Sebuah foto memperlihatkan seseorang tengah mengarahkan alat injeksi ke bagian mata pria yang berbaring beredar di media sosial. Foto tersebut dibagikan bersama foto lainnya dengan narasi bahwa grup ilmuwan serta hacker biologi asal California telah menemukan obat tetes mata ajaib yang diklaim dapat membuat manusia melihat dalam kegelapan.
Di Instagram, kolase foto tersebut dibagikan akun ini pada 30 September 2021. Akun inipun menuliskan narasi:
“Hal tak terduga ditemukan oleh grup ilmuwan serta hacker biologi asal California, Science for Messes (SfM), mereka telah menemukan obat tetes mata ajaib yang diklaim dapat membuat manusia melihat dalam kegelapan.
Mereka menggunakan Chlorin e6 (Ce6), yang ditemukan pada ikan laut. Senyawa ini juga dapat digunakan untuk mengobati kebutaan dan kanker.”
Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapat 170 komentar dan 130 ribulikes.Apa benar ilmuan California telah menemukan obat yang dapat membuat manusia melihat dalam kegelapan?
Tangkapan layar unggahan dengan klaim Ilmuan California Temukan Obat Tetes Mata yang Dapat Membuat Manusia Melihat dalam Kegelapan
(GFD-2021-8778) Sebagian Benar, Ilmuwan California Temukan Obat Tetes Mata yang Bisa Membuat Manusia Melihat dalam Kegelapan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 08/10/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah media kredibel. Hasilnya, temuan para peneliti di California tersebut masih bersifat subyektif. Para peneliti yang terlibat dalam proyek tersebut mengingatkan bahwa studi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengukur efek dari solusi ce6 ini secara objektif.
Dilansir dari Mic.com, Science for the Masses (SftM), sekelompok biohacker yang berbasis Tehachapi, California, berteori bahwa mereka dapat meningkatkan penglihatan pada malam hari.
Untuk melakukan ini, kelompok tersebut menggunakan sejenis analog klorofil yang disebut Chlorin e6 (Ce6), yang ditemukan pada beberapa ikan laut dalam dan kerap digunakan sebagai metode untuk mengobati rabun senja.
"Melanjutkan penelitian itu, kami pikir ini akan menjadi sesuatu ke depannya," kata petugas medis lab, Jeffrey Tibbetts, kepada Mic.
"Ada cukup banyak makalah yang membicarakan tentang menyuntikkannya pada model seperti tikus secara intravena seperti yang telah digunakan sejak tahun 60-an sebagai pengobatan untuk berbagai jenis kanker. Setelah melakukan penelitian, langkah berikutnya diambil."
Untuk melakukannya, anggota tim peneliti biokimia Gabriel Licina menjadi kelinci percobaan.
Tim membuka mata Licina sementara sejumlah kecil larutan diteteskan ke bola mata menggunakan pipet, dan kemudian diberi waktu untuk menyerap. Licina kemudian memakai lensa kontak hitam untuk menghindari paparan cahaya yang berlebihan.
Dia kemudian dibawa ke sebuah lapangan, dan menguji penglihatannya terhadap kelompok kontrol yang tidak diberi tetesan seperti dirinya. Mereka diminta untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk yang tergantung di pohon, dan kemudian mengidentifikasi orang-orang yang tidak bergerak pada jarak hingga 50 meter.
Hasilnya direkam dan diunggah ke situs mereka. SftM mengatakan penglihatan malam Licina membawanya ke tingkat keberhasilan 100 persen dalam mengenali target, sedangkan kelompok kontrol hanya mencetak 33 persen.
Ketika ditanya tentang risiko terhadap penglihatannya sendiri, Licina mengatakan, "Lebih sulit untuk menuntut diri sendiri. Kami telah melakukan penelitian, kami telah memeriksa dua kali lipat semua sumber dan makalah jurnal kami,” kata Licina seperti dilansir dari newsweek.com.
"Kami serius dengan apa yang kami lakukan, kami serius tentang sains, jadi itu berarti kami membaca banyak makalah jurnal. Kami meneliti tentang ini."
Licina menjelaskan apa yang terjadi "Ini tidak seperti 'oh my gosh, aku punya penglihatan super!'," katanya.
