• (GFD-2021-7186) [SALAH] Video “Membuat oksigen dengan aerator akuarium”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/07/2021

    Berita

    Akun Facebook Rinaldi Munir (fb.com/rinaldi.munir) pada 29 Juni 2021 mengunggah sebuah video yang menunjukkan cara menggunakan alat yang biasa dipasang di akuarium dengan narasi sebagai berikut:

    “Membuat oksigen dengan alat akuarium ikan ***** (Copas) Pak Ruben, dia sekeluarga sampai cucu2nya kena covid. Semua RS di bandung penuh semua… mendorong dia dgn ide kreativitas dadakannya ini utk SWADAYA OXYGEN SENDIRI guna menolong anaknya yg parah & susah bernapas karena kekurangan asupan oxygen… Sudah cari tabung oxygen ke-mana2 ttpi tdk dapat… Tuhan sungguh baik, usahanya tdk sia2… dia BERHASIL & sang anak SURVIVED… ! _Semoga bermanfaat_…”

    Dalam video, pria yang mengaku bernama Ruben itu menyebut inovasinya sebagai alat pengadaan O2 untuk orang yang sedang sesak napas. Inovasi tidak mahal, hanya memerlukan bahan seharga kurang lebih Rp 120 ribuan. “Tapi dapat menyelamatkan nyawa karena saat pandemi (Covid-19) sekarang banyak rumah sakit yang penuh semua,” ujar dia dalam video viral berdurasi 5 menit 13 detik itu. Ruben menjelaskan alatnya terdiri dari aerator atau pompa air seperti yang biasa digunakan untuk memproduksi gelembung-gelembung udara dalam akuarium. Lainnya adalah dua botol bekas kemasan air mineral berukuran kecil, selang kecil sepanjang sekitar dua meter.

    Ruben menyambungkan dua selang pada masing-masing aerator yang memiliki dua lubang keluaran menjadi satu selang. Kemudian ujung selang lainnya dimasukkan ke dalam air di botol. Dia juga menyiapkan dua selang lainya dan memasukkan salah satu ujung-ujungnya sedalam 2 sentimeter ke dalam botol yang sama. Ujung selang lainnya, disebutkannya, dimasukkan ke hidung pasien. Ruben kemudian menutup rapat botol dengan keterangan: agar oksigen bisa mengalir lancar.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang disertai klaim bahwa aerator atau pompa udara yang biasa digunakan di akuarium bisa membuat oksigen yang bisa digunakan untuk orang yang sedang sesak napas merupakan konten yang menyesatkan.

    Faktanya, Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di LIPI, Anto Tri Sugiarto, menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.

    “Yang dipompakan adalah udara dengan komposisi oksigen sekitar 20,9 persen,” tutur Anto melalui pesan WhatsApp, Rabu, 30 Juni 2021. Itu, Anto menambahkan, berbeda dari memberikan oksigen yang sangat dibutuhkan kepada pasien Covid-19 gejala berat.

    Selain itu, Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra mengatakan bahwa ia dan timnya sudah mencoba bereksperimen menggunakan alat seperti yang ditampilkan dalam video tersebut.

    Dari hasil pengukuran, udara yang dihasilkan alat tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan fraksi oksigen yakni masih sekitar 21 persen. Sedangkan untuk oksigen murni, fraksi oksigennya seharusnya mencapai di atas 90 persen.

    “Hasilnya tidak benar (menghasilkan oksigen yang bisa digunakan untuk pasien Covid-19),” kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).

    Artinya, aerator atau alat yang dibuat dalam video viral tersebut, yang diklaim dapat digunakan pada pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen, menunjukkan bahwa fraksi oksigen yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

    Hendri menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji yang dilakukan bersama timnya, alat aerator yang direkayasa untuk menghasilkan oksigen bagi pasien Covid-19 dalam video viral itu, artinya sama saja seperti kita menghirup udara bebas, karena nilai fraksi oksigennya sama saja.

    “Jadi hasil pengujian kami, cara tersebut tidak bisa digunakan untuk alternatif menghasilkan (oksigen) sebagaimana tabung oksigen. Inovasi ini perlu dibuktikan secara ilmiah,” ungkap Hendri.

    Sementara itu, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Prasenohadi menyampaikan, aerator sebenarnya alat yang digunakan di akuarium dan berfungsi untuk menghasilkan untuk menghasilkan gelembung udara agar udara dan oksigen dalam udara tadi terdifusi dalam air akuarium, membuat air akuarium kaya akan oksigen untuk pernapasan ikan dalam air. Sedangkan alat bantu pernapasan untuk manusia telah tersedia dan diproduksi dengan kualitas yang sesuai standar.

    Meski belum ada kajian ilmiah, ia menduga alat tersebut hanya menghasilkan udara yang lebih dingin dan lembab. Kelembaban tersebut penting agar saluran napas tidak kering atau terjadi iritasi.

    “Mungkin dampak negatif penggunaan alat ini tidak ada dan masih harus dibuktikan. Tetapi, jika alat ini digunakan oleh orang normal, maka saluran pernapasannya akan menjadi lebih lembab. Bahkan, mungkin akan timbul infeksi atau penyakit tertentu lainnya,” katanya.

    Mengingat saluran pernapasan maupun organ dalam lainnya membutuhkan ilmu khusus, Pras pun mengimbau masyarakat untuk tidak mengembangkan alat kesehatan dari pemahaman sehari-hari. Hal ini penting untuk mencegah efek samping atau dampak negatif dari pengembangan alat kesehatan tanpa riset dan kajian ilmiah.

    Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air sejak beberapa pekan ke belakang, turut membuat permintaan alat kesehatan (alkes) dan juga produk farmasi yang berhubungan dengan Covid-19 ikut merangkak naik. Seperti misalnya, multivitamin, antivirus, oxymeter, dan juga oksigen konsentrator sebagai alternatif dari tabung oksigen yang persediaannya kian menipis.

    Oksigen Konsentrator adalah jenis perangkat medis yang digunakan untuk mengirim oksigen ke seseorang dengan gangguan pernapasan. Seseorang yang dalam darahnya lebih rendah dari biasanya sering memerlukan mesin ini untuk menggantikan oksigen itu.

    Oksigen Konsentrator menyaring udara di sekitarnya, mengompresnya ke kepadatan yang diperlukan dan kemudian mengirimkan oksigen kadar medis yang dimurnikan ke dalam sistem pengiriman dosis-pulsa atau sistem aliran berkelanjutan ke pasien. Dilengkapi dengan filter khusus dan saringan yang membantu menghilangkan nitrogen dari udara untuk memastikan pengiriman oksigen yang dimurnikan kepada pasien.

    Oksigen konsentrator menggunakan metode yang cerdas untuk menghilangkan nitrogen dari udara dan menghasilkan oksigen murni hingga 96 persen. Sebagai referensi, kandungan udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon.

    Kesimpulan

    Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di LIPI, Anto Tri Sugiarto, menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7185) [SALAH] Akun Facebook Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/07/2021

    Berita

    Beredar akun Facebook Bupati Langkat dengan nama pengguna ‘Terbit Langkat’ ( https://www.facebook.com/profile.php?id=100069529763825 ). Akun tersebut mengirimkan permintaan pertemanan ke beberapa orang. Setelah permintaan diterima, akun tersebut akan melakukan komunikasi melalui fitur Messenger di Facebook dan menawarkan jabatan dengan meminta bayaran tertentu.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, akun tersebut adalah palsu. Melansir dari Tribun News, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Langkat, Syahmadi menegaskan bahwa akun tersebut adalah bukan milik Bupati Langkat.

    Lebih lanjut, Terbit Rencana hanya memiliki akun media sosial resmi berupa Facebook dengan nama pengguna ‘Terbit Rencana Perangin Angin’ ( https://www.facebook.com/terbit.angin ) dan Instagram dengan nama pengguna ‘terbitrencana_official’ ( https://www.instagram.com/terbitrencana_official/ ).

    Dengan demikian, akun Facebook yang mengatasnamakan Bupati Langkat dengan nama pengguna ‘Terbit Langkat’ ( https://www.facebook.com/profile.php?id=100069529763825 ) tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Akun palsu. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Langkat menegaskan bahwa akun tersebut bukan milik Bupati Langkat.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7184) [SALAH] Foto “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/07/2021

    Berita

    Akun Facebook QiLuo Ling (fb.com/teteh.tea.5817300) pada 13 Juni 2021 mengunggah gambar yang menunjukkan kolase foto dengan narasi sebagai berikut:

    “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona… Kala para Dewa yang mereka sembah menjawab permohonan untuk tidak menyembuhkan mereka dari Covid-19, lantas mau apa… !?”

    Di gambar tersebut terdapat narasi dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan adalah: “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidak mampuan mereka melindungi mereka dari virus Corona”.

    Foto pertama di bagian atas menunjukkan patung dewa dewi mengapung di air, foto kedua di kanan bawah memperlihatkan jalanan yang yang dipenuhi patung-patung dan foto ketiga di kiri bawah menunjukkan patung dewi yang mengambang.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya kolase foto yang diklaim sebagai orang India yang membuang ribuan patung ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona adalah klaim yang salah.

    Faktanya, foto-foto itu tidak terkait dengan Covid-19. Foto-foto yang sebenarnya bagian dari festival keagamaan di India itu sudah beredar sebelum kasus Covid-19 dideteksi di India pada akhir bulan Januari 2020.

    Foto pertama yang memperlihatkan patung dewa-dewi mengapung di air dimuat di artikel berjudul “INDIA – RELIGION – HINDU – FESTIVAL” yang terbit di situs web AFP Forum pada 30 September 2017.

    Foto kedua yang menunjukan jalanan yang dipenuhi patung-patung diambil dari cuitan akun Twittwer Vijay Nehra pada 11 Agustus 2019 dengan narasi: “Something amazing is happening in #Ahmedabad today. Ordinary citizens have decided to keep #Sabarmati river clean. Instead of immersing Dashama idols in the river, they have respectfully left them on the banks!! Thousands and Thousands of them. Unbelievable change.”

    Sementara itu, foto ketiga yang memperlihatkan patung dewi mengambang di air dimuat di artikel berjudul “No More Immersion Of Idols In River Ganga And Its Tributaries, Says Government; Violators To Be Fined Rs 50,000” yang dimuat di India Times pada tanggal 3 Oktober 2019.

    Kesimpulan

    TIDAK TERKAIT dengan Covid-19. Foto-foto yang sebenarnya bagian dari festival keagamaan di India itu sudah beredar sebelum kasus Covid-19 dideteksi di India pada akhir bulan Januari 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7182) [SALAH] CT Value Sebagai Penentu Kesembuhan Pasien Covid-19

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 02/07/2021

    Berita

    Beredar di media sosial postingan terkait nilai Cycle Threshold (CT Value) untuk menentukan kesembuhan pasien covid-19. Postingan itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.

    Salah satu akun yang mempostingnya adalah akun bernama Nandhe. Dia mengunggahnya di Facebook pada 30 Juni 2021.

    Selain itu ia menambahkan narasi:

    "Nah ini...Jangankan hasil PCR yg + Deman saja kita sudah panik!!???Tapi...Info ini perlu lho.. spy sehat. Good morning guys"

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia menjelaskan postingan tersebut tidak benar.

    "Penggunaan nilai CT ini hanya membantu dokter untuk menilai kondisi pasien, bukan satu-satunya patokan dan bukan patokan pasti karena banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan. Tidak ada satupun pedoman nasional atau internasional atau dasar ilmiah yang menyatakan nilai CT dapat dipakai untuk menentukan derajat keparahan gejala, kesembuhan, atau daya penularan, pada semua pasien covid-19," ujar dr. Ning saat dihubungi Jumat, (2/7/2021).

    "Sembuh bukan berarti PCR harus negatif atau nilai CT harus di atas angka tertentu. Sembuh adalah Anda sudah tidak menular (melewati masa isolasi minimal 10 hari) ditambah 3 hari setelah bebas gejala, badan anda fit, dan hasil lab atau pemeriksaan penunjang lain sudah normal. Yang jelas selalu konsultasikan ke dokter bila Anda menerima hasil PCR dengan nilai CT tertentu. Jangan mendiagnosis diri sendiri," katanya menambahkan.

    Studi terkait nilai CT bisa dilihat di link ini dan ini...

    Selain itu terdapat artikel dari Liputan6.com berjudul "CT Value Rendah dan Tinggi, Apa Maknanya?" yang tayang 29 Juni 2021. Dalam artikel tersebut terdapat penjelasan dari Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jaka Pradipta.

    "CT value itu dapurnya orang PK (Patologi Klinik). Sebenarnya bukan buat diumbar-umbar. Di luar negeri juga enggak kayak begitu," ujarnya.

    Jaka pun menekankan bahwa CT value bukan untuk menandakan aktivitas virusnya, bukan pula penentu derajat keparahan dari covid-19. Benar-benar murni terkait partikel dari virus corona covid-19 yang berhasil ditangkap mesin.

    "Artinya, kalau saya swab-nya agak dalam nih, kemungkinan nilai CT value-nya bisa lebih turun karena dia dapatnya semakin banyak. Jadi, faktornya banyak. Tekniknya dan mesinnya pun berbeda-beda," kata Jaka.

    Kesimpulan

    Postingan terkait nilai Cycle Threshold (CT Value) untuk menentukan kesembuhan pasien covid-19 adalah tidak benar.

    Rujukan