(GFD-2025-27234) Cek Fakta: Tidak Benar dalam Video ini Detik-Detik Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Mauritania Jatuh di Laut Merah
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim detik-detik pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 29 Mei 2025.
Video berdurasi 15 detik itu memperlihatkan suasana kabin pesawat yang mengalami turbulensi. Dalam video juga terdengar teriakan sejumlah penumpang dan pekikan takbir. Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar jatuhnya pesawat pengangkut 210 jemaah haji asal Mauritania di Laut Merah.
"Detik-Detik Pesawat yang mengangkut 210 calon jemaah haji Mauritania ke Tanah Suci, Jatuh di Laut Merah.
Turut Berduka Cita Semoga Niatnya Haji menjadi Husnul Khotimah," demikian narasi dalam video tersebut.
"210 Jemaah Jatuh Di Laut Merah
Detik Detik Pesawat Yang Me'Ngangkut 210 Jemaah Haji Mauritania Ke Tanah Suci Jatuh Di Laut Merah," tulis salah satu akun Facebook.
Video yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 9.200 kali ditonton dan mendapat 13 komentar dari warganet.
Benarkah dalam video itu merupakan detik-detik pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah. Hasil penelusuran, ditemukan video identik di situs berbagi video YouTube.
Video tersebut berjudul "Detik-detik Lion Air JT 353 Turbulensi" yang diunggah channel YouTube Yossie Harnowo pada 29 Oktober 2018.
Berikut gambar tangkapan layarnya.
"Pesawat Lion Air JT 353 tujuan Padang - Jakarta mengalami turbulensi di perjalanan. Alhamdulillah semua penumpangnya selamat," tulis channel YouTube Yossie Harnowo.
Dikutip dari khaama.com, Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Waly Taha menyatakan bahwa tidak ada insiden pesawat jatuh. Ia menegaskan, seluruh jemaah haji asal Mauritania telah selamat sampai Tanah Suci.
Mauritania Airlines juga mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa tiga penerbangan terjadwal pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berhasil mengangkut semua jemaah haji ke Makkah tanpa masalah apa pun. Menurut maskapai, semua penerbangan berjalan lancar, dan tidak ada yang mengalami kecelakaan atau kehilangan.
Kesimpulan
Video yang diklaim pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut merupakan rekaman saat Pesawat Lion Air JT 353 mengalami turbulensi. Video itu telah ada sejak 2018 lalu.
Sementara pihak Mauritania Airlines mengonfirmasi bahwa tiga penerbangan terjadwal pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berhasil mengangkut semua jemaah haji ke Tanah Suci, Makkah.
Rujukan
(GFD-2025-27233) Keliru: Klaim Varian Omicron XBB Lebih Ganas dan Tidak Mudah Dideteksi
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
SEBUAH teks beredar di media sosial berisi klaim tentang Omicron XBB, varian virus Covid-19 Omicron, sub varian XBB yang marak akhir-akhir ini. Varian ini mematikan dan tidak mudah dideteksi sehingga dianjurkan agar setiap orang memakai masker. Virus ini lima kali lebih ganas dari varian delta, dan tingkat kematiannya lebih tinggi.
Orang yang terjangkit, disebut tidak mengalami batuk maupun demam. Melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, pneumonia, dan pada umumnya nafsu makan berkurang. Virus varian ini tidak ditemukan di nasofaring, dan langsung mempengaruhi "jendela" paru-paru dalam waktu yang lebih singkat, dan mulai menunjukkan tanda-tanda pneumonia.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa benarkah ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak?
Orang yang terjangkit, disebut tidak mengalami batuk maupun demam. Melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, pneumonia, dan pada umumnya nafsu makan berkurang. Virus varian ini tidak ditemukan di nasofaring, dan langsung mempengaruhi "jendela" paru-paru dalam waktu yang lebih singkat, dan mulai menunjukkan tanda-tanda pneumonia.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa benarkah ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi klaim itu dengan bantuan mesin penelusuran Google dan wawancara ahli. Hasilnya, narasi yang disebarkan tersebut tidak berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.
