kontrak dalam program Seribu Talenta China sekitar 2012 hingga 2017. Program ini menargetkan para ilmuwan dan peneliti luar negeri yang bersedia membawa kaehlian mereka ke China dengan imbalan hal-hal seperti dana penelitian dan ruang lab.
Gugatan itu mneuduh bahwa pada tahun 2018 dan 2019, Lieber berbohong tentang keterlibatannya dengan program tersebut.
Video dalam unggahan tersebut merupakan video Charles yang telah bebas dari tahanan dan diperintahkan mengirim uang sebanyak 1 juta dollar AS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa video yang diklaim sebagai video penangkapan ilmuwan pembuat virus corona merupakan sebuah hoaks kategori misleading conten atau konten menyesatkan.
Namun setelah melakukan penelusuran terkait kebenaran informasi ini, ditemukan fakta bahwa klaim video yang menyatakan pria pembuat virus corona telah ditangkap adalah sebuah informasi hoaks. Melansir dari artikel Kompas.com, pria berkulit putih yang ada di dalam video tersebut adalah Charles Lieber. Charles Lieber adalah seorang ilmuwan asal Amerika Serikat yang saat itu menjabat sebagai Ketua Departemen Kimia dan Biologi Kimia Universitas Harvard. Lieber sendiri memang pernah ditangkap karena melakukan penipuan dana penelitian yang melibatkan konflik antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Menurut dokumen pengadilan, sejak 2008, Lieber yang menjabat sebagai Peneliti Utama Lieber Research Group di Universitas Harvard, yang berspesialisasi dalam bidang nanosains, telah menerima lebih dari 15.000.000 dolar AS dana hibah dari National Institutes of Health (NIH) dan Departemen Pertahanan (DOD).
Tanpa sepengetahuan Universitas Harvard mulai 2011, Lieber juga menjadi Ilmuwan Strategis di Universitas Teknologi Wuhan (WUT) dan merupakan peserta kontrak dalam program Seribu Talenta China sekitar 2012 hingga 2017. Program ini menargetkan para ilmuwan dan peneliti luar negeri yang bersedia membawa kaehlian mereka ke China dengan imbalan hal-hal seperti dana penelitian dan ruang lab.
Gugatan itu mneuduh bahwa pada tahun 2018 dan 2019, Lieber berbohong tentang keterlibatannya dengan program tersebut.
Video dalam unggahan tersebut merupakan video Charles yang telah bebas dari tahanan dan diperintahkan mengirim uang sebanyak 1 juta dollar AS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa video yang diklaim sebagai video penangkapan ilmuwan pembuat virus corona merupakan sebuah hoaks kategori misleading conten atau konten menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)
Faktanya video dalam unggahan tersebut adalah video dari seorang ilmuwan bernama Charles Lieber yang ditangkap atas kasus penipuan dana penelitian, bukan karena membuat virus corona.
Faktanya video dalam unggahan tersebut adalah video dari seorang ilmuwan bernama Charles Lieber yang ditangkap atas kasus penipuan dana penelitian, bukan karena membuat virus corona.
Rujukan
(GFD-2022-9963) [SALAH]: Hanyalah Malin Kundang Yang Tidak Mau Mengakui Ibu Kandungnya
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 12/06/2022
Berita
“Sampai Kapanpun Ibu Tak Akan Bisa Terganti”
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun Facebook mengunggah postingan berupa kolase foto Presiden Jokowi dengan Ibunya (Kanan) dan seseorang yang diklaim sebagai ibu kandung Jokowi (kiri) dengan narasi pada postingan bertuliskan “Hanyalah Malin Kundang Yang Tidak Mau Mengakui Ibu Kandungnya”.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi menyesatkan ini merupakan hoaks berulang. Dilansir dari tempo.co, hasil penelusuran kedua penulis yang tertuang dalam buku berjudul “Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana” itu membantah fitnah yang dikembangkan lawan politiknya bahwa Jokowi merupakan keturunan dari keluarga yang tersangkut Partai Komunis Indonesia (PKI).
