• (GFD-2021-6744) [SALAH] Slip Gaji Petugas Kebersihan Pertamina Rp13,6 Juta

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 19/04/2021

    Berita

    “panik nggak panik nggak panik lah masa tidak”

    Hasil Cek Fakta

    Pengguna Facebook dengan nama pengguna Ajis Bua mengunggah foto hasil tangkapan layar video TikTok yang menunjukkan slip gaji petugas kebersihan Pertamina sebesar Rp13,6 juta. Dalam unggahan tersebut, terlihat slip gaji ditulis tangan dan tertanggal 7 April 2021.

    Melansir dari detik.com, SVP Corporate Communication and Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto telah menegaskan bahwa slip gaji tersebut adalah palsu. Agus menyatakan bahwa pekerjaan pendukung di Pertamina, seperti petugas kebersihan, dikelola oleh pihak ketiga, bukan oleh pihak Pertamina langsung. Lebih lanjut, Agus juga menjelaskan bahwa format pemberian slip gaji di Pertamina tidak menggunakan tulisan tangan, diverifikasi oleh pihak berwenang di perusahaan, serta tidak menggunakan logo Pertamina.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook dengan nama pengguna Ajis Bua tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Pihak Pertamina telah menegaskan bahwa slip gaji tersebut adalah palsu. Jabatan kebersihan dikelola oleh pihak ketiga, bukan oleh pihak Pertamina langsung. Selain itu, format pemberian slip gaji di Pertamina tidak menggunakan tulisan tangan.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6743) [SALAH] Seluruh Hewan Percobaan Vaksin Covid-19 Terbukti Mati Karena Suntik Vaksin

    Sumber: Media
    Tanggal publish: 19/04/2021

    Berita

    “What happened to the animals in the studies? This technology has been tried on animals, and in the animal studies done, all the animals died, not immediately from the injection, but months later, from other immune disorders, sepsis and/or cardiac failure. There has never been a long-term successful animal study using this technology. No experimental coronavirus vaccine has succeeded in animal studies. In this study, coronavirus vaccine caused liver inflammation in test animals.”

    (terjemahan)

    “Apa yang terjadi dengan hewan dalam penelitian? Teknologi ini telah dicoba pada hewan, dan pada hewan penelitian yang dilakukan, semua hewan mati , tidak langsung dari suntikan, tetapi berbulan-bulan kemudian, karena gangguan kekebalan lainnya, sepsis dan / atau gagal jantung. Tidak pernah ada penelitian hewan yang berhasil dalam jangka panjang menggunakan teknologi ini. Tidak ada vaksin virus korona eksperimental yang berhasil dalam penelitian hewan. Dalam penelitian ini, vaksin virus corona menyebabkan radang hati pada hewan uji.”

    Hewan covid
    Hewan terpapar covid

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah unggahan Facebook memperlihatkan tangkapan layar dari artikel penelitian yang menyatakan bahwa hewan yang diberi percobaan vaksin Covid-19, seluruhnya terbukti mati karena gangguan kekebalan, sepsis, dan/atau gagal jantung. Tangkapan layar artikel pun menyertakan bukti berupa tautan hasil penelitian yang membuktikan kebenaran hal tersebut.

    Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim bahwa seluruh hewan percobaan vaksin Covid-19 mati, sebulan setelah disuntik vaksin, merupakan sebuah kekeliruan.

    Diketahui bahwa artikel yang menyebutkan tentang kematian hewan akibat vaksin Covid-19 ternyata memiliki salah tafsir. Tautan yang mendukung klaim mereka pun tidak tepat dengan konteks yang sedang dibicarakan.

    Diketahui bahwa tautan yang tercantum dalam tangkapan layar itu merupakan penelitian yang membahas tentang imunisasi sindrom pernafasan akut parah (SARS Coronavirus Vaccines) yang diterbitkan pada tahun 2012. Faktanya, penelitian ini tidak fokus pada vaksin Covid-19, atau bahkan menggunakan teknologi yang sama yang mendukung vaksin Covid-19 saat ini.

    Penulis utama studi tahun 2012 sebelumnya telah mengonfirmasi kepada media Reuters bahwa hewan yang digunakan dalam penelitiannya, seperti misalnya tikus, tidak mati akibat vaksin yang diberikan kepada mereka. Dia juga menyatakan bahwa vaksin yang mereka uji dalam studi 2012 lalu, tidak menggunakan teknologi mRNA yang digunakan oleh beberapa vaksin Covid-19, seperti vaksin Pfizer/BioNTech. Hal ini menguatkan fakta bahwa kedua vaksin ini memiliki platform yang berbeda.

