(GFD-2022-8930) [SALAH] Tautan Penerima BLT UMKM Bulan Januari 2022 Sebesar Rp1,2 Juta
Sumber: facebook.comTanggal publish: 06/01/2022
Berita
Akun Facebook dengan nama pengguna “Ari Ramadhan” (https://www.facebook.com/profile.php?id=100065785864465) mengunggah sebuah tautan untuk memeriksa nama-nama penerima BLT UMKM bulan Januari 2022. Dalam narasi tersebut juga disebutkan bahwa jumlah bantuan yang diberikan adalah Rp1,2 juta.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, narasi tersebut merupakan hoaks lama yang kembali beredar. Melansir dari TribunNews, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata menjelaskan bahwa pihaknya masih belum bisa memastikan apakah pemberian BLT UMKM masih akan dilanjutkan di tahun 2022. Isa menyatakan bahwa kelanjutan program BLT UMKM akan ditetapkan berdasaran kebijakan dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN).
Narasi serupa juga pernah beredar pada Juni 2021 lalu. Artikel dengan topik tersebut telah diunggah di situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] Bantuan Sosial Rp1.2 Juta Rupiah untuk 9.8 Juta Masyarakat” yang diunggah pada 16 Juni 2021.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Facebook dengan nama pengguna “Ari Ramadhan” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.
Narasi serupa juga pernah beredar pada Juni 2021 lalu. Artikel dengan topik tersebut telah diunggah di situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] Bantuan Sosial Rp1.2 Juta Rupiah untuk 9.8 Juta Masyarakat” yang diunggah pada 16 Juni 2021.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Facebook dengan nama pengguna “Ari Ramadhan” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini.
Hoaks lama yang kembali beredar. Faktanya, pihak Kementerian Keuangan masih belum bisa memastikan apakah pemberian BLT UMKM masih akan dilanjutkan di tahun 2022.
Hoaks lama yang kembali beredar. Faktanya, pihak Kementerian Keuangan masih belum bisa memastikan apakah pemberian BLT UMKM masih akan dilanjutkan di tahun 2022.
Rujukan
(GFD-2022-8929) [SALAH] Gambar Anies membaca buku “101 cara ngeles”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 05/01/2022
Berita
Akun Facebook Satria Pamungkas pada 28 Desember 2021 memposting sebuah gambar Anies yang sedang membaca buku. Cover buku bewarna hitam tersebut bertuliskan “101 cara ngeles”.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri, pada akun Instagram resmi Anies Baswedan ditemukan gambar Anies sedang duduk membaca buku dalam postingan yang diunggah 21 November 2020. Jika dibandingkan dengan gambar di Facebook terdapat kesamaan pada pakaian yang digunakan Anies dan ruangan. Namun pada gambar di Instagram Anies buku yang dibaca memiliki cover “HOW DEMOCRACIES DIE”.
Gambar Anies yang sedang membaca buku bercover “101 cara ngeles” merupakan hoaks lama yang kembali beredar. Melansir dari turnbackhoax.id pada bulan Oktober hoaks tersebut telah diperiksa faktanya.
Dengan demikian gambar postingan di Facebook telah disunting pada bagian cover buku. Cover asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles”, sehingga hal tersebut masuk dalam kategori konten parodi.
Gambar Anies yang sedang membaca buku bercover “101 cara ngeles” merupakan hoaks lama yang kembali beredar. Melansir dari turnbackhoax.id pada bulan Oktober hoaks tersebut telah diperiksa faktanya.
Dengan demikian gambar postingan di Facebook telah disunting pada bagian cover buku. Cover asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles”, sehingga hal tersebut masuk dalam kategori konten parodi.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah OJ (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Gambar tersebut telah disunting pada bagian cover buku. Faktanya, cover yang asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles” dan merupakan hoaks lama yang kembali beredar.
Gambar tersebut telah disunting pada bagian cover buku. Faktanya, cover yang asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles” dan merupakan hoaks lama yang kembali beredar.
Rujukan
(GFD-2022-8928) Keliru, Pernyataan Robert Malone soal Vaksin mRNA untuk Covid-19 belum Diuji secara Memadai dan Vaksinasi Anak Tidak Bermanfaat.
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/01/2022
Berita
Potongan video Robert Malone yang berisi beberapa klaim bahwa vaksin mRNA belum diuji memadai dan tidak ada manfaat memberikan vaksin bagi anak, diunggah salah satu akun ke Twitter pada 26 Desember 2021. Adapun Robert Malone adalah seorang ahli virus dan imunologi asal Amerika Serikat.
Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik itu, Robert Malone berpakaian jas hitam lengkap, membacakan sejumlah narasi tentang pemberian vaksin mRNA bagi anak-anak. Pada satu menit awal, Robert mengatakan bahwa vaksin dapat menyebabkan gangguan pada otak, penyakit jantung, dan kerusakan sistem reproduksi.
“Ini tentang fakta bahwa teknologi baru (vaksin mRNA) itu belum diuji memadai. kita membutuhkan setidaknya lima tahun untuk penelitian dan pengujian. sebelum kita benar-benar memahamirisikonya yang terkait dengan teknologi ini,” kata dia.
Sedangkan pada menit kedua, Robert mengatakan bahwa vaksinasi anak adalah bagian dari eksperimen paling radikal dalam sejarah manusia. Alasan vaksinasi pada anak dianggap hanyalah kebohongan.
“Poin terakhir alasan mereka memberi vaksin anak Anda adalah kebohongan. Anak-anak tidak berbahaya bagi orangtua atau kakek nenek mereka. kebalikannya ada kekebalan setelah kena covid diciptakan untuk mengamankan keluarga anda jika bukan dunia dari penyakit ini,” katanya.
Tangkapan layar unggahan dengan klaim bahwa Robert Malone Menyatakan Vaksin mRNA untuk Covid-19 belum Diuji secara Memadai dan Vaksinasi Anak Tidak Bermanfaat.
Hasil Cek Fakta
Klaim 1: Vaksin mRNA belum diuji memadai
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa teknologi vaksin mRNA COVID-19 telah dinilai secara ketat terkait aspek keamanan. Dalam uji klinis telah menunjukkan bahwa vaksin mRNA menghasilkan respons imun yang memiliki kemanjuran tinggi terhadap penyakit. Teknologi vaksin mRNA telah dipelajari selama beberapa dekade, termasuk dalam konteks vaksin Zika, rabies, dan influenza. Vaksin mRNA tidak menggunakan virus hidup dan tidak mengganggu DNA manusia.
Vaksin Covid-19 yang menggunakan teknologi mRNA dan telah mendapatkan izin penggunaan dari sejumlah negara yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Amerika Serikat (CDC) menjelaskan, seperti semua vaksin, vaksin mRNA bermanfaat bagi orang yang divaksinasi dengan memberi mereka perlindungan terhadap penyakit seperti COVID-19 tanpa mempertaruhkan konsekuensi yang berpotensi serius dari sakit.
Dikutip dari laman Komisi Eropa, Michel Goldman, seorang Profesor Imunologi dan pendiri Institut untuk Inovasi Interdisipliner dalam perawatan kesehatan di Université Libre de Bruxelles, Belgia, menjelaskan proses vaksin Covid-19 mRNA lebih cepat dari biasanya. Ini karena para peneliti sebelumnya telah membangun platform mRNA untuk kebutuhan vaksin kanker atau vaksin lain yang sedang diuji coba. Artinya, vaksin mRNA dapat diterapkan segera setelah urutan genom virus dibagikan.
Selama pandemi Covid-19, regulator vaksin juga bekerja lebih cepat dari biasanya untuk meninjau data uji coba Covid-19 mRNA. Akan tetapi standar aturan tetap diberlakukan seperti vaksin-vaksin sebelumnya. “Saya benar-benar tidak berpikir mereka memotong ‘tikungan’ dalam hal keamanan,” kata Prof. Goldman. Uji coba vaksin mRNA untuk Covid-19 dilakukan secara bertahap, dimulai dengan uji coba pada hewan, dan kemudian tiga uji coba pada manusia – Fase 1, Fase 2, dan akhirnya Fase 3.
Klaim 2: Vaksin mRNA merusak otak, jantung dan sistem reproduksi
Kondisi neurologis yang langka dapat terjadi setelah vaksinasi Covid, tetapi risikonya jauh lebih tinggi pada orang yang terinfeksi Covid-19, menurut penelitian yang dimuat di Nature Medicine, seperti dikutip dari BBC edisi 25 Oktober 2021. Penelitian penting di Inggris ini menunjukkan bahwa vaksinasi menawarkan perlindungan terbaik untuk kesehatan secara keseluruhan.
Para ilmuwan, dari Universitas Oxford dan Edinburgh, membandingkan tingkat kondisi neurologis yang terlihat dalam sebulan setelah suntikan Covid pertama, dengan yang terlihat dalam sebulan setelah tes virus corona positif. Mereka mencari perbandingan kondisi langka yang disebut Guillain-Barre Syndrome (GBS), yang menyebabkan peradangan pada saraf dan dapat memicu mati rasa, kelemahan dan nyeri, biasanya di kaki, tangan dan anggota badan dan dapat menyebar ke dada dan wajah. GBS dapat diobati dan kebanyakan orang pada akhirnya akan sembuh total, tetapi bisa sangat serius dan bahkan mengancam jiwa bagi sebagian orang.
