• (GFD-2020-8057) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Instruksikan Masjid Dibuka Seluas-luasnya Saat Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 24/04/2020

    Berita


    Narasi bahwa Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menginstruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya saat pandemi Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru, beredar di media sosial. Narasi itu terdapat dalam gambar tangkapan layar yang dilengkapi dengan foto Edy dengan seragam TNI.
    Berikut ini narasi yang tertulis dalam gambar tangkapan layar tersebut:Gubernur Sumut intruksikan Seluruh masjid buka pintu selapang-lapangnya untuk orang ibadah.. klo perlu ajak dzikir bersama-sama... "Hidup mati itu kehendak Allah,, Mati sedang sholat, mati sedang dzikir mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri nggak ibadah".
    Di Facebook, gambar tangkapan layar itu diunggah salah satunya oleh akun Torrellap Brayy‎ ke halaman Kata Bijak dan Motivasi Hidup pada Rabu, 22 April 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 100 kali dan disukai lebih dari 250 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Torrellap Brayy.
    Apa benar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “Gubernur Sumut Perintahkan Buka Masjid” ke mesin pencarian Google. Hasilnya, tidak ditemukan pernyataan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang memerintahkan agar masjid dibuka seluas-luasnya untuk beribadah di saat pandemi Covid-19.
    Tidak ditemukan pula kutipan yang berasal dari Edy seperti yang terdapat dalam gambar tangkapan layar di atas bahwa, "Hidup mati itu kehendak Allah. Mati sedang salat, mati sedang zikir, mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri."
    Edy hanya pernah menyatakan agar umat Islam tidak meninggalkan masjid. "Khusus beragama Islam, jangan meninggalkan masjid karena takut Corona. Siapkan alas untuk tempat kita bersujud. Dengan sajadah yang kecil juga boleh, yang besar juga boleh, bawa sapu tangan," ujar Edy di Deli Serdang, Sumut, pada 15 Maret 2020, seperti dilansir dari Kumparan.com.
    Edy juga pernah memerintahkan agar karpet masjid dibuka. Warga yang beragama Islam diminta membawa alas sendiri saat salat berjemaah di masjid. Hal itu disampaikan Edy dalam rapat yang membahas masalah kesehatan di Kantor Gubernur Sumut pada pertengahan Maret 2020.
    Pernyataan tersebut diberitakan salah satunya oleh Detik.com pada 17 Maret 2020 dengan judul "Gubsu Edy Perintahkan Sekolah Libur-Karpet Masjid Dibuka demi Cegah Corona". Saat itu, Edy berkata, "Karpet-karpet sementara dibuka. Biarkan saja di semen. Nanti dipel. Masing-masing pakai sajadah masing-masing."
    Setelah ditelusuri, gambar tangkapan layar yang diunggah oleh akun Torrellap Brayy tersebut sudah beredar sejak pertengahan Maret 2020. Pemerintah Provinsi Sumut pun membantah bahwa Edy pernah mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19. "Nggak ada, nggak ada. Itu dari mana?" ujar Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, Hendra Dermawan Siregar, seperti dikutip dari Medan Bisnis Daily pada 22 Maret 2020.
    Hendra pun menambahkan bahwa gambar tangkapan layar tersebut sudah distempel hoaks. "Kan yang ada kemarin, dari WA (WhatsApp) orang masuk, dia (Edy) pakai pakaian tentara, terus membilangkan semua orang masuk ke masjid, itu udah kita stempel hoax," kata Hendra.
    Panduan ibadah di tengah pandemi Covid-19
    Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa mengenai penyelenggaraan ibadah saat pandemi Covid-19 pada 16 Maret 2020. Dalam Fatwa Nomor 14 tahun 2020 itu, seperti dilansir dari BBC, MUI menyebut:
    Pada 6 April 2020, Kementerian Agama pun telah menerbitkan surat edaran terkait Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah pandemi Covid-19. Salah satu isi panduan itu adalah salat tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah. Panduan ini untuk mencegah makin meluasnya penularan virus Corona Covid-19 di Indonesia.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19 adalah klaim yang keliru. Edy tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut, termasuk kutipan bahwa, "Hidup mati itu kehendak Allah. Mati sedang salat, mati sedang zikir, mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri."