Menurut salah satu penulis, Wawan Mas’udi, ia melacak sejarah asal-usul Jokowi mulai dari kakek-nenek serta kedua orang tuanya. “Kami mendatangi kampung-kampung tempat asal usul keluarganya dan mengumpulkan beberapa sumber,” katanya dalam acara bedah buku yang digelar di Solo, Rabu, 19 Desember 2018.
Kakek Jokowi dari jalur ayah, Lamidi Wiryomiharjo, merupakan kepala desa di Desa Krajan, Karanganyar, yang menjabat sejak 1950 hingga 1980-an. Jabatan Lamidi, menurut dia, sekaligus membantah fitnah bahwa Jokowi merupakan keturunan dari simpatisan PKI. “Orde baru tidak mungkin membiarkan orang yang tersangkut PKI jadi kepada desa,” katanya.
Sebagai informasi, Almarhumah Sudjiatmi lahir pada 15 Februari 1943 di Desa Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah. Ia anak dari pasangan Wirorejo dan Sani yang sehari-hari berdagang kayu, usaha yang nantinya juga ditekuni Sudjiatmi dan suaminya. Jokowi pun dikenal sebagai pengusaha kayu atau mebel sebelum terjun ke politik.
Informasi serupa sudah pernah beredar sebelunya dan diverifikasi laman turnbackhoax.id 31 Maret 2020 berjudul “[SALAH] “Jokowi anak kandung dari SULAMI”.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi menyesatkan ini merupakan hoaks berulang. Dilansir dari tempo.co, hasil penelusuran kedua penulis yang tertuang dalam buku berjudul “Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana” itu membantah fitnah yang dikembangkan lawan politiknya bahwa Jokowi merupakan keturunan dari keluarga yang tersangkut Partai Komunis Indonesia (PKI).
Menurut salah satu penulis, Wawan Mas’udi, ia melacak sejarah asal-usul Jokowi mulai dari kakek-nenek serta kedua orang tuanya. “Kami mendatangi kampung-kampung tempat asal usul keluarganya dan mengumpulkan beberapa sumber,” katanya dalam acara bedah buku yang digelar di Solo, Rabu, 19 Desember 2018.
Kakek Jokowi dari jalur ayah, Lamidi Wiryomiharjo, merupakan kepala desa di Desa Krajan, Karanganyar, yang menjabat sejak 1950 hingga 1980-an. Jabatan Lamidi, menurut dia, sekaligus membantah fitnah bahwa Jokowi merupakan keturunan dari simpatisan PKI. “Orde baru tidak mungkin membiarkan orang yang tersangkut PKI jadi kepada desa,” katanya.
Sebagai informasi, Almarhumah Sudjiatmi lahir pada 15 Februari 1943 di Desa Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah. Ia anak dari pasangan Wirorejo dan Sani yang sehari-hari berdagang kayu, usaha yang nantinya juga ditekuni Sudjiatmi dan suaminya. Jokowi pun dikenal sebagai pengusaha kayu atau mebel sebelum terjun ke politik.
Informasi serupa sudah pernah beredar sebelunya dan diverifikasi laman turnbackhoax.id 31 Maret 2020 berjudul “[SALAH] “Jokowi anak kandung dari SULAMI”.
Kesimpulan
Informasi menyesatkan dan merupakan hoaks berulang. Ibu Kandung Jokowi memanglah Almarhumah Sudjiatmi. Hasil penelusuran kedua penulis yang tertuang dalam buku berjudul Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana itu membantah fitnah yang dikembangkan lawan politiknya bahwa Jokowi merupakan keturunan dari keluarga yang tersangkut Partai Komunis Indonesia (PKI).