Pesan berantai tersebut, sebenarnya telah beredar pada 2023 saat dunia baru saja selesai menghadapi pandemi COVID-19. Tempo pada 11 Desember 2023 mempublikasikan artikel bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar.
Meski tidak ganas, subvarian Omicron XBB memiliki sifat immune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia sehingga penyebaran virus semakin meningkat.
“Immune escape adalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
Asisten Profesor Monash University Indonesia dan virology di Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian XBB memiliki gejala lebih ringan dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kasus infeksi varian pre-delta dan delta.
Henry menyatakan telah mempublikasikan penelitian terkait varian XBB yang bisa diakses di sini. “Infeksi karena varian XBB justru lebih ringan dibandingkan varian pre delta dan delta,” kata Henry kepada Tempo, 26 Mei 2025.
Hal senada disampaikan Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa tidak benar klaim varian covid omicron XBB mematikan dan tidak terdeteksi.
Pertama bahwa secara ilmiah, fakta varian omicron XBB yang termasuk varian XBB 1.5, sudah sulit dijumpai bahkan terdeteksi saat ini. Bahkan mungkin sudah tidak ada ya karena sudah digantikan dengan turunan-turunan yang jauh lebih jauh lagi dari itu.
“Varian ini bukan turunan yang lebih mematikan atau lebih parah tapi bahkan lebih ringan gejalanya namun kemampuan menginfeksinya jauh lebih tinggi atau lebih mudah. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menyatakan bahwa XBB lima kali lebih toksik atau mematikan daripada varian delta,” kata Dicky Budiman, 30 Mei 2025.
Terkait klaim bahwa Omicron XBB tanpa ada gejala batuk atau demam, langsung menyerang paru dan tidak terdeteksi tes PCR, menurut Dicky klaim itu juga tidak benar. XBB tetap dapat dideteksi melalui tes PCR dan virus ini tetap bereplikasi di saluran pernafasan atas sehingga tes dari nasofaring juga masih relevan. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan virus langsung ke paru-paru tanpa melalui hidung dan tenggorokan.
“Tentang klaim gejala umum seperti nyeri punggung, hilang nafsu makan, pneumonia, dan lain-lain, sekali lagi faktanya bahwa gejala COVID bervariasi tapi tidak unik untuk varian tertentu. Semua hampir sama,” kata Dicky.
Dikutip dari situs BBC.com bahwa XBB1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang mendominasi secara global dan muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, serta Delta. XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P, yang mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan. Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh. Pada Rabu, 4 Januari 2023, Ilmuwan dari WHO mengkonfirmasi XBB.1.5 memiliki "keunggulan dalam pertumbuhan", dibandingkan dengan semua sub-varian lain yang diketahui sejauh ini.
Namun, mereka mengatakan tidak ada indikasi pertumbuhan itu lebih serius atau berbahaya dari varian Omicron sebelumnya.
Pesan berantai tersebut, sebenarnya telah beredar pada 2023 saat dunia baru saja selesai menghadapi pandemi COVID-19. Tempo pada 11 Desember 2023 mempublikasikan artikel bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar.
Meski tidak ganas, subvarian Omicron XBB memiliki sifat immune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia sehingga penyebaran virus semakin meningkat.
“Immune escape adalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
Asisten Profesor Monash University Indonesia dan virology di Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian XBB memiliki gejala lebih ringan dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kasus infeksi varian pre-delta dan delta.
Henry menyatakan telah mempublikasikan penelitian terkait varian XBB yang bisa diakses di sini. “Infeksi karena varian XBB justru lebih ringan dibandingkan varian pre delta dan delta,” kata Henry kepada Tempo, 26 Mei 2025.