"Ini lebih seperti gelap menjadi redup, semuanya sedikit lebih terang. Bukan cahaya yang terlihat gila, terbakar dan malapetaka, tetapi lebih halus, 'oh saya bisa melihat sesuatu!'"
Sebelumnya, Science for the Masses, telah menerbitkan sebuah makalah berjudul “A REVIEW ON NIGHT ENHANCEMENT EYEDROPS USING CHLORIN E6” yang dimuat situs resmi mereka pada 25 Maret 2015.
Dalam makalah tersebut telah dicantumkan disclaimer bahwa peningkatan amplifikasi cahaya mungkin memiliki efek buruk pada struktur seluler mata jika tidak digunakan dengan benar dan beberapa bahan yang digunakan dalam campuran ini tidak boleh digunakan pada manusia atau hewan.
Perlu dicatat bahwa lebih banyak pengujian perlu dilakukan pada proyek khusus ini. Pengujian yang dilakukan saat ini bersifat subjektif. Sebuah stimulator Ganzfeld dan electroretinigraph akan digunakan untuk mengukur jumlah sebenarnya dari peningkatan stimulasi listrik dari mata, memberikan jumlah yang sulit diukur dengan tingkat amplifikasi.
Dimungkinkan juga untuk menguji rentang penglihatan mana yang sedang diperkuat juga. Namun, mengingat hasil saat ini dan kerangka kerja sebelumnya pada teknik ini, tampaknya adil untuk mengatakan bahwa teknik ini berhasil mengklaim untuk amplifikasi cahaya rendah di mata manusia.
Temuan ini adalah pengalaman subjektif. Subjek tidak mengalami efek samping setelah pemberian. Pengujian awal tampaknya menunjukkan peningkatan penglihatan cahaya redup ini terjadi. Pengujian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi dan mengukur tingkat peningkatan pada subyek kesehatan.
Pada akhir makalah juga ditekankan bahwa studi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengukur efek dari solusi ce6 ini secara objektif.
Suatu produk medis, seperti obat maupun vaksin harus menjalani serangkaian proses uji sebelum bisa dipasarkan. Rangkaian uji tersebut sebagai bukti kuat yang mendukung bahwa obat aman dan efektif untuk mengatasi suatu penyakit.
Dilansir dari US Food and Drug Administration (FDA) penelitian praklinis sebuah obat diperlukan untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keamanan obat.
“Penelitian klinis" mengacu pada studi, atau uji coba, yang dilakukan pada manusia. Saat pengembang merancang studi klinis, mereka akan mempertimbangkan apa yang ingin mereka capai untuk masing-masing Fase Penelitian Klinis yang berbeda dan memulai Proses Penyelidikan Obat Baru (IND), sebuah proses yang harus mereka lalui sebelum penelitian klinis dimulai.
Proses yang harus dilalui sebelum penelitian klinis dimulai meliputi, merancang uji klinis, studi fase penelitian klinis, proses penyelidikan obat baru, meminta bantuan FDA, peninjau oleh tim FDA IND hingga mendapat Persetujuan.
Dikutip dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Amerika Serikat, undang-undang federal melarang distribusi dan transportasi produk obat yang tidak disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).
Untuk mengizinkan perawatan pasien dengan produk obat yang tidak berlisensi, FDA dapat mengizinkan penggunaan obat atau produk biologis di bawah aplikasi Investigational New Drug (IND).
Aplikasi IND bukanlah permintaan persetujuan, tetapi permintaan pengecualian dari hukum federal. Permohonan IND mencakup protokol untuk penggunaan klinis obat atau biologis yang tidak berlisensi dan harus diserahkan untuk ditinjau ke FDA dan diizinkan untuk melanjutkan sebelum agen apa pun dilepaskan di bawah status IND.
Dilansir dari Mic.com, Science for the Masses (SftM), sekelompok biohacker yang berbasis Tehachapi, California, berteori bahwa mereka dapat meningkatkan penglihatan pada malam hari.
Untuk melakukan ini, kelompok tersebut menggunakan sejenis analog klorofil yang disebut Chlorin e6 (Ce6), yang ditemukan pada beberapa ikan laut dalam dan kerap digunakan sebagai metode untuk mengobati rabun senja.
"Melanjutkan penelitian itu, kami pikir ini akan menjadi sesuatu ke depannya," kata petugas medis lab, Jeffrey Tibbetts, kepada Mic.