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/201/fakta-atau-hoaks-benarkah-ibunda-jokowi-merupakan-keturunan-pki
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/3931143/cek-fakta-kabar-ibu-jokowi-aktivis-gerwani-adalah-hoaks
- https://tirto.id/sekilas-sejarah-hidup-mien-uno-mama-sandiaga-sudjiatmi-ibu-jokowi-dgPe
- https://www.beritasatu.com/archive/407309/kejamnya-fitnah-bambang-tri
- https://www.merdeka.com/peristiwa/ketegaran-ibunda-jokowi-dituding-keluarga-pki.html
(GFD-2022-9962) [SALAH]: Indra Kenz Dibebaskan dan Semua Asetnya Dikembalikan
Sumber: Tiktok.comTanggal publish: 12/06/2022
Berita
“viral.!! indra kenz telah dipulangkan. semua aset nya dikembalikan. dan sempat memosting video ini melalui ig 2hari yg lalu”.
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun Tiktok mengunggah video yang menampilkan tersangka kasus penipuan investasi binary option Binomo, Indra Kenz yang diklaim telah dipulangkan oleh pihak berwajib dan seluruh asetnya turut dikembalikan.
Berdasarkan penelusuran, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol. Gatot Repli Handoko mengatakan, kabar tersebut adalah berita bohong atau hoaks.
“Kami pastikan (berita) itu hoaks,” kata Gatot di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (8/6/2022).
Gatot mengatakan, saat ini Indra Kenz masih ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Dirinya mengatakan bahwa kasus Indra Kenz masih berlanjut.
Sementara itu, Indra Kenz Selaku tersangka kasus kasus penipuan investasi binary option Binomo juga turut menepis informasi tersebut. Melalui surat terbuka yang dibagikan oleh kuasa hukumnya, Indra Kenz memastikan bahwa dirinya masih ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Bareskrim Polri.
“Saat ini saya bersyukur mash diberikan kesehatan oleh Yang Maha Kuasa. Saya ditahan di Rutan BARESKRIM pada 24 Februari 2022, dan hingga saat ini saya masih menjalani masa tahanan saya terhitung sampai hari ini kurang lebih sudah 105 hari. Berita yang menyatakan bahwa saya sudah bebas dan pulang ke rumah itu tidak benar adanya (HOAX),” kata Indra Kenz dalam surat itu.
Berdasarkan penelusuran, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol. Gatot Repli Handoko mengatakan, kabar tersebut adalah berita bohong atau hoaks.
“Kami pastikan (berita) itu hoaks,” kata Gatot di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (8/6/2022).
Gatot mengatakan, saat ini Indra Kenz masih ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Dirinya mengatakan bahwa kasus Indra Kenz masih berlanjut.
Sementara itu, Indra Kenz Selaku tersangka kasus kasus penipuan investasi binary option Binomo juga turut menepis informasi tersebut. Melalui surat terbuka yang dibagikan oleh kuasa hukumnya, Indra Kenz memastikan bahwa dirinya masih ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Bareskrim Polri.
“Saat ini saya bersyukur mash diberikan kesehatan oleh Yang Maha Kuasa. Saya ditahan di Rutan BARESKRIM pada 24 Februari 2022, dan hingga saat ini saya masih menjalani masa tahanan saya terhitung sampai hari ini kurang lebih sudah 105 hari. Berita yang menyatakan bahwa saya sudah bebas dan pulang ke rumah itu tidak benar adanya (HOAX),” kata Indra Kenz dalam surat itu.
Kesimpulan
Informasi palsu. Tersangka kasus dugaan penipuan Aplikasi Binomo Indra Kesuma alias Indra Kenz memastikan dirinya masih ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Bareskrim Polri. Melalui surat terbuka ia menepis informasi palsu yang menyebut bahwa dirinya dibebaskan dan seluruh asetnya dikembalikan.
Rujukan
- https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/09/112041482/hoaks-indra-kenz-dipulangkan-dan-seluruh-asetnya-dikembalikan?page=2
- https://nasional.sindonews.com/read/793139/13/buat-surat-terbuka-masih-ditahan-di-bareskrim-indra-kenz-berita-saya-bebas-hoaks-1654758395
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4982536/cek-fakta-hoaks-indra-kenz-telah-dipulangkan-dan-semua-asetnya-dikembalikan
(GFD-2022-9961) [SALAH] Vaksin Merupakan Praktik Depopulasi Rakyat
Sumber: Twitter.comTanggal publish: 12/06/2022
Berita
“Indonesia akan menjadi pabrik vaksin M-Rna?