Hal senada disampaikan Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa tidak benar klaim varian covid omicron XBB mematikan dan tidak terdeteksi.
Pertama bahwa secara ilmiah, fakta varian omicron XBB yang termasuk varian XBB 1.5, sudah sulit dijumpai bahkan terdeteksi saat ini. Bahkan mungkin sudah tidak ada ya karena sudah digantikan dengan turunan-turunan yang jauh lebih jauh lagi dari itu.
“Varian ini bukan turunan yang lebih mematikan atau lebih parah tapi bahkan lebih ringan gejalanya namun kemampuan menginfeksinya jauh lebih tinggi atau lebih mudah. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menyatakan bahwa XBB lima kali lebih toksik atau mematikan daripada varian delta,” kata Dicky Budiman, 30 Mei 2025.
Terkait klaim bahwa Omicron XBB tanpa ada gejala batuk atau demam, langsung menyerang paru dan tidak terdeteksi tes PCR, menurut Dicky klaim itu juga tidak benar. XBB tetap dapat dideteksi melalui tes PCR dan virus ini tetap bereplikasi di saluran pernafasan atas sehingga tes dari nasofaring juga masih relevan. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan virus langsung ke paru-paru tanpa melalui hidung dan tenggorokan.
“Tentang klaim gejala umum seperti nyeri punggung, hilang nafsu makan, pneumonia, dan lain-lain, sekali lagi faktanya bahwa gejala COVID bervariasi tapi tidak unik untuk varian tertentu. Semua hampir sama,” kata Dicky.
Dikutip dari situs BBC.com bahwa XBB1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang mendominasi secara global dan muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, serta Delta. XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P, yang mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan. Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh. Pada Rabu, 4 Januari 2023, Ilmuwan dari WHO mengkonfirmasi XBB.1.5 memiliki "keunggulan dalam pertumbuhan", dibandingkan dengan semua sub-varian lain yang diketahui sejauh ini.
Namun, mereka mengatakan tidak ada indikasi pertumbuhan itu lebih serius atau berbahaya dari varian Omicron sebelumnya.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak adalah keliru.
Rujukan
(GFD-2025-27232) Keliru: Konten Iring-iringan Kendaraan Militer Cina Menembus Blokade Israel di Gaza
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
KOLASE foto yang diklaim sebagai kendaraan militer Cina membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, beredar di TikTok [arsip] pada 22 Mei 2025.
Konten itu memperlihatkan sejumlah truk, pesawat, dan kapal laut yang diklaim melaju ke arah Gaza untuk menembus blokade Israel. Disebutkan kendaraan militer Cina itulah satu-satunya yang bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, benarkah konten itu adalah kendaraan Cina yang bergerak membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza?
Konten itu memperlihatkan sejumlah truk, pesawat, dan kapal laut yang diklaim melaju ke arah Gaza untuk menembus blokade Israel. Disebutkan kendaraan militer Cina itulah satu-satunya yang bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, benarkah konten itu adalah kendaraan Cina yang bergerak membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi narasi tersebut dengan membandingkannya dengan informasi kredibel dan aplikasi pemindaian konten AI atau kecerdasan buatan. Hasilnya, konten tersebut bukan dari bagian Cina mengirimkan bantuan langsung ke Gaza. Hingga awal Juni 2025, Israel masih mempersulit pengiriman bantuan kemanusian yang disalurkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa. Sistem baru distribusi bantuan Gaza saat ini melibatkan swasta yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel.
Tidak ada satu pun negara yang dilaporkan dapat menembus Gaza secara langsung untuk menyalurkan bantuan.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-bangsa hingga 30 Mei 2025, Israel masih membatasi operasi bantuan dari PBB ke Gaza, meski otoritas Israel mengumumkan telah membuka blokade. Menurut juru bicara OCHA, Jens Laerke di Jenewa, Swiss, dari hampir 900 truk bantuan yang disetujui masuk dari sisi Israel, kurang dari 600 truk yang diturunkan ke Gaza.