    Melansir dari media Fullfact.org, Chris Magee, kepala kebijakan dan media di Understanding Animal Research (UAR) mengatakan bahwa dalam kasus vaksin Covid-19, data sudah ada untuk menunjukkan bahwa vaksin itu aman, yang memungkinkan para peneliti untuk menjalankan uji coba pada hewan.

    “Seandainya hewan mati selama proses ini, uji coba manusia akan segera dihentikan. Fakta bahwa mereka tidak mati menunjukkan bahwa hewan-hewan itu tidak mati mendadak,” jelasnya.

    Dirinya menambahkan bahwa untuk kebutuhan lebih lanjut, beberapa hewan akan melalui prosedur eutanasia (suntik mati) agar dapat diambil organ dalamnya. Ini merupakan cara yang memang diakui aman dan manusiawi untuk hewan. Hal ini lagi-lagi membantah klaim yang menyatakan bahwa hewan mati karena disuntik vaksin. Tampak bahwa sebenarnya hewan-hewan tersebut memang disuntik mati dengan prosedur eutanasia.

    Jadi dapat disimpulkan, klaim artikel yang menyebutkan bahwa seluruh hewan mati pada percobaan vaksin Covid-19 merupakan hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)

    Faktanya, Vaksin Covid-19 yang diuji cobakan sudah terbukti aman oleh para ahli dan media penelitian hewan. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hewan-hewan yang menjadi media uji coba vaksin Covid-19 mati karena suntikan vaksin.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6742) [SALAH] Filter Rokok Mengandung Babi

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 19/04/2021

    Berita

    “Filter Rokok Berasal Dari B4bi ?? Masih Mau Merokok ??”
    Rokok babi
    Rokok filter dari babi
    Filter rokok dari babi

    Hasil Cek Fakta

    Beredar kembali sebuah video yang narasumbernya menyebutkan bahwa hemoglobin terdapat dalam filter rokok untuk menyaring racun kimia agar tidak masuk ke paru-paru.

    Menurut klaimnya, filter rokok yang digunakan dan beredar di pabrikan rokok Tanah Air merupakan filter rokok impor dengan kandungan protein darah babi, ia mengutip pernyataan dari pakar kesehatan asal Universitas Sydney Australia, Simon Chapman terkait informasi filter rokok yang mengandung babi tersebut.

    Setelah dilakukan penelusuran, nyatanya video tersebut adalah hoaks yang beredar kembali di media sosial, video yang sama sebelumnya pernah beredar di tahun 2010 dan telah dilakukan klarifikasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2017.
    Berdasarkan hasil uji filter rokok yang dilakukan di laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional BPOM pada 2010 menggunakan metode DNA, dari lima merek rokok berfilter yang diuji, tidak terdeteksi adanya kandungan DNA Babi.

    Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh rokok lokal dan impor yang ada di Indonesia tidak mengandung darah babi.

    Dengan demikian informasi yang beredar di Facebook terkait filter rokok yang mengandung Babi tersebut tidak benar, sehingga informasi tersebut masuk dalam kategori konten palsu.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fachrun Nisa (Universitas Muhammadiyah Luwuk).
    Hoaks lama yang beredar kembali, berdasarkan hasil uji filter, tidak terdeteksi adanya kandungan DNA Babi.S

    Rujukan

  • (GFD-2021-6741) [SALAH] Tim Vaksinasi GSP Cari Data Penerima Vaksin

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 19/04/2021

    Berita

    “Selamat siang. Kami dari tim vaksin GSP kemarin minggu mau tanya keluhan setelah divaksin.
    Nama:
    Alamat:

    Nama ayah:

    Nama Ibu:

    Vaksin ke:

    Keluhan setelah divaksin:

    Keluhan saat ini:”

    Hasil Cek Fakta

    Tengah beredar sebuah pesan yang disebarkan melalui aplikasi Whatsapp terkait permintaan data diri calon peserta penerima vaksin, pesan tersebut juga mengatasnamakan Tim Vaksin GSP.

    Setelah dilakukan klarifikasi, informasi tersebut telah dibantah Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Informasi tersebut dibantah melalui akun resmi Twitter Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik @InfokomPMK, Ditjen IKP menegaskan bahwa pesan berantai tersebut adalah informasi palsu, kejahatan dengan modus pencurian data (Phishing).

    Dengan demikian informasi yang beredar di WhatsApp yang mengatasnamakan Tim Vaksin GSP tersebut tidak benar, sehingga informasi tersebut masuk dalam kategori konten palsu.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fachrun Nisa (Universitas Muhammadiyah Luwuk).

    Faktanya, informasi tersebut telah dibantah Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

    Rujukan