Kalian akan membawa kematian bagi rakyat… dan dari pejabat sampai cebong bangga..
Ini lah alasannya…
Jangan jadikan Indonesia sebagai praktek depopulasi
#FormulaE
Gubernur”
Narasi dalam video:
“Dr. robert malone, yang menciptakan vaksin messenger RNS (mRNA) telah mengatakan tidak ada yang boleh menerima suntikan ini, Dia menciptakannya! Dan dia berkata – Jangan pernah melakukannya Jadi izinkan saya menjelaskan apa yang akan terjadi pada orang-orang yang telah mengambil mereka akan mati dalam enam bulan, tiga sampai lima tahun ke depan,karena tiga alasan. menurunkan sistem kekebalan Anda sendiri sebesar 35%. Suntikan pertama melakukannya dengan setidaknya 15% Yang kedua melakukannya dengan 35% Sekarang – jika Anda mengambil suntikan booster, Anda akan mati. Anda mengambil suntikan flu dimasa depan, Anda akan mati. Alasan kedua – peningkatan yang bergantung pada antibodi dan peningkatan yang bergantung pada antibody apa yang terjadi dengan suntikan ini dengan semuaorang yang telah mengambilnya Tapi tidak mungkin kamu tahu itu Jadi mengingat fakta itupeningkatan ketergantungan antibodi menipu seluruh tubuh agar percaya bahwa sel yang memakan pathogen sedang memakannya padahal tidak, akhirnya mengarah ke apa yang disebut badai sitokin, yang menyebabkan kegagalan organ Itu akan menyebabkan kematian, dan tidak ada penghentian bahwa tidak ada jumlah obat yang akan menghentikannya. Alasan ketiga – pembekuan darah Setiap orang yang telah mengambil suntikan mendapat pembekuan darah. Jika Anda tidak percaya padauk ada cara untuk mengetahuinya Ambil apa yang disebut tes D-Dimer. Apa yang dilakukan, adalah mendeteksi pembekuan darah pada tingkat mikroskopis Kami memotong gumpalan darah penuh dari orang-orang sekarang saat saya berbicara dengan Anda. Jutaan orang telah meninggal karena suntikan Dalam pertemuan terakhir Anda [Dewan
Sekolah Ohio SW] terakhir Anda Anda menganjurkan orang-orang untuk mengambil suntikan potensial di masa depan bersama dengan memakai masker dan saya mendengar orang tua mengatakan hal yang sama Jadi untuk orang tua yang benar-benar mempertimbangkan untuk menusuk anak mereka sendiri,
Anda akan mensterilkannya secara permanen Orang yang telah mengambil suntikan disterilkan Anda tidak dapat memiliki anak. Anda juga telah menyuntikkan diri Anda dengan HIV yang setara. Anda sekarang tidak dapat lagi menyusui, mendonorkan darah, mendonorkan organ, mendonorkan plasma darah, atau sumsum tulang jika anda tidak percaya padaku”
Kalian akan membawa kematian bagi rakyat… dan dari pejabat sampai cebong bangga..
Ini lah alasannya…
Jangan jadikan Indonesia sebagai praktek depopulasi
#FormulaE
Gubernur”
Narasi dalam video:
“Dr. robert malone, yang menciptakan vaksin messenger RNS (mRNA) telah mengatakan tidak ada yang boleh menerima suntikan ini, Dia menciptakannya! Dan dia berkata – Jangan pernah melakukannya Jadi izinkan saya menjelaskan apa yang akan terjadi pada orang-orang yang telah mengambil mereka akan mati dalam enam bulan, tiga sampai lima tahun ke depan,karena tiga alasan. menurunkan sistem kekebalan Anda sendiri sebesar 35%. Suntikan pertama melakukannya dengan setidaknya 15% Yang kedua melakukannya dengan 35% Sekarang – jika Anda mengambil suntikan booster, Anda akan mati. Anda mengambil suntikan flu dimasa depan, Anda akan mati. Alasan kedua – peningkatan yang bergantung pada antibodi dan peningkatan yang bergantung pada antibody apa yang terjadi dengan suntikan ini dengan semuaorang yang telah mengambilnya Tapi tidak mungkin kamu tahu itu Jadi mengingat fakta itupeningkatan ketergantungan antibodi menipu seluruh tubuh agar percaya bahwa sel yang memakan pathogen sedang memakannya padahal tidak, akhirnya mengarah ke apa yang disebut badai sitokin, yang menyebabkan kegagalan organ Itu akan menyebabkan kematian, dan tidak ada penghentian bahwa tidak ada jumlah obat yang akan menghentikannya. Alasan ketiga – pembekuan darah Setiap orang yang telah mengambil suntikan mendapat pembekuan darah. Jika Anda tidak percaya padauk ada cara untuk mengetahuinya Ambil apa yang disebut tes D-Dimer. Apa yang dilakukan, adalah mendeteksi pembekuan darah pada tingkat mikroskopis Kami memotong gumpalan darah penuh dari orang-orang sekarang saat saya berbicara dengan Anda. Jutaan orang telah meninggal karena suntikan Dalam pertemuan terakhir Anda [Dewan
Sekolah Ohio SW] terakhir Anda Anda menganjurkan orang-orang untuk mengambil suntikan potensial di masa depan bersama dengan memakai masker dan saya mendengar orang tua mengatakan hal yang sama Jadi untuk orang tua yang benar-benar mempertimbangkan untuk menusuk anak mereka sendiri,
Anda akan mensterilkannya secara permanen Orang yang telah mengambil suntikan disterilkan Anda tidak dapat memiliki anak. Anda juga telah menyuntikkan diri Anda dengan HIV yang setara. Anda sekarang tidak dapat lagi menyusui, mendonorkan darah, mendonorkan organ, mendonorkan plasma darah, atau sumsum tulang jika anda tidak percaya padaku”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah narasi oleh akun Twitter @dokumenapaaja yang mengatakan bahwa vaksin mRNA akan membawa kematian terhadap rakyat dan merupakan praktek depopulasi di Indonesia. Akun tersebut juga membagikan video yang berisi beberapa klaim terkait vaksin.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Menurut Cdc.gov, manfaat vaksinasi COVID-19 melebihi potensi risiko apa pun. Laporan tentang efek samping pada VAERS setelah vaksinasi, termasuk kematian, tidak selalu berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan. Lebih dari 587 juta dosis vaksin COVID-19 diberikan di Amerika Serikat dari 14 Desember 2020 hingga 31 Mei 2022. Selama waktu ini, VAERS menerima 14.890 laporan awal kematian (0,0025%) di antara orang-orang yang menerima COVID- 19 vaksin. Dokter CDC dan FDA meninjau laporan kematian VAERS termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan catatan medis.
Selanjutnya menurut Who.int, vaksin COVID-19 telah diuji dalam uji coba terkontrol acak besar yang mencakup orang-orang dari rentang usia yang luas, semua jenis kelamin, etnis yang berbeda, dan mereka yang memiliki kondisi medis yang diketahui. Vaksin telah menunjukkan tingkat kemanjuran yang tinggi di semua populasi. Vaksin telah terbukti aman dan efektif pada orang dengan berbagai kondisi medis mendasar yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit parah. Ini termasuk tekanan darah tinggi; diabetes; asma; penyakit paru, hati atau ginjal; dan infeksi kronis yang stabil dan terkontrol.