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8056) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Muncul Kelelawar yang Menyerupai Manusia di Atas Gereja Italia Saat Pandemi Corona?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/04/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan mahluk bersayap yang berbadan manusia di atas sebuah gereja viral di media sosial. Menurut narasi dalam video itu, makhuk tersebut adalah kelelawar yang menyerupai manusia yang hinggap di atas sebuah gereja di Italia. Dalam video itu, terdapat tulisan "Di Tengah Wabah Corona Muncul Makhluk Aneh. Di Gereja Italia, Mirip Manusia".
    Di bagian awal video berdurasi 2 menit 47 detik ini, terdapat cuplikan seekor burung yang terbang. Kemudian, terdapat cuplikan mahluk bersayap yang hinggap di atas menara sebuah gereja. Mahluk itu kemudian memanjat hingga ke puncak menara tersebut, berdiri di salib, dan terbang. Setelah itu, terdapat cuplikan ratusan kelelawar yang terbang di malam hari.
    Terdengar pula narasi yang dibacakan dalam video itu, yakni sebagai berikut:
    "Beberapa hari ini Italia digemparkan dengan mahluk aneh yang menyerupai manusia. Kelelawar adalah mamalia yang salah satunya dianggap sebagai sumber pembawa wabah yang saat ini sedang gencar di dunia ini. Kelelawar mungkin memang memiliki sitem kekebalan yang memungkinkannya hidup dengan banyak wabah pembawa penyakit. Baru-baru ini, di Italia, kelelawar menjadi perbincangan banyak orang. Di saat Italia sedang menerapkan sistem tertutup untuk semua penduduknya, ada sebuah video di mana sebuah kelelawar yang tertangkap kamera warga sekitar sedang berada di sebuah atap bangunan. Kelelawar itu mirip atau menyerupai manusia. Lihat saja, kelelawar ini sedang memanjat sebuah atap bangunan. Bangunan ini adalah sebuah gereja yang tak dihuni karena adanya wabah yang sedang menyerang dunia. Kelelawar ini asyik memanjat hingga pucuk salib di atas gereja. Cara memanjatnya pun mirip seorang malaikat. Oleh penduduk Italia, fenomena ini diyakini sebagai malaikat yang sedang menjaga gereja di saat dunia sedang diserang wabah yang berbahaya."
    Di Facebook, video itu diunggah oleh akun Berita Terkini pada 18 April 2020. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah dikomentari lebih dari 3 ribu kali, dibagikan lebih dari 9 ribu kali, dan ditonton hampir 1 juta kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Berita Terkini.
    Apa benar muncul kelelawar yang menyerupai manusia di atas sebuah gereja di Italia saat pandemi Corona?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk menelusuri sumber video mahluk bersayap yang hinggap di atas menara sebuah gereja itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi beberapa gambar dengan tool InVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Yandex.
    Hasilnya, ditemukan cuplikan video yang identik dalam video kolase yang diunggah oleh kanal YouTube JJPD Producciones pada 9 April 2020. Dalam profilnya, diketahui bahwa kanal JJPD Producciones mengkhususkan diri dalam pembuatan video dengan efek khusus serta film fiksi pendek. Kanal ini berbasis di Nikaragua.
    Adapun di keterangan videonya, kanal ini menulis dalam bahasa Spanyol, bahasa resmi Nikaragua, yang terjemahannya: "Top 5 Makhluk Aneh yang Tertangkap Kamera di Kehidupan Nyata, Setan Gargoyle di Katedral Kuno. Ini adalah video yang kami buat untuk menghibur. Semua cuplikan yang ditampilkan adalah fiksi. Video CGI (Gambar Buatan Komputer)."
    Setelah ditelusuri, cuplikan video tersebut merupakan potongan dari video yang pernah diunggah sebelumnya oleh kanal yang sama, yakni pada 2 Juni 2019. Video ini diberi judul "Setan Mengerikan di Kota Granada-Nikaragua 2019-Gargoyle?". Dalam keterangannya, kanal JJPD Producciones pun menulis, "Semua cuplikan yang ditampilkan adalah fiksi. Video CGI."
    Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube JJPD Producciones.