Namun hanya sedikit yang berhasil didistribusikan ke Gaza, dibandingkan dengan kebutuhan saat ini. Bantuan yang datang itu harus berada di rute yang padat dan tidak aman, menyebabkan bantuan makanan datang secara bertahap ke wilayah yang berada di ambang bencana kelaparan.
Banyak truk yang juga diserbu oleh orang-orang yang putus asa di sepanjang jalan. Pada hari Rabu akhir Mei, kerumunan orang yang kelaparan menyerbu gudang Program Pangan Dunia PBB (WFP) di Deir Al-Balah di Gaza tengah, tempat stok tepung terigu yang terbatas telah ditempatkan sebelumnya untuk digunakan oleh beberapa toko roti yang dapat melanjutkan operasi. Insiden itu dilaporkan menewaskan dua orang.
Laerke mengatakan, lebih dari 80 persen Jalur Gaza saat ini berada di dalam zona militerisasi Israel atau di bawah perintah pengungsian. Sejak gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pada 18 Maret, hampir 635.000 orang di daerah kantong itu telah mengungsi lagi.
Di tengah sulitnya PBB menyalurkan bantuan kemanusiaan, Israel dan Amerika Serikat mengimplementasikan sistem baru untuk mendistribusikan makanan dan pasokan lainnya kepada warga Palestina di Jalur Gaza. Menurut The New York Times, distribusi bantuan yang disalurkan oleh Gaza Humanitarian Foundation tersebut kacau sejak awal beroperasi.
Pejabat PBB mengatakan bahwa sebanyak 50 orang tampaknya ditembak dan terluka di dekat lokasi distribusi pada hari pertama operasinya pada 27 Mei 2025. Organisasi bantuan swasta tersebut membantah laporan itu, dengan mengatakan bahwa tidak ada yang terluka.
Jonathan Whittall, seorang pejabat senior PBB bidang kemanusiaan, menggambarkan program bantuan itu dalam konferensi pers sebagai “kelangkaan yang dirancang,” dengan empat pusat distribusi di Gaza tengah dan selatan yang dijaga oleh kontraktor keamanan swasta Amerika Serikat.
Peluncuran inisiatif bantuan Israel ini terjadi di tengah peringatan berulang dari PBB bahwa 2 juta warga Palestina yang terperangkap di wilayah seluas 140 mil persegi tersebut mendekati ambang kelaparan, setelah blokade berbulan-bulan oleh Israel terhadap masuknya bantuan ke Jalur Gaza.
Tempo menemukan beberapa kejanggalan pada fragmen yang diklaim dari Cina. Pada fragmen dengan foto Presiden Cina Xi Jin Ping tersebut, justru terlihat simbol bendera Mesir pada paket bantuan yang disebut menuju Gaza.
Tempo kemudian mengecek fragmen gambar Xi Jinping di depan iring-iringan mobil militer berbendera Cina. Pendeteksi gambar kecerdasan buatan, AI or Not, menyimpulkan, 96 persen kemungkinan fragmen tersebut dibuat dengan kecerdasan buatan (AI).
Menurut AI or Not, Kemungkinan besar gambar itu melibatkan aplikasi 4o milik Open AI, dengan probabilitas 56 persen. Ada juga kemungkinan sebesar 31 persen gambar itu dibuat menggunakan Stable Diffusion.
Demikian juga gambar yang menunjukkan kapal perang tipe frigate bernama Daqing (576) milik People's Liberation Army Navy atau Angkatan Laut Cina. Saat dipindai menggunakan AI or Not, hasilnya 96 persen gambar itu buatan kecerdasan buatan.
Pembuatan gambar itu kemungkinan besar menggunakan aplikasi 4o juga, dengan besar probabilitas 74 persen. Sementara kemungkinannya dibuat menggunakan Stable Diffusion sebesar 13 persen.
