• (GFD-2020-8370) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Erdogan yang Tolak Jabat Tangan Macron usai Polemik Kartun Nabi Muhammad?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/11/2020

    Berita


    Foto yang diklaim sebagai foto saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron beredar di Facebook. Menurut klaim itu, Erdogan menolak bersalaman dengan Macron sebagai buntut atas kasus pemenggalan seorang guru Prancis, Samuel Paty, yang dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
    Dalam foto itu, Erdogan dan Macron terlihat berada dalam suatu forum. Terdapat bendera Turki dan Prancis di belakang keduanya. Macron pun tampak sedang mengulurkan tangannya kepada Erdogan. Namun, Erdogan terlihat membelakangi Macron.
    Foto beserta narasi tersebut dibagikan oleh akun Hery Ardiyanto ke grup Kajian Al Qur’an dan Sunnah pada 8 November 2020. Dia mengunggah tulisan panjang yang diawali dengan narasi bahwa Erdogan enggan berjabat tangan dengan Macron. Tulisan itu pun memuat narasi sebagai berikut:
    “Sikap bela agama ditunjukkan presiden turkey ERDOGAN ketika kedua pemimpin bertemu guna membahas penghinaan yang dilakukan presiden perancis MARCOON kepada Nabi Muhammad saw nabi umat islam di seluruh dunia. 'Saya akan bertindak tegas kepada siapa pun/pemimpin manapun yang menghina Nabi Muhammad,karena dia (Muhammad) junjungan umat islam diseluruh penjuru dunia.'tegas Erdogan.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hery Ardiyanto.
    Apa benar foto tersebut adalah foto Erdogan yang menolak berjabat tangan dengan Macron usai polemik kartun Nabi Muhammad?

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan bahwa foto tersebut adalah foto lama yang diambil saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-73 di New York, Amerika Serikat, pada 25 September 2018. Selain itu, ditemukan fakta lain bahwa keduanya sebenarnya berjabat tangan.
    Untuk memeriksa klaim dalam unggahan Hery Ardiyanto, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini pernah dipublikasikan oleh CNN Arabic pada 26 Oktober 2020. CNN Arabic memberikan keterangan bahwa foto tersebut diambil saat Erdogan dan Macron berada dalam sebuah pertemuan pada September 2018.
    Lewat penelusuran di situs stok foto Getty Images, Tempo menemukan bahwa foto tersebut adalah foto jepretan fotografer kantor berita Agence France-Presse (AFP) Ludovic Marin pada 26 September 2018 dengan keterangan “UN Assembly Diplomacy France-Turkey” atau "Diplomasi Majelis PBB Prancis-Turki".
    Tempo pun menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “Erdogan and Macron meet at UN Assembly 2018” ke mesin perambah Google. Hasilnya, ditemukan foto saat Erdogan dan Macron berjabat tangan dalam sidang Majelis Umum PBB ke-73 di New York, AS, pada 25 September 2018. Foto itu dipublikasikan oleh kantor berita Turki Anadolu Agency.
    Foto milik kantor berita Turki Anadolu Agency yang memperlihatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sidang Majelis Umum PBB pada 25 September 2018.
    Foto tersebut identik dengan foto yang dimuat baik oleh CNN maupun Getty Images. Kesamaannya terlihat dari dasi yang digunakan Erdogan, yang berwarna merah dengan motif berwarna emas, serta sebuah papan berbentuk kotak di belakang keduanya yang berwarna abu-abu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas merupakan foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menolak berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron usai polemik kartun Nabi Muhammad, keliru. Foto tersebut merupakan foto lama yang diambil saat keduanya bertemu dalam sidang Majelis Umum PBB ke-73 di New York, AS, pada 25 September 2018. Klaim bahwa dalam foto itu Erdogan menolak bersalaman dengan Macron pun keliru. Faktanya, sebuah foto yang dilansir oleh kantor berita Turki Anadolu Agency, yang diambil dari pertemuan yang sama, menunjukkan keduanya berjabat tangan.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8369) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Muncul Notifikasi Pornhub dalam Siaran Berita Pilpres AS di CNN?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/11/2020

    Berita


    Video pendek yang memperlihatkan cuplikan ketika notifikasi Pornhub, situs penyedia konten dewasa, muncul dalam siaran stasiun televisi CNN viral. Dalam video berdurasi 11 detik ini, notifikasi itu tampak muncul saat dua pembawa berita CNN, Wolf Blitzer dan John King, menunjukkan hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS. Ketika notifikasi Pornhub tiba-tiba muncul di sisi kanan atas layar yang menunjukkan hasil Pilpres AS tersebut, King lantas menutupnya.
    Di Twitter, video itu dibagikan salah satunya oleh akun Young Simba, @Mufaa6, pada 6 November 2020. Akun ini menulis, "CNN had pornhub pop up on national television (CNN menampilkan pornhub di televisi nasional)." Hingga artikel ini dimuat, unggahan video akun tersebut telah ditonton lebih dari 500 ribu kali, di-retweet lebih dari 6.700 kali, dan disukai lebih dari 26 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter Young Simba.
    Apa benar muncul notifikasi Pornhub dalam siaran berita Pilpres AS di CNN?

    Hasil Cek Fakta


    Menurut hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo, dalam video asli siaran berita Pilpres AS di CNN yang dibawakan oleh Wolf Blitzer dan John King tersebut, tidak muncul notifikasi situs penyedia konten dewasa Pornhub, melainkan notifikasi lain.
    Isu tentang munculnya notifikasi Pornhub dalam siaran berita di CNN itu sudah dibantah oleh King melalui akun Twitter miliknya saat seorang warganet bertanya mengenai video tersebut. “Not. Some clown taking time away from lying about something else apparently because they don’t like math,” kata King dalam cuitannya pada 6 November 2020.
    Salah satu koresponden olahraga CNN, Tancredi Palmeri, kemudian membagikan video asli siaran di CNN saat Blitzer dan King memberitakan hasil Pilpres AS tersebut. Dalam video berdurasi 10 detik ini, memang muncul sebuah notifikasi yang kemudian ditutup oleh King. Namun, dalam notifikasi itu, tidak ada logo Pornhub.
    Palmeri mendapatkan video asli tersebut dari seorang jurnalis kantor berita Prancis A2PRL, Boris Kharlamoff, yang membagikannya pada tanggal yang sama. Kharlamoff menulis, "No, no Pornhub tab has appeared on air on CNN. You can resume normal activity."
    Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan munculnya notifikasi Pornhub dalam siaran berita di CNN (kiri) dan video asli siaran berita tersebut yang dibagikan oleh jurnalis Prancis Boris Kharlamoff (kanan).
    Saat dihubungi Tempo, Kharlamoff menjelaskan bahwa ia mendapatkan video asli itu karena sebelumnya telah merekam siaran langsung CNN tersebut. “I recorded this video during the CNN live,” kata Kharlamoff lewat pesan di Twitter pada 10 November 2020.
    Sejumlah situs pemeriksa fakta AS pun telah membantah klaim tersebut berdasarkan keterangan dari John King dan video yang dibagikan oleh Tancredi Palmeri. Beberapa di antaranya adalah Snopes dan PolitiFact.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "muncul notifikasi Pornhub dalam siaran berita Pilpres AS di CNN" keliru. Logo Pornhub dalam notifikasi yang muncul di video itu adalah hasil suntingan. Dalam video asli siaran di CNN saat Wolf Blitzer dan John King memberitakan hasil Pilpres AS tersebut, tidak ada notifikasi Pornhub yang muncul.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8368) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Penyambutan Jenazah Pemuda Chechnya yang Bunuh Guru Prancis Samuel Paty?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 10/11/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan kerumunan jemaah di depan sebuah masjid besar yang mengarak sebuah keranda beredar di media sosial. Menurut narasi yang menyertainya, keranda tersebut berisi jenazah pemuda muslim asal Chechnya, Rusia, yang memenggal leher Samuel Paty, seorang guru di Prancis yang dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
    Di Facebook, video beserta narasi tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Kabar Jatim, tepatnya pada 3 November 2020. Akun ini menulis, "Jenazah pemuda Islam berbangsa Checnya yg memenggal leher samuel paty perancis yg membuat penghinaan kpd Nabi Muhammad melalui karikatur nya tlh di bawa pulang ke Chechnya dan di kebumikan disana sebagai seorang mujahid agung. Takbir...!!!"
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 17 ribu rekasi dan 1.200 komentar serta dibagikan lebih dari 2.200 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Kabar Jatim.
    Apa benar video tersebut adalah video penyambutan jenazah pemuda asal Chechnya yang membunuh Samuel Paty?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolYandex dan Google.
    Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut telah beredar di internet sejak 2018, jauh sebelum peristiwa pembunuhan Samuel Paty pada 16 Oktober 2020. Video itu merupakan video iring-iringan pembawa jenazah Yusup Temerkhanov, pria asal Chechnya yang dihukum atas kasus pembunuhan mantan Kolonel Angkatan Darat Rusia Yury Budanov. Temerkhanov membantah terlibat dan mengaku tidak bersalah.
