• (GFD-2021-6430) [SALAH] Video Banjir “25-2-2021 PUKUL 05:50 WIB #PRAYFORSEMARANG”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 25/02/2021

    Berita

    “Astaghfirullah hal adzim😭😭
    Innalilahi wa innailaihi rojiun
    Semoga semua ni cepat berlalu
    Selamatkan lah KAMI didunia maupun diakhirat kelak…. AAMIIN YA ALLAH

    #prayforsemarang”

    “25-2-2021
    PUKUL 05:50 WIB

    #PRAYFORSEMARANG

    SEMARANG X
    GAWE…
    GENUK… KOYO
    NGENE…”
    Video banjir Semarang

    Hasil Cek Fakta

    Salah satu video yang direkam di lokasi yang sama, diunggah pada 2 Januari 2020 ke Facebook. Video lain yang berkaitan, diunggah pada 2 Januari 2020 ke YouTube. KOMPAS.com: “Sejak banjir merendam sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020), berbagai foto dan video beredar”

    Kesimpulan

    BUKAN video tanggal 25 Februari 2021 di Semarang. FAKTANYA, video sudah pernah dibagikan sebelumnya pada Januari 2020. Rekaman peristiwa banjir pada 1 Januari 2020 di Jalan Gunung Putri, di sekitar pertigaan Jalan Pondok Gede Permai – Jalan Gunung Putri – Jalan Pondok Benda, Bekasi.
  • (GFD-2021-6429) [SALAH] Pakai Masker Wajah Sebabkan Bakteri Pneumonia

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 25/02/2021

    Berita

    Pengguna Facebook atas nama Donny Pate mengunggah tangkapan layar yang menyebut penggunaan masker bakal menyebabkan bakteri pneumonia.

    Akun tersebut mengunggah klaim penggunaan masker wajah menyebabkan bakteri pneumonia pada 23 Februari 2021. Dia juga mengunggah gambar paru-paru berwarna oranye.

    Begini narasinya:

    "By wearing a mask ... you're inhaling it all back in, causing infections like bacterial pneumonia and hypoxia"

    Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

    "Dengan memakai masker ... Anda menghirup semuanya kembali, menyebabkan infeksi seperti pneumonia bakterial dan hipoksia."

    Hasil Cek Fakta

    Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menggunakan mesin pencari, Google Search. Hasil penelusuran menunjukkan ada banyak media kredibel yang membahas tentang klaim ini.

    Bahkan, Cek Fakta Liputan6.com pernah membahas soal klaim penggunaan masker yang mengakibatkan hipoksia. Klaim itu bisa dilihat dalam artikel berjudul: "Cek Fakta: Tidak Benar Memakai Masker Dalam Waktu Lama Berakibat Hipoksia", yang dipublikasikan pada 2 Oktober 2020.

    Artikel ini mengambil penjelasan dari Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL. Dia membantah klaim mengenakan masker bisa menyebabkan keracunan gas buang pernafasan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).

    "Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," tegasnya.

    Dia menyampaikan penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida dan maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.

    "Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," papar pria yang akrab disapa Boni ini.

    Kemudian, ada juga artikel yang ditulis Cek Fakta Liputan6.com pada 26 Oktober 2020 dengan judul: "Cek Fakta: Benarkah Pneumonia Bakterial Berasal dari Penggunaan Masker Secara Rutin?".

    Artikel ini mengambil penjelasan dari situs National Institues of Health (NIH) dengan judul: "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic". Artikel tersebut sudah tayang pada 19 Agustus 2008.

    Dari artikel tersebut, dijelaskan kalau mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918 bukan hanya karena virus influenza. Sebagian besar, kematian disebabkan oleh pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.

    Laporan itu dibuat dari salah satu bagian NIH, yakni para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).

    "Besarnya bukti yang kami periksa dari analisis historis dan modern soal pandemi influenza 1918, mendukung skenario di mana kerusakan virus diikuti oleh pneumonia bakteri menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci.

    "Intinya, virus ini mendaratkan pukulan pertama, semendara bakteri mengirimkan pukulan yang lebih mematikan," kata Fauci, yang sekarang merupakan kepata satgas covid-19 di Amerika Serikat.

    Kesimpulan

    Informasi yang menyebut pneumonia bakterial berasal dari penggunaan masker secara rutin adalah salah.

    Faktanya, sesuai pemaparan para ahli, pneumonia bakterial merupakan penyakit komplikasi dari penyakit primer. Dan penggunaan masker sangat bagus untuk meminimalisir penularan penyakit.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6428) [SALAH] Bayi Hiu Berwajah Manusia Disebut Anak Durhaka

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 25/02/2021

    Berita

    Cek Fakta Liputan6.com menemukan sebuah unggahan yang menyebut penemuan bayi hiu berwajah manusia. Bahkan, seorang netizen menyebut hiu itu sebagai manusia yang durhaka.

    Klaim ini bisa ditemukan di akun Facebook atas nama Bundafatih yang diunggah pada Kamis (25/2/2021). Dia menyebut bayi hiu berwajah manusia itu seperti kasus anak durhaka yang terkutuk.

    Dalam unggahannya, Bundafatih juga menyertakan sebuah artikel yang mengarah ke situs rakyat-62.xyz. Begini judul artikel tersebut:

    "Menyeramkan, Bayi Ikan Hiu Berwajah Manusia, Seperti Kasus Manusia Durhaka yang Terkutuk."

    Hasil Cek Fakta

    Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menghubungi salah satu Pakar Ilmu Perairan, Oseanografi Biologi, Zoologi Laut LIPI, Fahmi, S.Pi., M.Phil. Dia pun menjelaskan perihal foto bayi hiu berwajah manusia itu.

    "Itu bayi hiu yang mengalami kelainan genetis," katanya melalui WhatsApp kepada Cek Fakta Liputan6.com, Kamis (25/2/2021).

    Dia juga menjelaskan, kalau bayi itu ditemukan seorang nelayan di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu 21 Februari 2021. Terdapat tiga bayi hiu dalam perut induknya, tapi hanya satu yang wajahnya menyerupai manusia.

    "Di Indonesia, kasus seperti itu sudah tercatat untuk ketiga kalinya. Dua kasus sebelumnya ditemukan bayi hiu yang memiliki mata satu dengan posisi mata sama persis seperti hiu yang ditemukan baru-baru ini, yaitu berada di bawah moncongnya," ujarnya.

    Namun, Fahmi tidak bisa memastikan kalau hiu itu memiliki wajah seperti manusia karena limbah pabrik. Sebab, kata Fahmi, kalau faktor limbah pabrik, dua bayi hiu yang ditemukan memiliki wajah yang normal.

    "Kita tidak bisa memastikan (karena limbah), tapi kalau kelainan karena faktor itu, seharusnya bayi hiu lain yang di dalam perut induknya itu yang mengalami kelainan juga, bukan hanya satu," ucapnya.

    Lebih lanjut, Fahmi mengatakan, banyak faktor yang bisa mengakibatkan kelainan genetis seperti itu, sama halnya seperti manusia. Bisa karena faktor kualitas telur yang dibuahi ataupun kualitas spermanya, bisa juga karena faktor lain seperti kondisi induknya.

    "Jadi, kita tidak bisa menyimpulkan hanya melihat dari luarnya saja, harus ada uji genetik untuk membuktikannya," kata Fahmi.

    Kemudian, Cek Fakta Liputan6.com juga menemukan artikel di kanal Citizen6 Liputan6.com dengan judul: "Bikin Geger, Nelayan Temukan Bayi Hiu Berwajah Mirip Manusia".

    Dijelaskan dalam artikel tersebut, bayi hiu berwajah manusia ditemukan oleh nelayan bernama Abdullah Nuren di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu 21 Februari lalu.

    Abdullah secara tidak sengaja menangkap hiu yang sedang hamil saat dia sedang memancing. Saat dia membedah perut hiu yang telah mati itu, ada tiga bayi hiu di dalamnya.

    Dua bayi hiu terlihat seperti bayi hiu pada umumnya. Namun satu bayi lagi memiliki penampilan yang unik. Bayi hiu itu memiliki dua bola mata yang besar dan terletak di bagian bawah, kepalanya lancip, dan mempunyai bibir seperti manusia. Dengan mulut tetap terbuka, makhluk itu terlihat seperti berwajah manusia.

    "Awalnya saya menemukan seekor induk hiu terperangkap di jaring pukat. Keesokan harinya saya membelah perut induk hiu itu dan menemukan tiga ekor anak di dalam perut. Dua seperti ibunya dan yang satu ini tampak berwajah manusia."

    Para ahli telah mengatakan bahwa penampilannya yang unik itu mungkin disebabkan oleh kondisi yang langka. Dr David Shiffman, seorang ilmuwan di Marine Stewardship Council, mengatakan dia mengira tampilan unik makhluk itu karena cacat lahir.

    "Ini bukan hal yang saya pelajari, tetapi beberapa ahli yang saya ikuti melaporkan itu mungkin kasus Cyclopia parsial dengan satu orbit yang menyatu tetapi masih dengan dua mata."

    Kesimpulan

    Klaim bayi hiu berwajah manusia yang disebut sebagai anak durhaka merupakan informasi yang salah. Faktanya, bayi hiu itu mengalami kelainan genetik.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6427) [SALAH] “Pesawat jatuh dengan lebih dari 20 misionaris di dalamnya, akan memberitakan injil dan tidak ada yang meninggal”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 25/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Reza Julianhar (fb.com/reza.julianhar.12) pada 23 Februari 2021 mengunggah beberapa foto ke grup Fans Naisa Alifia Yuriza ( N.A.Y) denngan narasai sebagai berikut:

    “Pesawat jatuh dengan lebih dari 20 misionaris di dalamnya, akan memberitakan injil dan tidak ada yang meninggal. “

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim adanya peswat jatuh dengan lebih dari 20 misionaris di dalamnya yang akan memberitakan Injil dan tidak ada yang meninggal adalah klaim yang salah.

    Faktanya, bukan 20 misionaris. Pesawat tersebut membawa enam orang, yakni dua kru dan enam penumpang yang merupakan karyawan sebuah perusahaan pegadaian di Texas, AS. Pesawat mereka mengalami kecelakaan ketika mendarat di Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa, pada Mei 2018.

    Dilansir dari Tempo, Tim CekFakta Tempo menelusuri foto-foto tersebut dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa kecelakaan pesawat tersebut melibatkan pesawat jet pribadi yang membawa empat penumpang dan dua kru. Empat penumpang ini merupakan karyawan sebuah perusahaan pegadaian di Amerika Serikat yang sedang melakukan perjalanan ke Honduras.

    Video kecelakaan pesawat jet pribadi itu pernah diunggah oleh kanal YouTube Aviation Documentary pada 23 Mei 2018 dengan judul “Private jet from Texas splits in half on takeoff in Honduras”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa pesawat Gulfstream 200 Galaxy (N813WM) ini mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Tegucigalpa, Honduras, dari Austin, Texas, AS.

    Setidaknya sembilan orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, RS Escuela, untuk perawatan, meskipun tidak ada laporan kematian. Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan tim penyelamat berusaha menarik penumpang dari reruntuhan pesawat, yang jatuh sekitar pukul 11.17 waktu setempat pada 22 Mei 2018. Pejabat Honduras mengatakan terdapat enam orang di dalam pesawat itu.

    Dilansir dari CNN, pada 22 Mei 2018, terjadi kecelakaan pesawat jet yang berisi enam orang yang terbang dari Austin, Texas, ke Honduras. Pesawat itu hampir terbelah menjadi dua usai kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa. Enam orang di dalamnya, yakni empat penumpang dan dua awak, selamat. Namun, satu penumpang dan satu awak mengalami luka parah.

    “Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, yang terluka stabil dan sedang dirawat,” kata Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez setelah kecelakaan itu. “Terima kasih kepada para petugas yang begitu cepat membantu,” kata Heide Fulton, diplomat tertinggi AS di Honduras. “Kami memantau acara dengan cermat. Kedutaan menyediakan semua bantuan konsuler yang dibutuhkan.”

    Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 11 pagi waktu setempat, menurut Badan Penerbangan Sipil Honduras. Operasional di bandara sempat terputus, tapi telah pulih sepenuhnya pada 22 Mei 2018 malam. Sementara keempat penumpang dalam pesawat itu adalah karyawan perusahaan pegadaian yang berbasis di Austin, EZCORP, menurut juru bicara perusahaan Jeff Christensen.

    Hal yang sama diberitakan oleh ABC. Para penyintas merupakan karyawan perusahaan pegadaian EZCORP yang berbasis di Austin, Texas. Mereka selamat setelah pesawat jet pribadi yang mereka tumpangi melewati landasan pacu, kata pihak berwenang. Pesawat itu membawa lima orang AS, empat penumpang dan satu pilot, serta seorang awak berkewarganegaraan Venezuela.

    Tiga karyawan EZCORP, Bob Kasenter, Blair Powell, dan Nicole Swies, mengalami luka ringan dan tak lama kemudian dipulangkan. Sementara penumpang keempat, Joe Rotunda, mesti menjalani operasi karena mengalami patah tulang rusuk dan paru-parunya tertusuk. Rotunda akan dipulangkan ke AS setelah dokter menyatakan bahwa dia mampu untuk bepergian jauh.

    Kesimpulan

    BUKAN 20 misionaris. Pesawat tersebut membawa enam orang, yakni dua kru dan enam penumpang yang merupakan karyawan sebuah perusahaan pegadaian di Texas, AS. Pesawat mereka mengalami kecelakaan ketika mendarat di Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa, pada Mei 2018.

    Rujukan