• (GFD-2020-5176) [SALAH] “Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 06/10/2020

    Berita

    Akun Hazard (fb.com/attan.mail) mengunggah sebuah gambar ke grup Simpatisan KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) (fb.com/groups/942718382806877) dengan narasi “Bravo TNI”

    Di gambar yang diunggah, terdapat prajurit Kopassus berbaret merah. Terdapat narasi sebagai berikut:

    “”Siap menghancurkan PKI. jgnkan di balik partai politik, di sarang harimau atau di istana setan kalian bersembunhyipun kalian akan kami jemput. Camkan itu…!! GEMPAR.. SEGERA DIBACA SEBELUM DIHAPUS..!! Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit!!..”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim adanya pesan dari Kopassus untuk PKI adalah klaim yang keliru.

    Faktanya, bukan dari Kopassus. Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Tri Hadimatoyo menyatakan pesan tersebut hoaks.

    Dilansir dari akun twitter resmi @penkopassus yang telah bercentang biru telah membantah informasi tersebut. Bantahan dari Kopassus diunggah pada 28 September 2017.

    “Pemberitaan ini HOAX!!!, kepada semua masyakarat harus lebih bijak dalam menanggapi pemberitaan di sosial media.”

    “Kopassus kan punya Twitter resmi, punya semua yang berkaitan dengan media resmi. Kalau itu kan gambar biasa itu, banyak di YouTube, orang ambil kan gampang saja. Ambil, terus tulis kata-kata,” ujar Tri kepada detikcom, Kamis (28/9/2017).

    Tri mengatakan pihaknya enggan menanggapi kabar hoaks tersebut lebih jauh. Pesan tersebut dibuat oleh orang tidak bertanggung jawab yang tidak suka dengan TNI, khususnya Kopassus.

    “Nggaklah (dari Kopassus), Kopassus kan tidak pernah keluarkan WA (menyebar) seperti itu. Itu kan kalau media sosial kita tidak pernah keluarkan WA, Telegram, dan sebagainya. Itu kan model-model yang kayaknya tidak terlalu penting untuk ditanggapi,” kata Tri.

    “Itu kan gambar, jadi kita lihat ada gambar dimanfaatkan sama orang, ya kita tulis ‘hoax’ tengahnya. Kita ngapain memperkeruh suasana, nggak mungkinlah Kopassus membuat dan memperkeruh suasana. Kalau sudah ada tulisan ‘hoax’ di tengahnya, pasti bukan dari Kopassus,” tambah Tri.

    Menurutnya, berita palsu Kopassus yang menulis kebangkitan PKI tersebut tidak perlu diperbesar. Namun pihaknya meminta untuk terus waspada dan memantau kemungkinan bangkitnya PKI di Indonesia.

    “Jadi, menurut saya, tidak usah diperbesar yang seperti (berita palsu) itu. Yang jelas, seperti yang disampaikan Panglima, kita cukup mengamati, pasti ada, sudah jelas di mana tempatnya, kita amati saja gerakannya,” ungkapnya.

    Kesimpulan

    BUKAN dari Kopassus. Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Tri Hadimatoyo menyatakan pesan tersebut hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5175) [SALAH] “Betulkah PKI tidak ada ? Lalu siapa mereka ini yg bersenjata dgn lambang PKI ?”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/10/2020

    Berita

    Akun Atira Atira (fb.com/atira.atira.39589149) mengunggah sebuah foto sekumpulan orang bersenjata dan dan bendera palu arit dibelakang mereka dengan narasi sebagai berikut:

    “Betulkah PKI tidak ada ??? Lalu siapa mereka ini yg bersenjata dgn lambang PKI ???”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya foto sekumpulan orang bersenjata dan dan bendera palu arit dibelakang mereka adalah bukti Partai Komunis Indonesia (PKI) masih ada adalah klaim yang salah.