    Tiga bulan kemudian, tepatnya pada 8 September 2019, kanal JJPD Producciones mengunggah proses kreatif di balik video tersebut. Video ini merupakan animasi tiga dimensi yang dikerjakan oleh dua bersaudara pemilik kanal JJPD Producciones, Jose Joaquin Perez serta Jimmy Jose Perez.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa muncul kelelawar yang menyerupai manusia di atas sebuah gereja di Italia saat pandemi Corona adalah narasi yang keliru. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim itu adalah video animasi yang dibuat oleh kanal YouTube JJPD Production pada Juni 2019. Video yang diunggah oleh akun Berita Terkini juga telah mengalami penyuntingan, yakni dibalik sehingga angle-nya berbeda.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8055) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Bill Gates Bikin Vaksin Corona yang Dipasang Microchip?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/04/2020

    Berita


    Pesan berantai yang berisi narasi bahwa Bill Gates, pendiri Microsoft, membuat vaksin yang dipasang microchip beredar grup-grup percakapan WhatsApp sejak Senin, 20 April 2020. Pesan berantai itu diklaim berasal dari mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari. Pesan berantai tersebut diberi judul "Vaksin Bill Gates Jangan Digunakan di Indonesia, Mengapa?".
    Dalam pesan berantai itu, disebutkan bahwa Bill Gates telah menyiapkan vaksin Corona untuk 7 miliar penghuni dunia. Bahkan, uji coba vaksin itu sudah mulai dilakukan. "Yang lebih mengkhawatirkan, untuk mencapai obsesinya, Bill Gates telah menjalin hubungan dengan pemerintah negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, agar vaksinnya menjadi program resmi pemerintah."
    Pesan berantai itu juga menyebutkan bahwa, untuk menghadapi wabah Corona di Indonesia, pemerintah sebaiknya tidak menggunakan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang berkaitan dengan Bill Gates. Menurut pesan berantai tersebut, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian, yakni:
    "Menurut saya, Indonesia saat ini tidak perlu vaksin Corona karena virusnya sangat labil. Dan kita tidak punya data yang valid mana orang yang positif corona dan negatif. Demi ketahanan nasional kita, andaikan kita pada suatu saat memerlukan vaksin (ada syarat tertentu), (maka-red) kita harus mampu membuat vaksin mandiri dengan strain kita sendiri, dengan keamanan yang bisa kita percaya tidak ditumpangi kepentingan politik bangsa lain. Saatnya kita mandiri dalam melindungi rakyat kita. Ingat, kesehatan adalah kunci utama ketahanan nasional."
    Dalam pesan berantai itu, terdapat pula tulisan dengan subjudul "Vaksinasi dan Microchip Bill Gates". Menurut tulisan itu, yang mengutip berita dari Kompas.com, sebuah vaksin anti-Corona akan diuji coba secara klinis setelah mendapat restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat. Vaksin itu diajukan oleh perusahaan bio teknologi yang berbasis di Pennsylvania, AS, bernama Inovio Pharmaceuticals. Pengembangan vaksin ini, turut disokong oleh Bill Gates dan istrinya, Melinda Gates, melalui Bill and Melinda Gates Foundation.
    Tulisan ini pun mengutip dua artikel dari situs asing NY Post. Pertama, artikel tentang vaksinasi oleh Bill Gates yang dibarengi dengan pemasangan microchip ke dalam tubuh orang yang divaksin. Kedua, artikel tentang penemuan yang menunjukkan bahwa virus Corona tidak stabil dan sudah berkali-kali terjadi mutasi.
    Artikel ini akan berisi pemeriksaan fakta terhadap dua hal, yakni:

    Hasil Cek Fakta


    Apa benar pesan berantai itu berasal dari mantan Menkes, Siti Fadilah Supari?
    Kepada Liputan6.com, kuasa hukum Siti Fadilah Supari, Achmad Colidin, membenarkan bahwa tulisan tersebut merupakan tulisan Siti Fadilah. "Iya betul (tulisan Siti Fadilah Supari). Jadi, Ibu menulis di kertas, kemudian dikasih ke keluarga," kata Achmad pada 21 April 2020.
    Menurut Achmad, walaupun berada di dalam rumah tahanan, Siti tidak menutup telinga dengan informasi yang ada. Informasi seputar Covid-19 bisa didapatkan dari internet yang disediakan bagi seluruh penghuni penjara. Siti pun menuliskan surat yang berisi saran kepada pemerintah soal vaksin yang diproduksi oleh perusahaan yang terkait dengan Bill Gates.
    Namun, surat yang ditulis oleh Siti hanya sampai pada kalimat "ingat, kesehatan adalah kunci utama ketahanan nasional". Seperti dikutip dari berita di Liputan6.com pada 21 April 2020, tulisan dengan subjudul "Vaksinasi dan Microchip Bill Gates" tidak terdapat dalam surat Siti.
    Benarkah Bill Gates membuat vaksin Covid-19 yang dipasang microchip?
    Dilansir dari Reuters, rumor mengenai rencana Bill Gates untuk memakai implan microchip dalam melawan pandemi Covid-19 bermula dari wawancara pendiri Microsoft itu dengan para pengguna Reddit. Setelah wawancara itu berakhir, muncul sebuah tulisan berjudul "Bill Gates will use microchip implants to fight coronavirus".
    Ditulis layaknya sebuah berita, tulisan yang menyesatkan itu menyebut bahwa "quantum dot dye", teknologi yang ditemukan oleh Gates Foundation, akan digunakan sebagai kapsul yang diimplan ke manusia yang memiliki "sertifikat digital". Teknologi ini disebut dapat menunjukkan siapa saja yang sudah menjalani tes Covid-19.
    Kepada Reuters, salah satu penulis utama makalah penelitian mengenaiquantum dot dye, Kevin McHugh, mengatakan, "Teknologiquantum dot dyebukan berbentuk microchip atau kapsul yang bisa diimplan ke manusia, dan setahu saya tidak ada rencana menggunakan teknologi ini untuk memerangi pandemi Covid-19."
    Dalam wawancara di Reddit itu, Bill Gates memang sempat menyebut "sertifikat digital". Namun, penyebutan "sertifikat digital" itu untuk menjawab pertanyaan mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis dan ekonomi dunia. Dalam wawancara tersebut, Bill Gates sama sekali tidak menyinggung masalah microchip.
    Organisasi cek fakta AS, FactCheck, juga telah memverifikasi klaim "Bill Gates berencana menggunakan vaksin Covid-19 untuk melacak orang-orang dengan microchip". Menurut mereka, klaim itu keliru. Gates Foundation mengkonfirmasi bahwa penelitian mengenaiquantom dot dyetidak terkait dengan vaksin Covid-19. Begitu pula dengan sertifikat digital.
    Terkait vaksin Bill Gates
    Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), lembaga yang didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation, memang mendukung pengembangan vaksin Corona Covid-19 oleh Inovio Pharmaceuticals Inc. Pada 7 April 2020, seperti dilansir dari Tech Crunch, FDA AS juga telah menerima aplikasi dari Inovio untuk melakukan uji coba klinis fase 1 vaksin Covid-19 pada manusia. Vaksin tersebut bernama INO-4800.
    Namun, vaksin itu sejatinya tidak dibuat dari nol. Sebelumnya, Inovio telah merampungkan studi fase 1 vaksin untuk Middle East Respiratory Syndrome (MERS). MERS berasal dari keluarga virus yang sama dengan Covid-19, yakni virus Corona. Studi itu menunjukkan hasil yang menjanjikan, di mana antibodi level tinggi yang diproduksi bertahan cukup lama.
    Inovio pun baru mulai mengembangkan vaksin Covid-19 pada 10 Januari 2020. Di tanggal tersebut, para ilmuwan Cina membagikan sekuens genetik dari virus Corona Covid-19. Tiga jam setelah menerima sekuens genetik itu, Inovio mulai merancang vaksin INO-4800. Ketika itu, Inovio belum mendapatkan pendanaan dari CEPI. Baru pada 23 Januari 2020 Inovio menerima hibah sebesar US$ 9 juta dari CEPI untuk pengembangan vaksin INO-4800.
    Selain itu, bukan Inovio saja yang sudah memulai tahap uji coba vaksin Covid-19 pada manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), terdapat tiga perusahaan yang telah memulai uji coba vaksin Covid-19 pada manusia. Pertama adalah CanSino Biologics Inc, yang uji cobanya telah memasuki fase kedua. Adapun dua lainnya adalah Moderna Inc dan Inovio. CanSino Biologics dan Moderna memulai uji coba pada manusia sejak Maret lalu.
    Saat dihubungi Tim CekFakta Tempo pada 21 April 2020, ahli epidemiologi Dicky Budiman juga mengatakan, hingga kini, belum ada vaksin untuk Covid-19. Begitu pula dengan vaksin Bill Gates. Kalau pun ada, vaksin itu akan sangat diperlukan untuk mengakhiri pandemi.
    Menurut Dicky Budiman, selama ini, Bill Gates merupakan "musuh" kaum antivaksin. "Jadi, segala hal yang bisa menjadi penguat gerakan antivaksin akan diangkat. Ini bukan hal baru, isu terkait vaksin dan Bill Gates," ujar kandidat doktor di Universitas Griffith Australia tersebut.
    Adapun soal klaim bahwa Bill Gates telah mengumumkan akan adanya pandemi besar, ketika itu, dia berbicara dalam konferensi TED pada 2015. Namun, dalam video konferensi tersebut yang diunggah TED di situsnya, Bill Gates tidak menyebut tahun berapa wabah itu bakal terjadi. Saat itu, Bill Gates hanya menyatakan bahwa dunia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi wabah berikutnya, setelah terjadinya wabah Ebola pada 2014.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, surat yang ditulis oleh mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, telah mengalami modifikasi. Dalam surat Siti, tidak terdapat tulisan dengan subjudul "Vaksinasi dan Microchip Bill Gates" sebagaimana yang terdapat dalam pesan berantai di atas. Sementara itu, klaim bahwa Bill Gates membuat vaksin Covid-19 yang dipasang microchip adalah klaim yang keliru.
    IBRAHIM ARSYAD | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8054) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Corona Covid-19 Bisa Menular Lewat Kentut?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/04/2020

    Berita


    Informasi bahwa SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, bisa menular lewat kentut beredar dalam beberapa hari terakhir. Informasi itu disebut berasal dari dokter asal Australia, Andy Tagg. Di Facebook, informasi tersebut dibagikan salah satunya oleh halaman Medan Talk, yakni pada 19 April 2020.
    Menurut Medan Talk, Tagg menyatakan bahwa penularan Covid-19 bisa terjadi lewat kentut usai menganalisis penelitian yang menemukan adanya virus Corona dalam feses 55 persen pasien Covid-19 yang diteliti. Selain itu, terdapat riset yang menunjukkan bahwa kentut memiliki kekuatan untuk menerbangkan serbuk kotoran dengan cukup jauh.
    "Mungkin saja virus SARS-CoV-2 (virus Corona Covid-19) dapat menular melalui besarnya tekanan gas," ujar Tagg dalam unggahan tersebut. Medan Talk pun menyebut bahwa informasi itu berasal dari situs media Viva. Hingga kini, unggahan itu telah direspons lebih dari 200 kali dan dibagikan lebih dari 100 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Medan Talk.
    Apa benar SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, bisa menular lewat kentut?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, informasi yang diunggah oleh halaman Medan Talk memang bersumber dari berita di Viva pada 18 April 2020 yang berjudul "Dokter Klaim Virus Corona Covid-19 Menular Lewat Kentut". Viva mengutip berita itu dari situs Daily Star yang berjudul "Coronavirus 'could be spreading across the globe through farts' claim doctors".
    Menurut Daily Star, informasi itu berasal dari dokter Australia, Andy Tagg. Tempo pun menelusuri akun media sosial milik Tagg. Dalam akun Twitter-nya, @andrewjtagg, Tagg pernah membuatthreadtentang kemungkinan penularan Covid-19 lewat kentut pada 6 April 2020. Thread inilah yang menjadi sumber dari artikel Daily Star.
    Dalamthread-nya, Tagg yang mengutip penelitian yang dipublikasikan di PubMed pada 2018 menyatakan bahwa kentut memiliki kekuatan untuk menyemburkan bedak dengan cukup jauh. Di sisi lain, berdasarkan laporan dari CDC Zhoushan, Cina, SARS-CoV-2 telah terdeteksi dalam feses dan pada individu tanpa gejala hingga 17 hari setelah terpapar.
    Sementara itu, menurut riset oleh dokter dan ahli mikrobiologi asal Australia pada 2001, kentut mengandung partikel kecil yang dapat menyebarkan bakteri. Tagg pun menyatakan SARS-CoV-2 kemungkinan bisa menular lewat kentut. "Tapi kita butuh lebih banyak bukti. Meskipun begitu, ingatlah untuk selalu mengenakan APD," ujarnya.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, dalam beberapa kasus, memang ditemukan virus Corona Covid-19 di feses. "Tapi ini tidak terlalu sering jika dibandingkan di saluran pernapasan," ujar Professor of Clinical Microbiology Universitas Indonesia ini saat dihubungi pada 20 April 2020.
    Meskipun begitu, menurut Amin, virus Corona bisa menyebar lewat kentut. Pasalnya, virus Corona bisa menempel pada reseptor di permukaan selaput lendir sistem pencernaan. Ketika feses keluar, ada kemungkinan virus menempel di saluran pencernaan bagian bawah. "Kalau kemudian terdorong oleh (kentut), pada prinsipnya udara atau tiupan yang keras dia bisa menjadi aerosol," tuturnya.
    Hanya saja, menurut Amin, orang normal yang menggunakan celana serta celana dalam tidak akan menyebarkan virus itu. Kasus ini bisa terjadi pada pasien yang menggunakan pakaian dari rumah sakit. "Kalau petugas kesehatan sedang membersihkan dan pasien kentut, mungkin saja menyebar," tutur Amin sembari menambahkan, "Tapi masih sangat terbatas informasinya."
    Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, juga mengatakan bahwa virus Corona Covid-19 mungkin untuk menular melalui feses dan kentut. Menurut dia, kemungkinan tersebut pernah diteliti oleh tim dari Harbin Veterinary Research Institute (HVRI) Cina pada anjing. Penelitian itu dilakukan terhadap swab dari anus anjing.
    Nidom pun mengatakan bahwa temuan tersebut tidak mengherankan karena reseptor virus Corona, ACE2, berada di beberapa organ. "Riset itu menunjukkan bahwa keluarnya virus melalui saluran pernapasan dan atau saluran pencernaan ada hubungannya dengan host atau inang dari virus tersebut," ujar Nidom pada 20 April 2020.
    Selain melakukan penelitian terhadap anjing, ujar Nidom, HVRI melakukan riset terhadap swab dari tenggorokan kucing dan ferret. Berdasarkan riset itu, Nidom menyimpulkan virus Corona Covid-19 bisa menyebar lewat kentut atau feses. Meskipun belum ada bukti ilmiah dan klinis yang mendukung, dia mengingatkan virus Corona Covid-19 cukup unik dan tidak bisa diprediksi.
    Menurut peneliti bidang mikrobiologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia Sugiyono Saputra, yang mengutip laporan di British Medical Journal, mikroorganisme memang bisa keluar saat proses pelepasan gas dari sistem pencernaan melalui anus. Meskipun begitu, mikroorganisme yang keluar saat kentut tidak akan bisa menyebar ketika seseorang memakai celana.
    Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa celana mampu menjadi barrier untuk mencegah kemungkinan menyebarnya mikroorganisme. "Jadi, tidak perlu khawatir tentang itu asalkan memakai celana. Sepengetahuan saya, penyakit yang penularannya lewat feses pun belum pernah dilaporkan bisa lewat kentut," ujarnya kepada CNN Indonesia pada 20 April 2020.
    Sugiyono membenarkan bahwa virus Corona Covid-19 pernah dilaporkan terdeteksi pada feses serta benda di area toilet. Namun, viabilitas dari virus tersebut belum diuji, dan bukti ilmiah yang menunjukkan penularannya secara langsung pun belum pernah dilaporkan. "Mengutip pernyataan WHO, penularan utama Covid-19 adalah dari droplet saluran pernapasan," katanya.
    Hal serupa diungkapkan oleh dokter spesialis paru, Erlang Samoedro. Menurut dia, seperti dilansir dari CNN Indonesia, penularan virus Corona Covid-19 lewat kentut sulit terjadi. Virus ini memang ditemukan pada feses. Namun, Erlang menilai bahwa aerosolasisasi ke udara bebas lebih kecil lantaran terhalang pakaian.
    Kalau pun terdapat virus dalam kentut, orang yang kentut tersebut tentu mengenakan celana yang memungkinkan virus tersaring. "Kalau mungkin (menular melalui kentut), ya memang mungkin, tapipractical less likely," ujar Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia ini pada 20 April 2020.
    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), Covid-19 dapat menyebar dari orang ke orang lewatdropletatau tetesan dari hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Selain itu, menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman saat dihubungi pada 14 April 2020, virus ini juga berpotensi menular secara aerosol.
    Namun, saat ini, para peneliti masih melakukan riset mengenai sejauh mana kemungkinan penularan Covid-19 secara aerosol. Menurut ahli epidemiologi dari Pusat Dinamika Penyakit Menular Harvard, William Hanage, seperti dilansir dari Vice, para ilmuwan juga belum bisa memastikan sejauh mana virus Corona Covid-19 dapat menyebar melalui udara.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, virus Corona Covid-19 memang dinilai mungkin untuk menular lewat kentut. Namun, hingga artikel ini dimuat, belum ada bukti ilmiah dan klinis yang mendukung klaim bahwa virus Corona Covid-19 bisa menyebar melalui kentut. Sejauh ini, penelitian baru dilakukan terhadap feses orang yang terinfeksi virus Corona Covid-19. Dalam beberapa kasus, virus itu ditemukan di feses. Selain itu, hingga kini, para peneliti masih melakukan riset mengenai sejauh mana kemungkinan penularan Covid-19 secara aerosol.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan