• (GFD-2022-9189) [SALAH] Akun Whatsapp Sekretaris Daerah Kota Jambi A. Ridwan “+6283185378834”

    Sumber: Whatsapp.com
    Tanggal publish: 14/02/2022

    Berita

    “saya mau menyampaikan amanah dari wakil walikota bahwa ada donasi untuk Rumah tahfidz Latifah Azzahra
    (Alhamdulillah, bila demikian. Mohon petunjuk jadi kami harus gimana pak ke kantor bapak atau via rek ?!)
    Bisa dibantu via rekening aja pak
    (mengirim sebuah gambar)
    Baik jika donasi sudah tersalurkan akan segera saya konfirmasi kembali”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar akun Whatsapp Sekretaris Daerah Kota Jambi A. Ridwan. Akun tersebut menggunakan foto profil dan nama “Drs. H. A. RIDWAN, M.Si”, dengan nomor “+6283185378834”. Akun tersebut mengirimkan pesan yang berisikan pembagian donasi kepada pondok pesantren.

    Berdasarkan hasil penelusuran, pihak humas Kota Jambi melalui akun Instagram resmi @humaskotajambi, mengonfirmasi bahwa nomor Whatsapp tersebut bukan milik Sekda Kota Jambi A. Ridwan. Pihak humas Kota Jambi juga mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada dan tidak mudah percaya atas penipuan mengatasnamakan A. Ridwan.

    Dengan demikian akun Whatsapp Sekretaris Daerah Kota Jambi A. Ridwan “+6283185378834” adalah hoaks dan masuk dalam kategori konten tiruan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Rahmah a n (UIN Sunan Ampel Surabaya).

    Bukan Milik Sekda Kota Jambi A. Ridwan. Dilansir dari akun Instagram resmi Humas Kota Jambi @humaskotajambi mengonfirmasi bahwa akun Whatsapp tersebut adalah akun palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9188) Keliru, Whatsapp akan Berikan Dana dari Setiap Gambar Bayi Buta yang Dibagikan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/02/2022

    Berita


    Pesan berantai tentang donasi yang dikumpulkan Whatsapp untuk membantu seorang bayi yang lahir dalam kondisi buta, diterima chatbot Whatsapp Tempo, Ahad, 13 Februari 2022. 
    Pesan itu memuat foto seorang bayi bersama perempuan dewasa dengan teks bertuliskan: 
    “Hi sweet friend, need your help. Bayi ini lahir dlm keadaan buta dan perlu $200,000 untuk perawatannya smp dia bisa melihat kembali. Anda tidak perlu mendonasi satu senpun, tp pihak whatsapp akan mengumpulkan dana setiap kali gambar ini dibagikan. Silahkan bagikan.” 
    Tangkapan layar pesan berantai dengan klaim Whatsapp akan berikan dana dari setiap gambar bayi buta yang dibagikan

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan bahwa pesan berantai itu telah dibagikan sejak tahun 2017. Isi pesan itu pun palsu. Whatsapp tidak mengumpulkan dana untuk membiayai perawatan bayi buta tersebut. 
    Tempo menemukan pesan berantai itu dibagikan pada 2017 seperti oleh akun Twitter ini.
    Unggahan ini banyak juga beredar di banyak negara dalam bahasa Inggris seperti yang dimuat dalam situs Ridgetimes pada 8 September 2017. Ridgetimes menulis agar publik tidak terkecoh dengan pesan tersebut karena Whatsapp tidak akan memberikan donasi dengan cara berbagi foto atau pesan. 
    Organisasi pemeriksa fakta di Turki, Teyit, juga pernah mempublikasikan artikel cek fakta pada 2017. Dalam artikelnya, Teyit mengumpulkan beragam pesan berantai dengan klaim bahwa Whatsapp mengumpulkan donasi dengan berbagi foto dan pesan. Salah satu pesan berantai yang dimuat dalam artikel itu adalah terkait donasi kepada bayi yang dilahirkan buta. 
    Selain itu, organisasi pemeriksa fakta di Perancis, Lead Stories, juga mendokumentasikan sejumlah unggahan yang sama dengan foto berbeda yang beredar di beberapa negara pada 2020. Unggahan itu antara lain beredar di Nigeria, Bosnia, dan Austria. 
    Tidak ada pemberitahuan secara resmi oleh Whatsapp bahwa mereka mengumpulkan donasi untuk perawatan bayi yang buta, dengan cara membagikan foto dan pesan. Cara ini juga mustahil dilakukan karena  Whatsapp menerapkan sistem enkripsi end-to-end. 
    Dikutip dari blog Whatsapp, dengan sistem ini, saat pengguna mengirim pesan kepada pengguna lain menggunakan WhatsApp Messenger, maka hanya dua pihak tersebut yang dapat melihat isi pesan. Bahkan Whatsapp sendiri tidak bisa mengetahui isi pesan. Sistem ini terjadi secara otomatis. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan pesan berantai tentang donasi yang dikumpulkan Whatsapp untuk membantu seorang bayi yang lahir dalam kondisi buta, adalah keliru. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2022-9187) [SALAH] Pinjaman Online “AOJOL” yang Dikelola oleh Bank Indonesia dengan Nomor +6283107043453

    Sumber: Whatsapp.com
    Tanggal publish: 14/02/2022

    Berita

    “PINJAMAN ONLINE YG DI KELOLA LANGSUNG DARI BANK INDONESIA”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah akun pinjaman online yang dikelola oleh Bank Indonesia dengan nama “AOJOL”. Akun tersebut menggunakan logo Bank Indonesia sebagai foto profil dan menggunakan nomor +6283107043453.

    Berdasarkan hasil penelusuran, akun tersebut adalah palsu. Melalui akun media sosial resminya, Bank Indonesia telah menegaskan bahwa pihaknya selaku bank sentral tidak menyediakan layanan atau jasa dalam bentuk apapun, termasuk pinjaman online.

    Dengan demikian, akun pinjaman online dengan nama “AOJOL” yang mengatasnamakan Bank Indonesia tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini.

    Akun palsu. Bank Indonesia menegaskan bahwa pihaknya selaku bank sentral tidak menyediakan layanan atau jasa dalam bentuk apapun, termasuk pinjaman online.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9186) [SALAH] Cerita Dalam Novel Telah Memprediksi Adanya Pandemi COVID-19

    Sumber: Twitter.com
    Tanggal publish: 14/02/2022

    Berita

    WARNING OF VIRUS IN 1981
    DAN SEKARANG TERJADI !!!!!!!

    MLmjumat… Virus COVID-19 HOAX

    WARNINGS OF VIRUS IN 1981
    TWO authors appeared to predict coronovirus decades before the outbreak.
    Dean Koonte’s thriller The Eyes Of Darkness, published in 1981, tells the story of a lethal man-made virus in Wuhan – the same Chinese city where coronavirus broke out.
    In another spooky coincidence, the doomsday book End Of Days – wrilten by American psychic Sylvia Browne and pablished in 2008 predicted here would be a pneumonia-like global pandemicin 2020.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar postingan di Twitter oleh akun bernama @KonspirasiHolic. Gambar dalam postingannya terdapat narasi bahwa ada novel yang sudah memprediksi terjadinya pandemi Coronavirus di masa depan.

    Novel pertama yang disinggung berjudul “The Eyes of Darkness”, ditulis oleh Dean Koontz, dipublikasikan pada tahun 1981 dan “End of Days”, ditulis oleh Sylvia Browne, dipublikasikan tahun 2008.

    Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, virus yang digambarkan dalam kedua novel tersebut tidak sama dengan ciri-cirinya dengan Covid-19. Novel The Eyes of Darkness mendeskripsikan, virus yang bernama “Wuhan-400” berasal dari lab. Namun, fakta sebenarnya asal usul virus Corona sampai saat ini belum diketahui. Selain itu, virus yang digambarkan dalam novel tersebut, dapat berinkubasi dalam 4 hari, hal ini berbeda dengan Covid-19 yang inkubasinya 1-14 hari.

    Dalam novel Koontz, virus “Wuhan-400” memiliki fatality rate 100%, sedangkan Covid-19 2%-4% di Wuhan dan di luar kawasan Wuhan 0,7%. Adapun ciri-ciri orang yang terpapar juga berbeda, di novel Koontz dideskripsikan virus akan menggerogoti sel otak, sehingga pasien kehilangan kendali dan meninggal. Sedangkan Coronavirus, gejala pasien yakni demam, batuk, sesak napas, pilek, yang parah akan mengalami gagal ginjal dan kematian.

    Lebih lanjut, novel Sylvia Browne berjudul “End of Days” dijelaskan bahwa virus dalam novelnya tidak dapat diobati dengan pengobatan apapun. Sedangkan virus Corona sebelum ditemukannya vaksin, pasien dengan gejala ringan dapat sembuh dengan sistem imun alami, dan sampai saat ini telah ditemukan vaksin dan pengobatan lain masih dalam tahap penelitian.

    Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim @KonspirasiHolic adalah tidak benar dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR

    Informasi Palsu. Virus yang digambarkan dalam novel berjudul “The Eyes of Darkness” dan “End of Days” tidak sama dengan ciri-cirinya Covid-19, baik dari tingkat kematian pasien yang terpapar, asal usul virus, maupun tingkat kekebalan virus terhadap obat.

    Rujukan