    Video serupa, yang diambil dari sudut yang berbeda, pernah diunggah oleh kanal YouTube milik situs media Radio Liberty pada 4 Agustus 2018. Video berdurasi 4 menit 37 detik ini memperlihatkan iring-iringan warga yang mengantar jenazah Yusup Temerkhanov untuk prosesi salat jenazah di masjid hingga pemakaman. Video lain dengan durasi yang lebih singkat pernah diunggah oleh kanal Elektrik_95, juga pada 4 Agustus 2018.
    Dilansir dari situs berita Kaukasus, OC Media, pada 4 Agustus 2018, puluhan ribu orang menghadiri pemakaman Yusup Temerkhanov, termasuk Presiden Republik Chechnya Ramzan Kadyrov. Di mata masyarakat Chechnya, Temerkhanov dianggap sebagai "pembalas dendam rakyat".
    Temerkhanov meninggal pada 3 Agustus di tahanan berkeamanan tinggi di Oblast Omsk, salah satu oblast Rusia yang berada di Siberia. Dia mesti menjalani hukuman penjara selama 15 tahun terkait pembunuhan Yury Budanov, mantan kolonel tentara Rusia.
    Menurut laporan OC Media, pada 2000, Budanov menculik wanita Chechnya berusia 18 tahun, Elza Kungayeva, dari rumahnya di Desa Tangi-Chu. Kungayeva kemudian dibunuh di pangkalan unit militer Budanov. Pembunuhan ini dianggap sebagai salah satu insiden yang paling disorot dalam Perang Chechnya II pada 1999-2009.
    Di bawah tekanan, otoritas Rusia melanjutkan penuntutan terhadap Budanov. Dia pun menjalani sisa jabatannya di Oblast Ulyanovsk. Pada 2011, Budanov ditembak mati di Moskow oleh penyerang tak dikenal. Temerkhanov, yang dituduh membunuh Budanov, membantah terlibat dalam penembakan itu.
    Dilansir dari BBC, Yuri Budanov tewas di Moskow pada Juni 2011 dengan empat tembakan di kepala. Ia dikenal karena terkait dengan tuduhan pembunuhan terhadap seorang wanita Chechnya berusia 18 tahun, Elza Kungayeva, dan menjadi satu-satunya perwira senior tentara Rusia yang dihukum karena kejahatan perang di Chechnya.
    Menurut penyelidikan, pada 27 Maret 2000 malam, Budanov menculik dan kemudian membunuh Kungayeva. Dia dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan serta melakukan penculikan dan pembunuhan. Pada 2003, dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Pengadilan juga mencabut pangkat kolonel dan semua penghargaannya.
    Pada Desember 2008, pengadilan di Oblast Ulyanovsk, tempat Budanov menjalani hukumannya, mengesahkan pembebasan bersyaratnya, yang memicu gelombang protes di Chechnya. Sekitar 2,5 tahun kemudian, dia ditembak mati di sebuah kantor notaris di Komsomolsky Prospekt, Moskow. Menurut penyelidikan, Yusup Temerkhanov, yang ditangkap terkait kasus ini, diduga membalas dendam ayahnya yang dibunuh oleh tentara Rusia pada 2000.
    Pembunuh Samuel Paty
    Berdasarkan arsip berita Tempo, yang mengutip CNN, Kepolisian Prancis mengungkap bahwa nama pelaku pembunuhan Samuel Paty adalah Abdoullakh Abouyezidovitch, remaja 18 tahun asal Chechnya. Abouyezidovitch membunuh Paty terkait materi ajarannya di sekolah.
    Paty diketahui menggunakan foto kartun Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo untuk mengajar materi kebebasan berpendapat. Materi itu ternyata menimbulkan protes dari sejumlah orang tua murid yang belakangan sampai ke telinga Abouyezidovitch.
    Abouyezidovitch tewas ditembak oleh polisi di hari yang sama ketika ia memenggal Paty. Di sisi lain, sejumlah bukti perihal pengakuannya bahwa ia telah berencana membunuh Paty juga sudah ditemukan, berupa pesan yang diunggah ke Twitter.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video penyambutan jenazah pemuda asal Chechnya yang membunuh guru Prancis Samuel Paty, keliru. Video tersebut telah beredar di internet sejak 2018, jauh sebelum pembunuhan Paty pada 16 Oktober 2020. Video itu merupakan video iring-iringan pembawa jenazah Yusup Temerkhanov, pria asal Chechnya yang dihukum atas kasus pembunuhan mantan Kolonel Angkatan Darat Rusia Yury Budanov. Temerkhanov membantah terlibat dan mengaku tidak bersalah atas kasus tersebut.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8367) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Jenazah Pasien Covid-19 di Probolinggo Ini Hilang Bola Matanya?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 10/11/2020

    Berita


    Video berdurasi 13 detik yang memperlihatkan jenazah yang terbungkus kain putih dan terdapat darah di bagian wajahnya beredar di media sosial. Menurut klaim yang menyertainya, jenazah itu merupakan jenazah pasien covid-19 asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit.
    Di Facebook, video beserta klaim itu diunggah salah satunya oleh akun Al Hawa Mayranezi, yakni pada 7 November 2020. Akun ini menulis narasi sebagai berikut:
    "Jenazah pasien yang 'katanya' kena "Covid di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran. Petugas sempat melarang untuk melihat *jenazah* namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien Covid... Negara ini (Indonesia) rupanya sudah jadi negara pemerintahan PKI (Komunis) faktanya, orang meninggal di pretelin organ tubuhnya, bola matanya cungkil, hati & ginjalnya di cabut, dll."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Al Hawa Mayranezi.
    Video yang sama juga pernah diunggah oleh akun Instagram @teluuur. Gambar tangkapan layar unggahan itu kemudian dibagikan di Facebook oleh akun Pepe, yakni pada 6 November 2020. Adapun narasi yang ditulis oleh akun @teluuur adalah sebagai berikut:
    "Jenazah pasien yang 'katanya' kena kopit di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran. Petugas sempat melarang untuk melihat jenazah namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien kopit."
    Apa benar jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo dalam video itu hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas dengantool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa jenazah dalam video tersebut memang telah terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, karena pembuluh darah pasien itu pecah sebelum meninggal, pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga. Meskipun begitu, kedua bola mata pasien ini masih utuh.
    Video yang sama pernah dimuat kanal YouTube milik situs media CNN Indonesia pada 7 November 2020 dengan judul “Hoaks, Perusakan Mata Jenazah Pasien Covid-19”. Dalam video itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Dokter Mohamad Saleh Probolinggo, Abraar Kuddah, mengatakan pasien tersebut berusia 49 tahun dan merupakan warga Desa Alas Tengah, Paiton.
    Menurut Abraar, pasien itu dinyatakan positif Covid-19 dan mengalami pecah pembuluh darah akibat stroke akut. Saat di dalam peti, jasad mengalami livor mortis atau lebam mayat. Abraar pun menegaskan bahwa bola mata jenazah yang dikabarkan hilang ternyata utuh.
    Dilansir dari Kompas.com, Koordinator Pengamanan dan Penegakan Hukum Satgas Covid-19 Probolinggo Ugas Irwanto juga membantah bahwa mata jenazah pasien Covid-19 dalam video itu hilang. Sebelum terkonfirmasi positif Covid-19, pasien yang berinisial M itu didiagnosis memiliki penyakit stroke dan mengalami pendarahan. Sebelum meninggal, tekanan darah M tinggi sehingga mengakibatkan pembuluh darah pecah. Hal inilah yang menyebabkan pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga.
    Menurut Ugas, tim medis telah melakukan pemulasaraan jenazah sesuai protokol Covid-19. Jenazah kemudian diantar ke rumah duka pada 5 November 2020. Di dalam peti jenazah, tidak ada kayu untuk menahan posisi jenazah. Selama perjalanan dari RS Dokter Mohamad Saleh ke rumah duka, jenazah dalam posisi tengkurap sehingga darah mengalir. “Pendarahan itu karena stroke. Matanya yang disebut dicongkel itu tidak benar. Keluarga menyaksikan sendiri, matanya ada,” kata Ugas pada 6 November 2020.
    Dikutip dari Detik.com, pihak keluarga jenazah tersebut berharap pengunggah pertama kali video itu segera ditangkap. Keluarga juga ingin pelaku meminta maaf dan memberikan klarifikasi serta alasan pelaku menyebarkan hoaks tersebut.
    Salah satu perwakilan pihak keluarga, Ainur Huda, mengaku jengkel dengan berita bohong tersebut. Ia menilai tindakan warganet tidak terpuji, sebab pihak keluarga telah menyaksikan proses pemulasaraan jenazah, mulai dari dimandikan, dibungkus, dan dimasukkan ke peti sesuai syariat agama.
    Ainur pun menegaskan kabar jenazah pasien Covid-19  tanpa bola mata itu tidak benar. Dalam video yang viral tersebut, keluarga terdengar menangis histeris karena sedih dan berduka atas meninggalnya M. Wajah M penuh darah karena, sebelum meninggal, pembunuh darahnya pecah. Bola mata M pun tertutup darah.
    Menurut Ainur, ketika pembongkaran peti jenazah, ia menyaksikan dari dekat bahwa kedua bola mata jenazah lengkap. "Hanya saja tertutup darah akibat pecahnya pembuluh darah, akibat penyakit stroke. Bukan seperti yang diberitakan. Semuanya bohong," ujar Ainur pada 8 November 2020.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo dalam video di atas hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit" keliru. Jenazah yang berinisial M dalam video tersebut memang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, karena pembuluh darah M pecah sebelum meninggal, pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga. Meskipun begitu, kedua bola mata M masih utuh. Hal ini telah dikonfirmasi oleh pihak keluarga M yang ikut membongkar peti jenazah.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan