(GFD-2022-9201) Keliru, NeoCov Merupakan Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afrika Selatan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/02/2022
Berita
Klaim bahwa varian baru Covid-19 telah ditemukan di Afrika Selatan beredar di media sosial. Klaim tersebut dibagikan dengan narasi bahwa varian baru Covid-19 tersebut bernama NeoCov.
Di Facebook, klaim tersebut dibagikan akun ini pada 28 Januari 2022. Akun inipun menuliskan narasi, “Di afrika selatan baru ditemukan varian terbaru dari covid19.. NeoCov.. siap2 vaksin ke4 bakal dirilis lagi..”
Apa benar NeoCov Merupakan varian baru Covid-19 yang ditemukan Afrika Selatan?
Tangkapan layar unggahan dengan yang mengklaim NeoCov Merupakan Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afrika Selatan
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri informasi tersebut di mesin pencari Google dengan menggunakan kata kunci “NeoCov”. Hasilnya, NeoCov bukanlah varian baru Covid-19.
Mengutip CNN Indonesia, peneliti China menemukan virus baru Neoromicia Capensis atau dikenal sebagai Neocov. Para ilmuwan pertama kali menemukan Neocov di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Neocov bukanlah merupakan varian baru coronavirus diseases (covid-19) yang menyebabkan pandemi. Virus ini justru merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Sebagai informasi, MERS merupakan virus yang merebak di Arab Saudi pada 2012. Virus ini menyebabkan demam, batuk, hingga gangguan pernapasan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, laporan jurnal BioRxiv, peneliti Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China menyebut virus ini bukan varian baru corona. Bahkan NeoCov disebut sudah ada sejak lama.
NeoCov dikatakan berhubungan dengan wabah MERS-CoV tahun 2012 dan 2015. Dilaporkan juga mirip seperti SARS-CoV-2. "MERS-CoV telah diidentifikasi di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari Independent.
Pada penelitian terbaru, ilmuwan di Wuhan mengingatkan NeoCov bisa menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.
Virus ini nampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang ditargetkan untuk virus Covid-19 atau MERS-Cov. Namun hingga sekarang belum ada bukti atau indikasi seberapa menular atau fatalnya NeoCov.
"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick.
"(Studi) awal menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia. Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan".
Berdasarkan arsip berita Tempo, mantan Direktur Penyakit Menular World Health Organization atau WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, setidaknya ada lima informasi penting yang perlu diketahui tentang apa itu NeoCoV.
Pertama, temuan virus itu baru berdasarkan analisa di laporan artikel. "Sejauh ini belum menginfeksi manusia," kata Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulis, Minggu, 30 Januari 2022.
Kedua, dalam artikel itu tersebut, NeoCoV yang berpotensi bermutasi kemungkinan dapat menimbulkan masalah pada manusia. "Artinya sekarang belum bermutasi dan belum tentu akan bermutasi lagi atau tidak," kata Tjandra Yoga yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI. "Bisa saja virus itu tetap seperti sekarang dan tidak bermutasi lagi."
Ketiga, Tjandra Yoga Aditama melanjutkan, ada teori yang menyatakan, karena NeoCoV adalah virus Corona seperti juga penyebab MERS CoV dan pemicu Covid-19, maka orang dapat beranggapan jika nanti NeoCoV bermutasi, bisa jadi penularannya akan seperti Covid-19 dan fatalitasnya menyerupai MERS CoV. "Hanya saja, ini kalau NeoCoV bermutasi ke arah itu. Namun bisa saja mutasinya ke arah lain lagi," ujarnya.
Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, banyak kemungkinan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk tentang virus. Keempat, dia menjelaskan, mungkin saja NeoCoV yang disampaikan para ilmuan Cina itu, saat ini tidak bermutasi ke arah yang membahayakan manusia manusia. "Kapaupun menyerang manusia, maka bisa saja seperti yang dikawatirkan dan bisa juga tidak seperti itu," ujarnya.
Kelima, lantas apa yang perlu dilakukan sekarang? Tjandra Yoga Aditama mengatakan, para ahli tentu terus memantau perkembangan NeoCoV dan masyarakat dapat mengikuti perkembangan ilmiah dari sumber yang valid atau kredibel. "Perlu juga diketahui, mungkin saja ada virus-virus jenis baru dari waktu ke waktu dan ini sudah terjadi sejak dulu. Karena sekarang sedang pandemi Covid-19, maka semua orang memberi perhatian penuh dalam hal ini," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa varian baru Covid-19 bernama NeoCov ditemukan di Afrika Selatan,keliru. Neoromicia Capensis atau dikenal sebagai NeoCov memang pertama kali ditemukan para peneliti di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.