"Ada cukup banyak makalah yang membicarakan tentang menyuntikkannya pada model seperti tikus secara intravena seperti yang telah digunakan sejak tahun 60-an sebagai pengobatan untuk berbagai jenis kanker. Setelah melakukan penelitian, langkah berikutnya diambil."
Untuk melakukannya, anggota tim peneliti biokimia Gabriel Licina menjadi kelinci percobaan.
Tim membuka mata Licina sementara sejumlah kecil larutan diteteskan ke bola mata menggunakan pipet, dan kemudian diberi waktu untuk menyerap. Licina kemudian memakai lensa kontak hitam untuk menghindari paparan cahaya yang berlebihan.
Dia kemudian dibawa ke sebuah lapangan, dan menguji penglihatannya terhadap kelompok kontrol yang tidak diberi tetesan seperti dirinya. Mereka diminta untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk yang tergantung di pohon, dan kemudian mengidentifikasi orang-orang yang tidak bergerak pada jarak hingga 50 meter.
Hasilnya direkam dan diunggah ke situs mereka. SftM mengatakan penglihatan malam Licina membawanya ke tingkat keberhasilan 100 persen dalam mengenali target, sedangkan kelompok kontrol hanya mencetak 33 persen.
Ketika ditanya tentang risiko terhadap penglihatannya sendiri, Licina mengatakan, "Lebih sulit untuk menuntut diri sendiri. Kami telah melakukan penelitian, kami telah memeriksa dua kali lipat semua sumber dan makalah jurnal kami,” kata Licina seperti dilansir dari newsweek.com.
"Kami serius dengan apa yang kami lakukan, kami serius tentang sains, jadi itu berarti kami membaca banyak makalah jurnal. Kami meneliti tentang ini."
Licina menjelaskan apa yang terjadi "Ini tidak seperti 'oh my gosh, aku punya penglihatan super!'," katanya.
"Ini lebih seperti gelap menjadi redup, semuanya sedikit lebih terang. Bukan cahaya yang terlihat gila, terbakar dan malapetaka, tetapi lebih halus, 'oh saya bisa melihat sesuatu!'"
Sebelumnya, Science for the Masses, telah menerbitkan sebuah makalah berjudul “A REVIEW ON NIGHT ENHANCEMENT EYEDROPS USING CHLORIN E6” yang dimuat situs resmi mereka pada 25 Maret 2015.
Dalam makalah tersebut telah dicantumkan disclaimer bahwa peningkatan amplifikasi cahaya mungkin memiliki efek buruk pada struktur seluler mata jika tidak digunakan dengan benar dan beberapa bahan yang digunakan dalam campuran ini tidak boleh digunakan pada manusia atau hewan.
Perlu dicatat bahwa lebih banyak pengujian perlu dilakukan pada proyek khusus ini. Pengujian yang dilakukan saat ini bersifat subjektif. Sebuah stimulator Ganzfeld dan electroretinigraph akan digunakan untuk mengukur jumlah sebenarnya dari peningkatan stimulasi listrik dari mata, memberikan jumlah yang sulit diukur dengan tingkat amplifikasi.
Dimungkinkan juga untuk menguji rentang penglihatan mana yang sedang diperkuat juga. Namun, mengingat hasil saat ini dan kerangka kerja sebelumnya pada teknik ini, tampaknya adil untuk mengatakan bahwa teknik ini berhasil mengklaim untuk amplifikasi cahaya rendah di mata manusia.
Temuan ini adalah pengalaman subjektif. Subjek tidak mengalami efek samping setelah pemberian. Pengujian awal tampaknya menunjukkan peningkatan penglihatan cahaya redup ini terjadi. Pengujian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi dan mengukur tingkat peningkatan pada subyek kesehatan.
Pada akhir makalah juga ditekankan bahwa studi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengukur efek dari solusi ce6 ini secara objektif.
Suatu produk medis, seperti obat maupun vaksin harus menjalani serangkaian proses uji sebelum bisa dipasarkan. Rangkaian uji tersebut sebagai bukti kuat yang mendukung bahwa obat aman dan efektif untuk mengatasi suatu penyakit.
Dilansir dari US Food and Drug Administration (FDA) penelitian praklinis sebuah obat diperlukan untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keamanan obat.