Salah satu hasil penelitian menunjukkan ada 60 kasus ekstra stroke hemoragik (pendarahan di otak) untuk setiap 10 juta orang dewasa yang mendapatkan vaksin mRNA Pfizer. Sedangkan terdapat 145 kasus GBS tambahan per 10 juta dengan tes positif dan 123 kasus gangguan peradangan otak ekstra seperti meningitis ensefalitis dan mielitis ditemukan per 10 juta orang yang positif Covid-19. Akan tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hal ini.
Prof Julia Hippisley-Cox, dari Universitas Oxford, mengatakan: "Pesan yang sangat besar dari penelitian tersebut adalah ini adalah munculnya peristiwa neurologis yang mungkin terkait dengan vaksin sangat langka. Tetapi ada banyak bukti keefektifan vaksin terhadap penyakit serius.”
Terkait klaim vaksin menyebabkan gangguan jantung, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan, jarang ada laporan terjadinya gangguan jantung seperti miokarditis dan perikarditis setelah vaksin Covid-19. Kasus miokarditis yang dilaporkan warga Amerika ke kanal laporan kejadian ikutan pasca imunisasi (Vaccine Adverse Event Reporting System/VAERS) terjadi setelah vaksinasi mRNA COVID-19 (Pfizer-BioNTech atau Moderna), terutama menimpa remaja pria dan dewasa muda, setelah mendapat dosis kedua.
Namun sebagian besar pasien dengan miokarditis atau perikarditis yang menerima perawatan, bisa pulih dengan cepat setelah mendapatkan obat dan istirahat cukup. Pasien biasanya dapat kembali ke aktivitas normal sehari-hari setelah gejala membaik.
Terakhir soal klaim vaksin Covid-19 mRNA dapat mengganggu sistem reproduksi atau kemandulan, tidak ada bukti atas klaim ini. Dikutip dari situs Science News, sebuah penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat kehamilan setelah transfer embrio pada wanita yang memiliki antibodi terhadap virus corona dari vaksinasi atau infeksi, dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki antibodi.
Para peneliti melaporkan hal itu dalam Fertility and Sterility Reports pada bulan September. Dalam uji klinis yang menguji vaksin, kehamilan yang tidak disengaja terjadi pada kelompok vaksin dan kelompok kontrol yang tidak divaksinasi pada tingkat yang sama, seperti data yang ditunjukkan dalam Nature Review Immunology pada bulan April.
Klaim 3: Vaksin untuk anak-anak tidak bermanfaat
John Hopkins Medicine menjelaskan bahwa anak-anak yang mendapatkan vaksin Covid-19 akan mendapatkan banyak manfaat. Pertama, vaksin membantu mencegah anak-anak terkena COVID-19. Meskipun COVID-19 pada anak-anak terkadang lebih ringan daripada orang dewasa, beberapa anak yang terinfeksi virus corona dapat mengalami infeksi paru-paru yang parah, menjadi sangat sakit, dan memerlukan rawat inap.
Vaksin membantu mencegah atau mengurangi penyebaran COVID-19: Seperti orang dewasa, anak-anak juga dapat menularkan virus corona kepada orang lain jika mereka terinfeksi, bahkan ketika mereka tidak memiliki gejala. Vaksin untuk anak juga dapat membantu menghentikan munculnya varian lain.
Menurut UNICEF, dari 3,4 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia, 0,4 persen di antaranya atau sekitar 12 ribu adalah anak-anak dan remaja yang berusia di bawah 20 tahun. Dari jumlah kematian anak-anak dan remaja itu, 58 persen adalah remaja berusia 10-19 tahun dan 42 persen berusia 0-9 tahun.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa vaksin mRNA untuk Covid-19 belum diuji secara memadai dan tidak ada manfaat vaksin untuk anak, adalah keliru. Proses pembuatan vaksin mRNA telah melalui uji keamanan yang ketat seperti halnya vaksin lainnya. Sedangkan vaksin untuk anak memiliki manfaat untuk mengurangi tingkat keparahan dan penyebaran Covid-19.