Namun, NeoCov bukanlah varian baru Covid-19. NeoCov merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang telah ditemukan pada tahun 2012 di Timur Tengah.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.facebook.com/chundeel/posts/10159679403092556
- https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220130143204-113-753024/peneliti-china-temukan-neocov-virus-baru-bukan-varian-covid-19.
- https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220201053556-37-311966/neocov-bukan-varian-baru-covid-19-ini-sederet-faktanya
- https://gaya.tempo.co/read/1555780/5-informasi-penting-tentang-virus-baru-neocov-bukan-mutasi-covid-19/full&view=ok
(GFD-2022-9200) [SALAH] “Astagfirullah, Begini Perlakuan Terhadap Wanita Berhijab di India”
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 16/02/2022
Berita
“Astagfirullah, Begini Perlakuan Terhadap Wanita Berhijab di India
Dalam video terlihat Wanita berhijab berlari saat disiram air oleh beberapa laki-laki.”
Dalam video terlihat Wanita berhijab berlari saat disiram air oleh beberapa laki-laki.”
Hasil Cek Fakta
Akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” (https://www.facebook.com/mohammad.ramdani.56) mengunggah sebuah video sekelompok perempuan yang menggunakan hijab tengah berlari dan disiram air oleh beberapa laki-laki. Dalam video tersebut juga disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi di India.
Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang terjadi di India, melainkan merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Melansir dari media asal Sri Lanka Puthithu, video tersebut telah beredar sejak tahun 2019. Wakil Rektor Universitas Eastern, Profesor F.C. Raquel menegaskan bahwa aksi tersebut bukan merupakan aksi diskriminasi dan rasisme, melainkan merupakan aksi perundungan yang akan ditindak keras oleh pihak universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang terjadi di India, melainkan merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Melansir dari media asal Sri Lanka Puthithu, video tersebut telah beredar sejak tahun 2019. Wakil Rektor Universitas Eastern, Profesor F.C. Raquel menegaskan bahwa aksi tersebut bukan merupakan aksi diskriminasi dan rasisme, melainkan merupakan aksi perundungan yang akan ditindak keras oleh pihak universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini
Bukan video peristiwa yang terjadi di India. Video tersebut merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Bukan video peristiwa yang terjadi di India. Video tersebut merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Rujukan
- https://puthithu.com/?p=40200
- https://factly.in/old-ragging-video-from-sri-lanka-is-shared-as-hindu-extremists-abusing-muslim-girl-students-in-karnataka/
- https://www.indiatoday.in/fact-check/story/fact-check-old-video-from-sri-lanka-shared-muslim-students-harassed-hindu-extremists-hijab-row-1911536-2022-02-10
(GFD-2022-9199) [SALAH] Akun Facebook Bupati Sambas “Hsatono Ssos” Menawarkan Lolos CPNS Tanpa Tes
Sumber: Screenshot Akun FacebookTanggal publish: 15/02/2022
Berita
“untuk masyarakat kabupaten sambas buat
teman2 suadara yang sudah honor 5 tahun ke
atas yang mau ikut program pengangkatan
PNS lolos tampa tes dan tidak seleksi lagi
segera hub mesenger saya”
teman2 suadara yang sudah honor 5 tahun ke
atas yang mau ikut program pengangkatan
PNS lolos tampa tes dan tidak seleksi lagi
segera hub mesenger saya”
Hasil Cek Fakta
Beredar akun Facebook Bupati Sambas “Hsatono Ssos”. Akun tersebut memasang foto profil Satono dengan link akun (https://www.facebook.com/profile.php?id=100077290574691). Akun Facebook ini menawarkan dapat program pengangkatan PNS bagi tenaga honorer yang sudah diatas 5 tahun tanpa tes dan seleksi.