    Faktanya, bukan PKI dan itu adalah klaim lama yang diedarkan kembali. Foto itu sebenarnya memperlihatkan kegiatan gerilyawan New People’s Army (NPA) di sebuah pedalaman terpencil Provinsi Mountain, Filipina pada Minggu 2 April 2017. NPA adalah organisasi sayap bersenjata Partai Komunis Filipina.

    Klaim ini pernah diperiksa faktanya pada tahun 2017 melalui artikel berjudul [HOAX] “Bila mereka adalah bagian dari generasi bangkit PKI, waspadalah kita semua.”

    Foto asli, salah satunya dimuat di situs gettyimages.no dengan judul “Filipino Communist Rebels Exchange Wedding Vows Amidst A Peace Process”. Sementara foto yang diunggah oleh sumber klaim sudah dimanipulasi, bagian watermark “getty images” dihilangkan.

    Kesimpulan

    Bukan PKI dan itu adalah klaim lama yang diedarkan kembali. Foto itu sebenarnya memperlihatkan kegiatan gerilyawan New People’s Army (NPA) di sebuah pedalaman terpencil Provinsi Mountain, Filipina pada Minggu 2 April 2017. NPA adalah organisasi sayap bersenjata Partai Komunis Filipina.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5174) [SALAH] “Positif Corona, Kondisi Donald Trump Kritis dalam 24 Jam Terakhir. Kok sama kayak di film The Simpson”

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 04/10/2020

    Berita

    Akun Soraya Al Fatih (fb.com/eva.juhayati.33) mengunggah sebuah gambar tangkapan artikel berjudul “Kelelahan, Trump Diinfus dengan ‘Antibodi Poliklonal’ untuk Melawan Covid-19” dengan narasi sebagai berikut:

    “Positif Corona, Kondisi Donald Trump Kritis dalam 24 Jam Terakhir. Kok sama kayak di film The Simpson?”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, gambar kartun karakter Donald Trump yang tengah terbaring di peti mati yang diklaim berasal dari film kartun The Simpsons adalah klaim yang keliru.

    Faktanya, gambar kartun karakter Donald Trump yang tengah terbaring di peti mati itu bukan berasal dari film kartun The Simpsons. Gambar itu pertama kali muncul di utas di situs kontroversial 4chan. Penciptanya tidak diketahui.

    Dilansir dari Liputan6, meski terbukti palsu, sejak tahun 2017 banyak pengguna media online yang tampaknya masih ingin mempercayai teori konspirasi tersebut.

    Berdasarkan artikel berjudul “Fact Check: ‘The Simpsons’ Never Killed off Donald Trump” yang dimuat di situs distractify.com, disebutkan bahwa The Simpsons tidak memprediksi kematian Trump.

    Gambar yang diedarkan itu palsu. Meskipun watermark bertuliskan nama The Huffington Post, gambar Trump di peti mati tidak berasal dari pengumpul berita.

    Menurut video dari saluran YouTube Meksiko populer “Badabun,” gambar yang tampak asli pertama kali muncul di utas di situs kontroversial 4chan. Penciptanya tidak diketahui.

    Kesimpulan

    Gambar kartun karakter Donald Trump yang tengah terbaring di peti mati itu bukan berasal dari film kartun The Simpsons. Gambar itu pertama kali muncul di utas di situs kontroversial 4chan. Penciptanya tidak diketahui.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5173) [SALAH] “Tjiptaning: Jokowi Tak Berani Gebuk Saya Karena Ibunya Ketum Gerwani”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 04/10/2020

    Berita

    Akun Siti Aisah Bawazier (fb.com/sitiaisah.bawazier) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar artikel berita berjudul “Tjiptaning: Jokowi Tak Berani Gebuk Saya Karena Ibunya Ketum Gerwani” dengan narasi sebagai berikut:

    “”Semua akan saling bongkar pada waktunya..”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya artikel berjudul “Tjiptaning: Jokowi Tak Berani Gebuk Saya Karena Ibunya Ketum Gerwani” adalah klaim yang salah.