Sebelumnya Tempo juga telah membantah narasi serupa, yakni di antaranya menyatakan Cina menembus blokade Israel di Gaza untuk kirimkan bantuan, Xi Jinping perintahkan militernya berangkat ke Gaza, dan Cina kirim pilot jet tempur perempuan ke Gaza.
Tidak ada satu pun negara yang dilaporkan dapat menembus Gaza secara langsung untuk menyalurkan bantuan.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-bangsa hingga 30 Mei 2025, Israel masih membatasi operasi bantuan dari PBB ke Gaza, meski otoritas Israel mengumumkan telah membuka blokade. Menurut juru bicara OCHA, Jens Laerke di Jenewa, Swiss, dari hampir 900 truk bantuan yang disetujui masuk dari sisi Israel, kurang dari 600 truk yang diturunkan ke Gaza.
Namun hanya sedikit yang berhasil didistribusikan ke Gaza, dibandingkan dengan kebutuhan saat ini. Bantuan yang datang itu harus berada di rute yang padat dan tidak aman, menyebabkan bantuan makanan datang secara bertahap ke wilayah yang berada di ambang bencana kelaparan.
Banyak truk yang juga diserbu oleh orang-orang yang putus asa di sepanjang jalan. Pada hari Rabu akhir Mei, kerumunan orang yang kelaparan menyerbu gudang Program Pangan Dunia PBB (WFP) di Deir Al-Balah di Gaza tengah, tempat stok tepung terigu yang terbatas telah ditempatkan sebelumnya untuk digunakan oleh beberapa toko roti yang dapat melanjutkan operasi. Insiden itu dilaporkan menewaskan dua orang.
Laerke mengatakan, lebih dari 80 persen Jalur Gaza saat ini berada di dalam zona militerisasi Israel atau di bawah perintah pengungsian. Sejak gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pada 18 Maret, hampir 635.000 orang di daerah kantong itu telah mengungsi lagi.
Di tengah sulitnya PBB menyalurkan bantuan kemanusiaan, Israel dan Amerika Serikat mengimplementasikan sistem baru untuk mendistribusikan makanan dan pasokan lainnya kepada warga Palestina di Jalur Gaza. Menurut The New York Times, distribusi bantuan yang disalurkan oleh Gaza Humanitarian Foundation tersebut kacau sejak awal beroperasi.
Pejabat PBB mengatakan bahwa sebanyak 50 orang tampaknya ditembak dan terluka di dekat lokasi distribusi pada hari pertama operasinya pada 27 Mei 2025. Organisasi bantuan swasta tersebut membantah laporan itu, dengan mengatakan bahwa tidak ada yang terluka.
Jonathan Whittall, seorang pejabat senior PBB bidang kemanusiaan, menggambarkan program bantuan itu dalam konferensi pers sebagai “kelangkaan yang dirancang,” dengan empat pusat distribusi di Gaza tengah dan selatan yang dijaga oleh kontraktor keamanan swasta Amerika Serikat.
Peluncuran inisiatif bantuan Israel ini terjadi di tengah peringatan berulang dari PBB bahwa 2 juta warga Palestina yang terperangkap di wilayah seluas 140 mil persegi tersebut mendekati ambang kelaparan, setelah blokade berbulan-bulan oleh Israel terhadap masuknya bantuan ke Jalur Gaza.
Tempo menemukan beberapa kejanggalan pada fragmen yang diklaim dari Cina. Pada fragmen dengan foto Presiden Cina Xi Jin Ping tersebut, justru terlihat simbol bendera Mesir pada paket bantuan yang disebut menuju Gaza.
Tempo kemudian mengecek fragmen gambar Xi Jinping di depan iring-iringan mobil militer berbendera Cina. Pendeteksi gambar kecerdasan buatan, AI or Not, menyimpulkan, 96 persen kemungkinan fragmen tersebut dibuat dengan kecerdasan buatan (AI).