Melalui akun Facebook resminya Bupati Sambas “H Satono, S.Sos.I, MH” (https://www.facebook.com/satonosambas), menegaskan bahwa akun Facebook yang beredar adalah palsu. Ia juga membantah bahwa dapat mengangkat tenaga honorer menjadi PNS tanpa tes dan seleksi karena itu bukan kewenangan beliau. Satono juga mengatakan bahwa masyarakat jangan sampai ada yang tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang. Di dalam postingan ini Satono juga menyampaikan bahwa akun sosial media dirinya yang resmi adalah (https://www.facebook.com/satonosambas) dan
(https://instagram.com/bang_haji_satono?utm_medium=copy_link)
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Bupati Sambas, H. Satono, S.Sos.I M.H, ijinkan saya menyampaikan klarifikasi dan mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk waspada terhadap akun Facebook palsu yang mengatasnamakan diri saya.
Akun tersebut baru dibuat dan berisi foto-foto yang dicomot dari beberapa sumber lain di media sosial. Lebih parahnya lagi akun tersebut berupaya melakukan penipuan dengan mengunggah sebuah status yang menawarkan bisa lulus tes CPNS tanpa tes.
Saya pastikan itu tidak benar, saya tidak pernah menawarkan lulus CPNS tanpa tes, karena memang tidak bisa. Jangan sampai ada masyarakat yang tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang.
Akun palsu tersebut bernama Hsatono Ssos
Link Facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=100077290574691
Saya memiliki akun media sosial resmi yakni Facebook: https://www.facebook.com/satonosambas
Instagram:
https://instagram.com/bang_haji_satono?utm_medium=copy_link
Sekian pernyataan resmi ini saya sampaikan untuk disebarluaskan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”, tulis H. Satono, S.Sos.I M.H di akun Facebooknya pada (29/01/22).
Dari penelusuran di atas, akun Facebook “Hsatono Ssos” masuk kategori Konten Tiruan atau Imposter Content.
Melalui akun Facebook resminya Bupati Sambas “H Satono, S.Sos.I, MH” (https://www.facebook.com/satonosambas), menegaskan bahwa akun Facebook yang beredar adalah palsu. Ia juga membantah bahwa dapat mengangkat tenaga honorer menjadi PNS tanpa tes dan seleksi karena itu bukan kewenangan beliau. Satono juga mengatakan bahwa masyarakat jangan sampai ada yang tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang. Di dalam postingan ini Satono juga menyampaikan bahwa akun sosial media dirinya yang resmi adalah (https://www.facebook.com/satonosambas) dan
(https://instagram.com/bang_haji_satono?utm_medium=copy_link)
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Bupati Sambas, H. Satono, S.Sos.I M.H, ijinkan saya menyampaikan klarifikasi dan mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk waspada terhadap akun Facebook palsu yang mengatasnamakan diri saya.
Akun tersebut baru dibuat dan berisi foto-foto yang dicomot dari beberapa sumber lain di media sosial. Lebih parahnya lagi akun tersebut berupaya melakukan penipuan dengan mengunggah sebuah status yang menawarkan bisa lulus tes CPNS tanpa tes.
Saya pastikan itu tidak benar, saya tidak pernah menawarkan lulus CPNS tanpa tes, karena memang tidak bisa. Jangan sampai ada masyarakat yang tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang.
Akun palsu tersebut bernama Hsatono Ssos
Link Facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=100077290574691
Saya memiliki akun media sosial resmi yakni Facebook: https://www.facebook.com/satonosambas
Instagram:
https://instagram.com/bang_haji_satono?utm_medium=copy_link
Sekian pernyataan resmi ini saya sampaikan untuk disebarluaskan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”, tulis H. Satono, S.Sos.I M.H di akun Facebooknya pada (29/01/22).
Dari penelusuran di atas, akun Facebook “Hsatono Ssos” masuk kategori Konten Tiruan atau Imposter Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Ari Dwi Prasetyo.
Akun palsu. Dikonfirmasi melalui akun Facebook resmi bupati Sambas sendiri, H. Satono, S.Sos.I M.H (www.facebook.com/satonosambas) yang menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menawarkan lulus CPNS tanpa tes dan akun yang beredar bukan miliknya. Satono juga mengimbau masyarakat agar jangan tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang.
Akun palsu. Dikonfirmasi melalui akun Facebook resmi bupati Sambas sendiri, H. Satono, S.Sos.I M.H (www.facebook.com/satonosambas) yang menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menawarkan lulus CPNS tanpa tes dan akun yang beredar bukan miliknya. Satono juga mengimbau masyarakat agar jangan tertipu, apalagi sampai mengirimkan uang.
Rujukan
(GFD-2022-9198) Keliru, Covid-19 Datang dan Meningkat Hanya di Momen Ibadah Umat Islam
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/02/2022
Berita
Narasi yang mengaitkan bahwa melonjaknya kasus Covid-19 terjadi di hari besar keagamaan umat Muslim, beredar di Facebook. Salah satu akun membagikan enam foto perayaan agama di Indonesia.
Teks dalam foto-foto itu memuat narasi bahwa virus penyebab Covid-19 hanya datang jelang ibadah umat Muslim.
“Natal aman, Nyepi aman, Waisak aman, Imlek aman. Tiba-tiba puasa meningkat merah, Idul fitri meningkat hitam, Idul Adha meningkat lagi. Lu virus apa iblis, datangnya pas mau ibadah umat Islam aje,” tulis teks dalam foto-foto tersebut.
Unggahan itu menjadi viral dan telah dibagikan 1,3 ribu kali hingga 15 Februari 2022.
Tangkapan layar unggahan dengan klaim Covid-19 hanya datang di momen Ibadah Umat Islam
Hasil Cek Fakta
Penyebaran virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 tidak terkait dengan ibadah agama tertentu. Data pada tahun 2020 dan 2021 menunjukkan bahwa puncak kasus tidak terjadi jelang atau saat ibadah umat Muslim.
Tahun 2020
Pada 2020 atau tahun pertama pandemi, sesuai data situasi Covid-19 di laman Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus harian meningkat signifikan mulai 22 September 2020 dengan 4.071 kasus terkonfirmasi, dibandingkan hari-hari sebelumnya yang mencapai 3 ribuan kasus.
Kasus kembali meningkat mencapai di atas 5 ribu kasus per hari pada 25 November 2020 dan terus meningkat mencapai 8 ribu kasus pada 31 Desember 2020.
Pada tahun 2020, puasa Ramadhan dimulai pada akhir April dan Lebaran pada 22 Mei 2020. Meski begitu, himbauan untuk beribadah di rumah tidak hanya ditujukan untuk umat muslim, melainkan juga seluruh agama.
Dikutip dari CNNIndonesia, pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha saat itu meminta kepada masing-masing umat beragama di Indonesia untuk beribadah di rumah masing-masing dalam keadaan darurat sebagai upaya menekan penyebaran pandemi virus corona SARS-COV-2 penyebab penyakit Covid-19.
Grafis kasus harian Covid-19. Sumber: Kemenkes
Tahun 2021
Peningkatan jumlah kasus Covid-19 pada 2021, terjadi pada akhir Juni hingga awal September, sebagaimana grafik situasi Covid-19 di laman Kementerian Kesehatan. Di akhir Juni, jumlah kasus mencapai angka 20 ribuan, dan mencapai puncak pada 15 Juli dengan 56.757 kasus. Gelombang kedua Covid-19 tersebut karena munculnya varian delta.
Pada tahun 2021, puasa Ramadhan dimulai pada 13 April dan Idul Fitri pada 13 Mei 2021. Jadwal ibadah dan perayaan Idul Fitri ini tidak terjadi saat puncak Covid-19.
Tahun 2022
Kasus harian Covid-19 di atas 30 ribu kasus pada 4 Februari dan mencapai 55.209 kasus pada 9 Februari. Peningkatan kasus Covid-19 ini salah satunya karena muncul varian Omicron yang lebih menular dibandingkan varian Delta.
Belum diketahui pasti seberapa banyak peningkatan jumlah kasus Covid-19 dan kapan gelombang ketiga akan terjadi pada tahun ini.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, narasi yang menyebut bahwa Covid-19 hanya meningkat saat ibadah umat Islam adalah keliru. Berdasarkan data kasus tahun 2020 dan 2021, puncak kasus Covid-19 tidak terjadi pada masa ibadah umat Islam.
Penyebaran Covid-19 selama ini tidak berkaitan dengan agama tertentu. Menjaga jarak sosial, termasuk saat beribadah oleh semua pemeluk agama, adalah bagian untuk mencegah penyebaran Covid-19 meluas.
Tim Cek Fakta Tempo
Rujukan
Halaman: 3903/5619