Tim Cek Fakta Tempo
Rujukan
- https://perma.cc/WC6R-CHCZ
- https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/coronavirus-disease-(covid-19)-vaccines-safety
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/janssen.html
- https://ec.europa.eu/research-and-innovation/en/horizon-magazine/five-things-you-need-know-about-mrna-vaccine-safety
- https://www.bbc.com/news/health-59011511
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/safety/myocarditis.html
- https://www.sciencenews.org/article/covid-vaccine-infertility-pregnancy-false-information
- https://www.fertstertreports.org/article/S2666-3341(21)00068-4/fulltext
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/covid19-vaccine-what-parents-need-to-know
- https://data.unicef.org/topic/child-survival/covid-19/
(GFD-2022-8927) [SALAH] Varian Baru Covid-19 Bernama Florona
Sumber: FacebookTanggal publish: 06/01/2022
Berita
Beredar di media sosial postingan terkait varian covid-19 baru bernama Florona. Postingan itu ramai dibagikan sejak beberapa hari lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 5 Januari 2022.
Dalam postingannya terdapat narasi sebagai berikut:
"Florona itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini! *halah!
Setelah muncul dengan Varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, Kembar Delta, Delmicron dan Omicron, sekarang COVID-19 muncul dengan Varian Florona. Udah kayak sinetron aja, bersambung-sambung nih episode virus"
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 5 Januari 2022.
Dalam postingannya terdapat narasi sebagai berikut:
"Florona itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini! *halah!
Setelah muncul dengan Varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, Kembar Delta, Delmicron dan Omicron, sekarang COVID-19 muncul dengan Varian Florona. Udah kayak sinetron aja, bersambung-sambung nih episode virus"
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Siti Nadia Tarmizi. Ia menjelaskan Florona bukanlah varian baru covid-19.
"Florona adalah kondisi di mana seseorang terkena covid-19 dan flu secara bersamaan. Jadi bukan varian baru covid-19," ujar Dr. Nadia saat dihubungi Rabu (5/1/2022).
"Hingga saat ini belum ada laporan kasus Florona di Indonesia," katanya menambahkan.
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com menemukan artikel berjudul "Bukan Varian Baru Corona dan Bukan Nama Penyakit Baru, Apa Itu Florona?" yang tayang di Liputan6.com pada 4 Januari 2022.
Dalam artikel tersebut terdapat penjelasan dari Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama.
"Florona bukan nama penyakit baru. Florona adalah kejadian seorang pasien yang terkena covid-19 dan pada saat bersamaan terkena flu," ujar Tjandra.
"Florona juga bukan merupakan jenis dan varian covid-19. Ini dua penyakit yang kebetulan terkena pada orang yang sama," ujarnya menambahkan.
Dalam website resminya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menjelaskan bahwa seseorang memang bisa terkena covid-19 dan flu secara bersamaan.
WHO menjelaskan untuk mencegah dua penyakit itu muncul adalah dengan vaksinasi, menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
"Florona adalah kondisi di mana seseorang terkena covid-19 dan flu secara bersamaan. Jadi bukan varian baru covid-19," ujar Dr. Nadia saat dihubungi Rabu (5/1/2022).
"Hingga saat ini belum ada laporan kasus Florona di Indonesia," katanya menambahkan.
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com menemukan artikel berjudul "Bukan Varian Baru Corona dan Bukan Nama Penyakit Baru, Apa Itu Florona?" yang tayang di Liputan6.com pada 4 Januari 2022.
Dalam artikel tersebut terdapat penjelasan dari Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama.
"Florona bukan nama penyakit baru. Florona adalah kejadian seorang pasien yang terkena covid-19 dan pada saat bersamaan terkena flu," ujar Tjandra.
"Florona juga bukan merupakan jenis dan varian covid-19. Ini dua penyakit yang kebetulan terkena pada orang yang sama," ujarnya menambahkan.
Dalam website resminya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menjelaskan bahwa seseorang memang bisa terkena covid-19 dan flu secara bersamaan.
WHO menjelaskan untuk mencegah dua penyakit itu muncul adalah dengan vaksinasi, menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
Kesimpulan
Postingan yang mengklaim ada varian covid-19 baru bernama Florona adalah tidak benar.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/health/read/4850910/bukan-varian-baru-corona-dan-bukan-nama-penyakit-baru-apa-itu-florona?source=search
- https://www.liputan6.com/health/read/4850890/6-fakta-seputar-florona-infeksi-ganda-covid-19-dan-influenza?source=search
- https://www.liputan6.com/global/read/4850885/gabungan-influenza-dan-virus-corona-begini-penjelasan-lengkap-soal-florona?source=search
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-and-answers-hub/coronavirus-disease-covid-19-similarities-and-differences-with-influenza
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4851734/cek-fakta-tidak-benar-ada-varian-baru-covid-19-bernama-florona
Halaman: 4450/6098