Menurut AI or Not, Kemungkinan besar gambar itu melibatkan aplikasi 4o milik Open AI, dengan probabilitas 56 persen. Ada juga kemungkinan sebesar 31 persen gambar itu dibuat menggunakan Stable Diffusion.
Demikian juga gambar yang menunjukkan kapal perang tipe frigate bernama Daqing (576) milik People's Liberation Army Navy atau Angkatan Laut Cina. Saat dipindai menggunakan AI or Not, hasilnya 96 persen gambar itu buatan kecerdasan buatan.
Pembuatan gambar itu kemungkinan besar menggunakan aplikasi 4o juga, dengan besar probabilitas 74 persen. Sementara kemungkinannya dibuat menggunakan Stable Diffusion sebesar 13 persen.
Sebelumnya Tempo juga telah membantah narasi serupa, yakni di antaranya menyatakan Cina menembus blokade Israel di Gaza untuk kirimkan bantuan, Xi Jinping perintahkan militernya berangkat ke Gaza, dan Cina kirim pilot jet tempur perempuan ke Gaza.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan iring-iringan kendaraan militer ke Gaza yang menembus blokade Israel untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan adalah keliru.
Rujukan
- https://vt.tiktok.com/ZShw1Hkn4/
- https://perma.cc/LAE2-5NEY
- https://news.un.org/en/story/2025/05/1163861
- https://www.washingtonpost.com/world/2025/05/29/gaza-humanitarian-foundation-aid-united-states/
- https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-video-bantuan-cina-berhasil-menembus-blokade-israel-2025-1384510
- https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-video-xi-jinping-perintahkan-militer-cina-berangkat-menjaga-warga-gaza-1563449
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/3613/keliru-video-pilot-pilot-tempur-perempuan-cina-yang-dikirim-ke-gaza
(GFD-2026-27231) Hoaks! Pesawat Jemaah Haji Mauritania Jatuh di Laut Merah dan Tewaskan 200 Orang
Sumber:Tanggal publish: 02/04/2026
Berita
SUKABUMIUPDATE.com – Pada awal bulan Dzulhijjah, yaitu bulan terakhir dalam kalender Islam yang biasanya ditandai dengan dimulainya pemberangkatan ibadah haji ke Mekkah, beredar banyak informasi terkait keberangkatan jemaah haji dari berbagai negara maupun kondisi jemaah yang sudah berada di Tanah Suci.
Namun, tidak semua informasi tersebut dapat dipercaya. Salah satunya adalah video viral yang mengklaim bahwa pesawat yang membawa jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah. Sementara itu, Mauritania sendiri merupakan negara yang terletak di pantai barat Afrika, berbatasan dengan Samudera Atlantik.
Belum lama ini, sebuah akun Facebook bernama "Hasna Lapolo" mengunggah sebuah postingan yang menampilkan video pesawat jatuh di laut. Dalam unggahannya, Hasna mengklaim bahwa pesawat tersebut merupakan pesawat yang membawa jemaah haji asal Mauritania yang sedang dalam perjalanan menuju Mekkah, Arab Saudi.
Dalam keterangannya, Hasna menulis: "Lebih dari 210 penumpang haji syahid dalam kecelakaan pesawat. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga Allah menerima para syuhada jemaah haji sebagai tamu Jannatul Firdaus. Aamiin."
Lantas, benarkah pesawat jemaah haji Mauritania jatuh di laut merah? Cek faktanya!
Hasil Cek Fakta
Hasil penelusuran Cek Fakta Sukabumiupdate.com melalui mesin pencari Google serta klasifikasi dari berbagai media internasional tidak menemukan informasi yang valid mengenai adanya kecelakaan pesawat yang mengangkut jemaah haji asal Mauritania.