    Faktanya, judul artikel di gambar itu dipotong dari judul artikel asli yaitu “[CEK FAKTA] Ribka Tjibtaning: Jokowi Tak Berani Gebuk Saya Karena Ibunya Ketum Gerwani”. Artikel ini sebenarnya berisi hasil periksa fakta terkait Ribka Tjibtaning yang bersumber dari akun Instagram @turnbackhoaxid pada 16 Juni 2020.

    Berikut isi artikel yang dimuat di situs swarakyat[dot]com pada 18 Juni 2020 tersebut:

    “Belum lama ini beredar di media sosial Facebook sebuah unggahan foto salah satu anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuang, Ribka Tjiptaning. Foto tersebut diunggah oleh pemilik akun Facebook Dian Limaran dengan menyertakan sebuah narasi yang berbunyi sebagai berikut.

    “Saya PKI. Jokowi tak berani Gebuk saya, karena ibunya ketum Gerwani PKI,” tulis akun Facebook Dian Limaran.

    Unggahan foto beserta narasi sangat penjang yang ia bagikan dalam sebuah grup dengan nama ‘Anies Sandi Menuju RI-1’. Pada narasi postingan foto itu, disebutkan bahwa Jokowi dan silsilah keluarganya merupakan simpatisan dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

    Mengutip keterangan unggahan dari laman Instagram Mafindo @turnbackhoaxid oleh Mantra Sukabumi, Ribka Tjiptaning tidak pernah menyatakan “Saya PKI” melainkan hanya menulis kalimat “Aku Bangga Jadi Anak PKI” pada judul bukunya di tahun 2002 silam.

    Seperti kita ketahui, sejarah PKI sendiri telah berakhir setelah Gerakan 30 September 1965, yang kemudian disusul dengan pembantaian secara besar-besaran terhadap anggota dan simpatisan PKI. Dalam Ketetapan MPRS Nomr 25 Tahun 1966 pun sudah jelas tercantum bahwa PKI telah dibubarkan. Sehingga, sejak saat itu, tidak ada lagi aktivitas PKI di Indonesia. Selain itu, jika melihat kelahiran Ribka yang lahir pada 1 Juli 1959, maka tepat pada tahun 1965, Ribka baru menginjak usia 6 tahun.

    Adapun, asal-usul keluarga Jokowi pernah ditulis bersama oleh Wawan Mas’udi (dosen UGM) dan Ramdhon (dosen UNS) dalam buku “Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana” yang diluncurkan pada Desember 2018 bukan buku “jokowi undercover” yang dilarang pemerintah ya. Dalam buku tersebut diketahui bahwa kakek Jokowi dari jalur ayah, Lamidi Wiryomiharjo, merupakan Kepala Desa di Desa Krajan, Karanganyar, yang menjabat sejak 1950 hingga 1980-an. Pada masa orde baru, jika ada orang yang memiliki sangkut paut dengan PKI tidak mungkin terpilih menjadi Kepala Desa.

    Kemudian ibunya Sudjiatmi lahir pada 15 Februari 1943 di Desa Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah. Sudjiatmi menikah dengan Widjiatno Notomihardjo pada 1959. Pasangan ini lalu pindah dari Boyolali ke Srambatan, Solo bagian utara. Pada 21 Juni 1961, lahir anak pertama mereka, Joko Widodo.

    Dengan demikian, klaim Ribka Tjiptaning yang mengatakan “Saya PKI. Jokowi tak berani Gebuk saya, karena ibunya ketum Gerwani PKI” adalah Misleading Conten.”

    Kesimpulan

    Judul artikel di gambar itu dipotong dari judul artikel asli yaitu “[CEK FAKTA] Ribka Tjibtaning: Jokowi Tak Berani Gebuk Saya Karena Ibunya Ketum Gerwani”. Artikel ini sebenarnya berisi hasil periksa fakta terkait Ribka Tjibtaning yang bersumber dari akun Instagram @turnbackhoaxid pada 16 Juni 2020.

    Rujukan