“Penelitian klinis" mengacu pada studi, atau uji coba, yang dilakukan pada manusia. Saat pengembang merancang studi klinis, mereka akan mempertimbangkan apa yang ingin mereka capai untuk masing-masing Fase Penelitian Klinis yang berbeda dan memulai Proses Penyelidikan Obat Baru (IND), sebuah proses yang harus mereka lalui sebelum penelitian klinis dimulai.
Proses yang harus dilalui sebelum penelitian klinis dimulai meliputi, merancang uji klinis, studi fase penelitian klinis, proses penyelidikan obat baru, meminta bantuan FDA, peninjau oleh tim FDA IND hingga mendapat Persetujuan.
Dikutip dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Amerika Serikat, undang-undang federal melarang distribusi dan transportasi produk obat yang tidak disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).
Untuk mengizinkan perawatan pasien dengan produk obat yang tidak berlisensi, FDA dapat mengizinkan penggunaan obat atau produk biologis di bawah aplikasi Investigational New Drug (IND).
Aplikasi IND bukanlah permintaan persetujuan, tetapi permintaan pengecualian dari hukum federal. Permohonan IND mencakup protokol untuk penggunaan klinis obat atau biologis yang tidak berlisensi dan harus diserahkan untuk ditinjau ke FDA dan diizinkan untuk melanjutkan sebelum agen apa pun dilepaskan di bawah status IND.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ilmuan California telah menemukan obat yang dapat membuat manusia melihat dalam kegelapan, sebagian benar. Temuan para peneliti di California tersebut masih bersifat subyektif, sebab masih memerlukan studi yang lebih lanjut untuk mengukur efek dari solusi Ce6 ini secara objektif.
Karena masih dalam tahap penelitian, maka temuan tersebut belum bisa dikatakan sebagai obat. Di AS sendiri suatu produk medis, seperti obat maupun vaksin harus menjalani serangkaian proses uji mulai dari merancang uji klinis, studi fase penelitian klinis, proses penyelidikan obat baru, meminta bantuan FDA, peninjauan oleh tim FDA-IND hingga mendapat Persetujuan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Karena masih dalam tahap penelitian, maka temuan tersebut belum bisa dikatakan sebagai obat. Di AS sendiri suatu produk medis, seperti obat maupun vaksin harus menjalani serangkaian proses uji mulai dari merancang uji klinis, studi fase penelitian klinis, proses penyelidikan obat baru, meminta bantuan FDA, peninjauan oleh tim FDA-IND hingga mendapat Persetujuan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/CUcl16eBvv7/?utm_source=ig_embed
- http://mic.com/
- https://www.mic.com/articles/113740/a-team-of-biohackers-has-figured-out-how-to-inject-your-eyeballs-with-night-vision
- https://www.newsweek.com/experimental-night-vision-eye-drops-let-you-see-dark-317399
- https://scienceforthemasses.org/2015/03/25/a-review-on-night-enhancement-eyedrops-using-chlorin-e6/
- https://www.fda.gov/patients/drug-development-process/step-3-clinical-research
- https://www.cdc.gov/laboratory/drugservice/index.html
- https://www.cdc.gov/laboratory/drugservice/index.html
(GFD-2021-8777) Keliru, Di Perbatasan Rusia dan Kanada Supermoon Terbit hingga Terbenam hanya dalam 30 Detik
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/10/2021
Berita
Sebuah video yang diklaim bulan raksasa ( supermoon ) terbit dan terbenam dalam waktu 30 detik di perbatasan Rusia dan Kanada di Kutub Utara, beredar di Whatsapp, Kamis 7 Oktober 2021.
Video berdurasi 35 detik itu menampakkan bulan berukuran raksasa muncul di atas permukaan bumi, lalu menutupi matahari selama lima detik kemudian terbenam.
“Ini adalah bulan di perbatasan Rusia dan Kanada di Kutub Utara, dari terbit hingga terbenam dibutuhkan waktu sekitar 30 detik, lalu menghalangi matahari selama 5 detik, dan kemudian segera terbenam.... Jika tidak ada di internet, mungkin kita tidak akan pernah melihat keajaiban alam ini sepanjang hidup kita.”
Tangkapan layar unggahan dengan klaim Supermoon Terbit hingga Terbenam hanya dalam 30 Detik
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa bulan raksasa yang terbit dan terbenam dalam 30 detik itu bukan peristiwa terjadi dalam dunia nyata. Video tersebut adalah hasil suntingan atau buatan.
Tempo menelusuri bahwa video itu pertama kali diunggah di akun Tiktok @aleksey__nz pada 17 Mei 2021. Dia menuliskan sejumlah tagar #moon #foryoupage #cosmos #2021 #Odessa #space.
Selain di Tiktok, akun tersebut mengunggah video itu di Twitter dan Youtube pada 30 Mei dan 2 Juni 2021
Tempo memeriksa lebih lanjut tentang pemilik akun @aleksey__nz. Melalui unggahan di Twitter, Aleksey menulis: As a creator, I sold NFT of this video to the @smaugsnft :
Tangkapan layar unggahan akun @aleksey__nz di Twitter
Kemudian dalam akun Instagramnya, Aleksey menuliskan bahwa dia adalah seorang kreator digital.
Tempo juga mengecek daftar karya Aleksey di akun Tiktoknya yang sebagian besar memang berisi video hasil kreasinya. Pada 22 Mei 2021 misalnya, dia mengunggah video kreasi di mana planet Saturnus tampak mendekat ke bumi. Atau pada 26 Mei, dia membuat video yang menampakkan bulan meledak.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan bahwa klaim supermoon yang terbit dan tenggelam dalam 30 detik di perbatasan Rusia dan Kanada di Kutub Utara adalah keliru.
Tim CekFakta Tempo
(GFD-2021-8776) Keliru, Klaim Emoji Ukiran Wajah Manusia dari Batu Merupakan Gambar Berhala di Kota Mekkah
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 04/10/2021
Berita
Gambar tangkapan layar yang memuat hasil pencarian di mesin peramban Google dengan kata kunci “berhala terbesar di Mekkah” beredar di media sosial. Deretan patung batu yang ditampilkan dalam mesin pencari tersebut dibagikan dengan klaim bahwa emoji berupa ukiran wajah manusia dari batu merupakan gambar berhala di Kota Mekkah, Arab Saudi.
Di Facebook, gambar tangkapan layar tersebut dibagikan akun ini pada 2 Oktober 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Ingatt Yah Ukhty Akhy Ngga Boleh Make Emot Macam Niii.”
Hingga artikel ini dimuat, gambar tangkapan layar tersebut telah mendapat 52 komentar dan dibagikan lebih dari 1.300 kali.
Apa benar emoji berupa ukiran wajah manusia dari batu merupakan gambar berhala di Mekkah?
Tangkapan layar unggahan dengan klaim larangan menggunakan emoji ukiran wajah manusia dari batu karena merupakan gambar berhala di Kota Mekkah
Hasil Cek Fakta
Untuk memveriikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital gambar tersebut di mesin pencari Google dengan menggunakan tool reverse image. Hasilnya, gambar patung batu dalam tangkapan layar tersebut bukanlah berhala di Mekkah, melainkan patung batu Moai di Pulau Paskah, Republik Chili.
Patung-patung batu yang identik dengan gambar di atas pernah dimuat situs berita IDN Time s pada 23 Februari 2019 dengan judul, “10 Potret Rapa Nui, Pulau Indah dengan Patung Kuno Raksasa.”
Gambar yang identik juga pernah dimuat situs berita Detik.com pada 5 April 2021 dengan judul, “ Siapakah Penghuni Pulau Paskah yang Punya Banyak Patung Raksasa? ”
Pulau Paskah juga dikenal sebagai Easter Island atau dalam bahasa setempat disebut Rapa Nui. Pulau ini terkenal memiliki patung Moai (batu wajah) yang ikonik.
Pulau Paskah mulai dikenal di dunia, sejak pelaut Belanda Jacob Roggeveen mencapai Pulau ini pada 1722. Hingga saat ini para peneliti belum satu kata terkait asal-usul penduduk pertama Pulau Paskah.
Pulau Paskah adalah rumah bagi Moai (batu wajah) yang penuh teka-teki. Moai adalah batu monolit yang telah berdiri mengawasi lanskap pulau selama ratusan tahun.
Keberadaan mereka adalah bukti keajaiban kecerdasan umat manusia, namun maknanya masih menjadi misteri. Pulau Paskah sendiri terletak di Negara Chili, tepatnya di bagian Selatan Samudera Pasifik.
Patung-patung Moai menjadi ikon bagi pulau tersebut. Mengapa patung-patung itu berada di sana memang telah menjadi pertanyaan para peneliti sejak lama dan beberapa hasil penelitian sudah mengungkap jawabannya. Salah satunya, temuan yang dirilis oleh jurnal Plos One, di mana patung-patung batu itu rupanya didirikan di atas sumber daya alam terpenting manusia, yakni air tawar.
Dilansir dari Suara.com, para peneliti dari Universitas California, Los Angeles, Cotsen Institute of Archaeology, dan Easter Island Statue Project (EISP), membeberkan teori baru mengenai alasan mengapa patung Moai dibuat.
Penelitian baru menunjukkan patung-patung besar itu dibangun untuk mendorong tanah subur ketika terjadi kekeringan dan kondisi tanah yang buruk.
Ukiran rumit yang ditemukan di bagian belakang patung pun semakin memperkuat teori ini. Analisis kimia tanah menunjukkan adanya bukti sisa pisang, talas, dan ubi jalar. Hal itu membuat ilmuwan yakin bahwa lokasi itu merupakan area yang kaya akan tanah ideal untuk pertanian.
"Ketika kami mendapatkan hasil kimia. Ada sesuatu dengan kandungan yang sangat tinggi dan saya tidak pernah mengira akan ada disana, seperti kalsium dan fosfor. Keduanya merupakan kunci petumbuhan untuk tanaman," ucap Sarah Sherwood, ahli geoarkeologi dan tanah, seperti dikutip dari laman IFL Science.
Patung Moai sendiri terletak di Rapa Nui atau dikenal sebagai Pulau Paskah yang masih diselimuti misteri. Terletak di pantai lepas Chili, pulau tersebut memiliki 1.000 patung Moai yang berasal antara 1250 dan 1500 Masehi yang asal dan tujuan pembuatannya masih belum diketahui.
Penduduk aslinya adalah keturunan Polinesia, tetapi kemungkinan besar berbaur dengan warga Amerika Selatan. Para ilmuwan berspekulasi bahwa lokasi patung Moai membantu penduduk untuk mengidentifikasi sumber air tawar.
Emoji Moai
Dikutip dari kompas.com, emoticon pertamakali diperkanalkan seorang ilmuan komputer di Carnegie Mellon pada 19 September 1982. Ia memperkenalkan emoticon pertama berupa senyuman.
Dilansir dari Time, 19 September 2014, Fahlman memperhatikan percakapan melalui pesan elektronik yang digunakan oleh staf untuk berkomunikasi pada awal 1980-an. Dia menemukan ada suatu hal yang membuat percakapan itu berjalan kurang lancar, seperti lelucon yang hilang, maksud yang disalahartikan, dan omelan tak perlu yang mengaburkan diskusi.
Fahlman, yang saat itu berusia 30-an, membuat cara sederhana dan legendaris, yaitu: Jika menyatakan sesuatu yang lucu atau ironis, beri label komentar dengan wajah tersenyum yang terbuat dari titik dua, tanda kurang, dan tanda kurung.
Emoticon itu pun menyebar dengan cepat ke universitas lain, dan kemudian merambah ke e-mail dan hingga ke seluruh dunia. Temuan itu mengisi "lubang raksasa" yang ditinggalkan oleh semua isyarat visual yang hanya ada pada komunikasi tatap muka.
"Salah satu problem utama dalam komunikasi teks adalah cara komunikasi yang jauh berbeda daripada berbicara secara langsung dengan orang lain," kata Seorang ahli bahasa komputer Thler Schneobelen dalam tesisnya tentang emotikon di Stanford.
"Kata-kata itu datar dan tak bisa memberi isyarat untuk mengungkapkan apa yang kita maksud," lanjut dia. Kondisi itulah yang membuat kehadiran emoticon sangat berguna.
Dalam perjalanannya, emoticon kemudian berkembang menjadi gambar kecil penuh warna yang ditemukan oleh perencana telekomunikasi dari Jepang, Shigetaka Kurita pada 1990-an dengan nama emoji.
Dikutip dari emojigraph.org, emoji yang menampilkan ukiran wajah manusia dari batu dikenal sebagai Emoji Moai. Sering digunakan untuk mewakili mitos dan misteri. Emoji Moai trending di Twitter pada September 2021.
Meskipun memiliki pola yang sama, namun Emoji Moai tampil dalam bentuk yang berbeda pada setiap platorm medsos.
Emoji Moai dalam bentuk ukiran kepala manusia, dengan alis dan hidung yang menonjol, paling sering menghadap ke kiri. Emoji ini terkadang digunakan untuk berbagai makna unik, seperti menyampaikan ekspresi tabah, datar, atau konyol.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa emoji berupa ukiran wajah manusia dari batu merupakan gambar berhala di Mekkah, keliru. Emoji tersebut merujuk pada patung-patung batu Moai yang tersebar di Pulau Paskah atau Rapa Nui, Republik Chili. Emoji Moai kerap digunakan untuk berbagai makna unik, seperti menyampaikan ekspresi tabah, datar, atau konyol.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=572453797278749&set=a.102929237564543&type=3
- https://www.idntimes.com/travel/destination/annisa-fadillah/10-potret-rapa-nui-pulau-indah-dengan-patung-kuno-raksasa-c1c2-1/5
- https://www.idntimes.com/travel/destination/annisa-fadillah/10-potret-rapa-nui-pulau-indah-dengan-patung-kuno-raksasa-c1c2-1/5
- https://travel.detik.com/international-destination/d-5520332/siapakah-penghuni-pulau-paskah-yang-punya-banyak-patung-raksasa.
- https://www.kompas.com/global/read/2020/11/26/203858070/kisah-misteri-mitos-pulau-paskah-dan-batu-wajah-moai?page=all
- https://www.suara.com/tekno/2019/12/22/115454/ilmuwan-ungkap-teori-baru-alasan-mengapa-patung-moai-dibuat
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/18/160500465/kisah-di-balik-terciptanya-emoticon--?page=all
- https://emojigraph.org/moai/
- https://emoticon.id/emoji/%F0%9F%97%BF-moai/
(GFD-2021-8775) Keliru, Klaim WWF Digunakan Sebagai Organisasi Untuk Tempat Pencucian Uang
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 04/10/2021
Berita
Unggahan yang mengklaim organisasi World Wide Fund for Nature (WWF) digunakan sebagai tempat pencucian uang dari hasil perdagangan anak dan politik lingkungan mafia beredar di facebook.
Unggahan ini pertama kali beredar pada 1 September 2021 dengan menambahkan narasi:
“WWF didirikan pada 11 September 1961 Julian Huxley, Peter Markham Scott, Yolanda Farr, Bernhard zur Lippe-Biesterfeld, Philip Mountbatten (Duke of Edinburgh), Edward Max Nicholson, Guy Mountfort, Godfrey A. Rockefeller Sosialis (mafia) menggunakan organisasi semacam itu untuk pencucian uang untuk menempatkan sesuatu yang "baik" di depan mereka (dalih), untuk perdagangan anak, agenda politik mereka seperti hari Jumat untuk masa depan: kebohongan perubahan iklim, pajak CO2, propaganda vaksinasi, UNICEF IMF - PROGRAM dan lebih banyak. Semua organisasi ini dikendalikan oleh satu organisasi: PBB. PBB berarti SATU dan menunjukkan karakter terpusat dari kediktatoran dunia yang terpusat, dengan tatanan keuangan yang dikendalikan secara terpusat, tentara dan polisi dunia yang dikendalikan secara terpusat, keadilan dunia yang dikendalikan secara terpusat, kesehatan dunia yang dikendalikan secara terpusat = Big Pharma, Pendidikan dunia yang dikendalikan secara terpusat, dll”.
Lantas benarkan WWF digunakan sebagai tempat pencucian uang mafia dari hasil perdagangan anak?
Tangkapan layar unggahan klaim WWF Digunakan Sebagai Organisasi Untuk Tempat Pencucian Uang
Hasil Cek Fakta
Untuk membuktikan klaim atas, cekfakta Tempo mula-mula menelusuri informasi awal terkait histori organisasi WWF. Hasilnya WWF diketahui merupakan organisasi konservasi non pemerintah yang didirikan 11 September 1961.
Dilansir dari laman resmi WWF, organisasi ini didirikan dengan semangat untuk melindungi spesies yang terancam oleh pembangunan manusia. Awalnya Victor Stolan seorang pengusaha terinspirasi oleh serangkaian artikel di surat kabar Inggris yang ditulis oleh Sir Julian Huxley tentang perusakan habitat dan satwa liar di Afrika Timur. Victor Stolan lalu mendesak organisasi internasional untuk mengumpulkan dana untuk konservasi. Ide tersebut kemudian dibagikan kepada Max Nicholson, Direktur Jenderal lembaga pemerintah Inggris, Nature Conservancy, yang dengan antusias menerima tantangan tersebut.
Nicholson kemudian berinisiatif melakukan penggalangan dana baru untuk dapat membantu IUCN dan kelompok konservasi lainnya menjalankan misi konservasi. Dia menyusun rencana pada April 1961 yang menjadi dasar pendirian WWF, yang kemudian disahkan oleh dewan eksekutif IUCN dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Morges Manifesto. Nicholson dan – termasuk Sir Peter Scott, anggota dewan eksekutif IUCN yang telah menandatangani Morges Manifesto dan kemudian menjadi wakil presiden pertama WWF.
Dikutip dari Media Indonesia, WWF dulunya bernama World Wildlife Fund dan Worldwide Fund for Nature. Saat ini organisasi ini menjadi salah satu organisasi lingkungan terbesar di dunia yang memiliki 28 organisasi nasional dengan kantor pusat di Gland, Swiss. Dalam sejarah WWF, ditemukan beberapa penyumbang terbesar, termasuk Chevron dan Exxon (masing-masing lebih dari US$50 ribu pada 1988), Philip Morris, Mobil, dan Morgan Guaranty Trust.
Sebagai organisasi konservasi terkemuka di dunia, WWF saat ini bekerja di hampir 100 negara. Di setiap level, WWF telah berkolaborasi dengan orang-orang di seluruh dunia untuk mengembangkan dan memberikan solusi inovatif yang melindungi komunitas, satwa liar, dan tempat tinggal mereka. WWF bekerja untuk membantu masyarakat lokal melestarikan sumber daya alam yang mereka andalkan; mengubah pasar dan kebijakan menuju keberlanjutan; dan melindungi dan memulihkan spesies dan
WWF juga menghubungkan ilmu konservasi mutakhir dengan kekuatan kolektif mitra di lapangan. Lebih dari 1 juta pendukung di Amerika Serikat dan 5 juta secara global, dan kemitraan WWF dengan masyarakat, perusahaan, dan pemerintah. Pekerjaan WWF difokuskan pada enam tujuan yaitu ketahanan pangan, perubahan iklim, air tawar, margasatwa, kehutanan dan kelautan.
Di Indonesia, Organisasi ini mulai berkiprah pada 1962 sebagai bagian dari WWF Internasional. Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi Badak Jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa sekitar 20 individu saja. Bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 individu pada survey tahun 1980-an.
Pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi sebuah entitas legal, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al Rasjid yang menjadi pendorong berdirinya Yayasan WWF Indonesia. Organisasi ini memiliki Dewan Penyantun sendiri, independen dan fleksibel dalam penggalangan dana dan pengembangan program.
Dalam menjalankan organisasi, sumber dana WWF lebih banyak mengandalkan dari aksi penggalangan donasi dari publik. Pada 2020 organisasi ini berhasil menggalang dana publik sebesar $276 juta.
Sementara WWF-Indonesia tidak menerima dana dari APBN atau APBD, tetapi memperoleh dukungan dana lebih dari 40 lembaga donor, aid agencies, filantropi, serta dukungan lebih dari 100,000 supporter WWF di seluruh Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim cekfakta Tempo, klaim yang mengatakan organisasi World Wide Fund for Nature (WWF) digunakan sebagai tempat pencucian uang mafia dari hasil perdagangan anak dan politik lingkungan, keliru. WWF diketahui merupakan organisasi konservasi non pemerintah yang sumber dananya diperoleh dari donasi publik. Setiap tahun keuangan organisasi ini dipublikasikan secara terbuka pada publik.
TIM CEKFAKTA TEMPO
Rujukan
- https://web.facebook.com/victor.saselah/posts/4215671885155438
- https://www.worldwildlife.org/about/history
- https://mediaindonesia.com/humaniora/121783/1961-wwf-berdiri-1 habitatnya.
- https:/www.worldwildlife.org/about/
- https://www.wwf.id/sejarah
- https://www.worldwildlife.org/about/financials
- https://www.wwf.id/faq
- https://www.wwf.id/laporan-tahunan
Halaman: 4575/6186