Dikutip dari Herald.id, kabar tentang kecelakaan tersebut telah dibantah secara resmi oleh pemerintah Mauritania. Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Walitaha, menyampaikan bahwa seluruh jemaah haji asal negara tersebut telah tiba di Tanah Suci dengan selamat dan tanpa kendala. Tidak ada insiden penerbangan yang terjadi sebagaimana yang disebutkan dalam video viral tersebut.
Bantahan serupa juga datang dari maskapai nasional Mauritania Airlines. Pihak maskapai menegaskan bahwa dalam penerbangan haji tahun ini, tidak terjadi insiden apapun selama proses pemberangkatan. Mereka mengatakan bahwa seluruh jadwal penerbangan berjalan lancar, tanpa laporan kehilangan kontak, gangguan teknis, ataupun kejadian luar biasa lainnya.
“Mauritania Aviation mengonfirmasi bahwa semua jemaah Mauritania telah tiba di Tanah Suci dengan selamat, dan tidak ada insiden yang tercatat terkait penerbangan ini,” tulis akun resmi Facebook Mauritania Airlines pada Selasa, 27 Mei 2025.
Maskapai juga kembali memperkuat pernyataan mereka dengan memberikan rincian jadwal keberangkatan. Dikatakan bahwa seluruh penerbangan yang mereka operasikan pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berjalan dengan lancar. Semua jemaah haji yang diberangkatkan telah tiba dengan aman dan selamat di Mekkah, Arab Saudi.
“Kami mengoperasikan tiga penerbangan pemberangkatan untuk musim haji tahun ini, dan ketiganya mencapai tujuan dengan selamat,” tulis pihak maskapai dalam pernyataan resminya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa foto/video yang beredar luas di media sosial dan mengklaim adanya kecelakaan pesawat yang membawa jemaah haji Mauritania di Laut Merah adalah tidak benar. Informasi tersebut merupakan hoaks yang tidak berdasar dan tidak memiliki bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penulis: Gina melani, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Dikutip dari Herald.id, kabar tentang kecelakaan tersebut telah dibantah secara resmi oleh pemerintah Mauritania. Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Walitaha, menyampaikan bahwa seluruh jemaah haji asal negara tersebut telah tiba di Tanah Suci dengan selamat dan tanpa kendala. Tidak ada insiden penerbangan yang terjadi sebagaimana yang disebutkan dalam video viral tersebut.
Bantahan serupa juga datang dari maskapai nasional Mauritania Airlines. Pihak maskapai menegaskan bahwa dalam penerbangan haji tahun ini, tidak terjadi insiden apapun selama proses pemberangkatan. Mereka mengatakan bahwa seluruh jadwal penerbangan berjalan lancar, tanpa laporan kehilangan kontak, gangguan teknis, ataupun kejadian luar biasa lainnya.
“Mauritania Aviation mengonfirmasi bahwa semua jemaah Mauritania telah tiba di Tanah Suci dengan selamat, dan tidak ada insiden yang tercatat terkait penerbangan ini,” tulis akun resmi Facebook Mauritania Airlines pada Selasa, 27 Mei 2025.
Maskapai juga kembali memperkuat pernyataan mereka dengan memberikan rincian jadwal keberangkatan. Dikatakan bahwa seluruh penerbangan yang mereka operasikan pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berjalan dengan lancar. Semua jemaah haji yang diberangkatkan telah tiba dengan aman dan selamat di Mekkah, Arab Saudi.
“Kami mengoperasikan tiga penerbangan pemberangkatan untuk musim haji tahun ini, dan ketiganya mencapai tujuan dengan selamat,” tulis pihak maskapai dalam pernyataan resminya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa foto/video yang beredar luas di media sosial dan mengklaim adanya kecelakaan pesawat yang membawa jemaah haji Mauritania di Laut Merah adalah tidak benar. Informasi tersebut merupakan hoaks yang tidak berdasar dan tidak memiliki bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penulis: Gina melani, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Halaman: 450/6617