Kemudian melansir Reuters.com, klaim dalam video yang dijadikan rujukan dalam narasi tersebut beberapa ada yang salah dan ada yang menyesatkan. Dalam klaim video tersebut dikatakan orang yang telah mengambil vaksin mRNA akan mati dalam enam bulan sampai 3-5 tahun ke depan, sedangkan belum ada laporan kematian massal akibat vaksin COVID-19 di AS sejak vaksinasi dimulai pada Desember 2020. Selanjutnya klaim yang menyatakan vaksin menurunkan sistem kekebalan alami dan akan menyebabkan kematian apabila mengambil vaksin booster. Padahal menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), vaksin bekerja dengan kekebalan tubuh, bukan melawannya. Lalu klaim peningkatan ketergantungan antibodi (Antibody Dependent Enhancement) terjadi pada semua orang yang telah vaksin, padahal tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan ADE. Lalu beberapa klaim lainnya seperti pembekuan darah dan kemandulan akibat vaksin mRNA yang tidak terbukti kebenarannya.
Dengan demikian klaim oleh akun Twitter @dokumenapaaja merupakan informasi yang keliru dan termasuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Menurut Cdc.gov, manfaat vaksinasi COVID-19 melebihi potensi risiko apa pun. Laporan tentang efek samping pada VAERS setelah vaksinasi, termasuk kematian, tidak selalu berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan. Lebih dari 587 juta dosis vaksin COVID-19 diberikan di Amerika Serikat dari 14 Desember 2020 hingga 31 Mei 2022. Selama waktu ini, VAERS menerima 14.890 laporan awal kematian (0,0025%) di antara orang-orang yang menerima COVID- 19 vaksin. Dokter CDC dan FDA meninjau laporan kematian VAERS termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan catatan medis.
Selanjutnya menurut Who.int, vaksin COVID-19 telah diuji dalam uji coba terkontrol acak besar yang mencakup orang-orang dari rentang usia yang luas, semua jenis kelamin, etnis yang berbeda, dan mereka yang memiliki kondisi medis yang diketahui. Vaksin telah menunjukkan tingkat kemanjuran yang tinggi di semua populasi. Vaksin telah terbukti aman dan efektif pada orang dengan berbagai kondisi medis mendasar yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit parah. Ini termasuk tekanan darah tinggi; diabetes; asma; penyakit paru, hati atau ginjal; dan infeksi kronis yang stabil dan terkontrol.
Kemudian melansir Reuters.com, klaim dalam video yang dijadikan rujukan dalam narasi tersebut beberapa ada yang salah dan ada yang menyesatkan. Dalam klaim video tersebut dikatakan orang yang telah mengambil vaksin mRNA akan mati dalam enam bulan sampai 3-5 tahun ke depan, sedangkan belum ada laporan kematian massal akibat vaksin COVID-19 di AS sejak vaksinasi dimulai pada Desember 2020. Selanjutnya klaim yang menyatakan vaksin menurunkan sistem kekebalan alami dan akan menyebabkan kematian apabila mengambil vaksin booster. Padahal menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), vaksin bekerja dengan kekebalan tubuh, bukan melawannya. Lalu klaim peningkatan ketergantungan antibodi (Antibody Dependent Enhancement) terjadi pada semua orang yang telah vaksin, padahal tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan ADE. Lalu beberapa klaim lainnya seperti pembekuan darah dan kemandulan akibat vaksin mRNA yang tidak terbukti kebenarannya.
Dengan demikian klaim oleh akun Twitter @dokumenapaaja merupakan informasi yang keliru dan termasuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Ari Dwi Prasetyo.
Klaim tersebut salah. Faktanya, vaksin aman digunakan dan belum ada kematian massal akibat vaksin. Selain itu beberapa klaim dalam video yang dijadikan rujukan dalam narasi tersebut salah dan menyesatkan.
Klaim tersebut salah. Faktanya, vaksin aman digunakan dan belum ada kematian massal akibat vaksin. Selain itu beberapa klaim dalam video yang dijadikan rujukan dalam narasi tersebut salah dan menyesatkan.
Rujukan
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/safety/adverse-events.html
- https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/safety-of-covid-19-vaccines#:~:text=Safety%20of%20COVID%2D19%20vaccines%20for%20different%20groups&text=The%20vaccines%20have%20shown%20a,increased%20risk%20of%20severe%20disease.
- https://www.reuters.com/article/factcheck-video-covid19-idUSL1N2PW2DE
Halaman: 4611/6516